Namanya adalah Zhang Yu. Dia anak seorang tetua klan di Kota Qian Gu yang memiliki cukup pengaruh. Akan tetapi karena dirinya terlahir berbeda, semua orang menganggapnya sebagai sampah.
Namun, tanpa diketahui banyak orang ternyata Zhang Yu memiliki tubuh spesial. Beruntung dia bertemu dengan seorang guru yang tahu bagaimana cara membangkitkan kekuatannya. Mengubah dirinya dari seorang sampah menjadi genius berbakat mengerikan.
Ini adalah perjalanan Zhang Yu dalam membuktikan diri sebagai petarung terhebat. Mengemban nama kaisar petarung, mengguncang dunia dan membangun pondasi mencapai puncak keabadian.
Simak kisah lengkapnya dan jadilah saksi sebuah legenda tercipta. Kaisar Petarung!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sayap perak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter... 20 : Kemarahan Tetua Pertama
Setelah Xuan Yin pergi, Zhang Yu memposisikan diri dalam keadaan duduk bersila. Mengeluarkan tiga inti binatang spiritual yang telah ia kumpulkan.
Langkah pertama, dia mengambil satu dari tiga inti binatang spiritual. Menyatukan tangan lalu mengalirkan Qi secara teratur.
Beberapa saat kemudian telapak tangannya bersinar memancarkan cahaya yang kemudian menyebar terserap ke dalam tubuhnya.
Waktu demi waktu berlalu dan energi kekuatan pada inti binatang spiritual itu lenyap tak bersisa. Namun Zhang Yu masih terjebak di tingkat ahli bintang sembilan, membuatnya dengan segera mengambil satu lagi inti binatang spiritual lalu melakukan hal serupa.
...
Siang berganti sore, sore berganti malam. Zhang Long berdiri di depan pintu ruangan Zhang Yu dengan seorang pria berpakaian mewah. Raut wajahnya terlihat sungkan karena tak kunjung mengetuk pintu ketika sosok di sampingnya ini ingin bertemu dengan putranya.
"Maaf, Pangeran Kelima. Tapi sepertinya Zhang Yu saat ini tidak bisa diganggu. Bagaimana jika menunggunya sebentar?
Xuan Wu menggelengkan kepala dengan pasrah. "Karena Zhang Yu tidak bisa diganggu, jadi Tetua Zhang Long saja yang memberikannya." Tangannya merogoh saku, mengeluarkan sebuah token dengan lambang Kekaisaran Xuan.
"Aku harap Zhang Yu bisa pergi ke ibukota dan menemuiku. Aku pasti akan sangat menyambutnya ketika datang ke sana."
Zhang Long sejenak tertegun menatap token yang sudah berada di tangannya. Token Kekaisaran, ketika seseorang memilikinya, itu sama halnya dengan mengakui sebagai bagian dari mereka.
Zhang Yu mendapat token dari Pangeran Kelima, itu sama halnya mengakui Zhang Yu sebagai bagian darinya.
"Terima kasih atas apresiasi Pangeran Kelima, Zhang Yu pasti akan datang ke ibukota secepatnya."
Xuan Wu tersenyum. "Karena tujuan datang ke sini sudah tercapai, sekalian aku ingin pamit pada Tetua Zhang Long. Juga ingin menyampaikan salam dari Saudara Ketujuh yang kurang enak badan jadi tidak bisa berpamitan langsung."
"Ini benar-benar kehormatan." Zhang Long mengantar Xuan Wu sampai di halaman depan. Setelah melihat pemuda itu meninggalkan kediamannya, Zhang Long segera berlari menuju ruangan Zhang Yu.
"Apa Yu'er masih mengurung diri dalam ruangannya?" Suara nyaring yang datang dari belakang membuat Zhang Long menolehkan kepalanya.
"Belum. Tapi aku berpikir dia tidak akan lama lagi keluar."
Seperti mendengar kalimat ayahnya. Tepat pada saat ini Zhang Yu membuka pintu ruangannya. Wajahnya tampak berseri seperti menemukan permata paling berharga.
Zhang Long dan Zhang Bing saling pandang seolah mencari tahu apa yang terjadi pada Zhang Yu. Awalnya masih belum menyadari, sampai Zhang Yu mengeluarkan sedikit kekuatannya.
"Tingkat master?! Yu'er, bagaimana kau melakukannya?" Zhang Long tidak bisa menahan diri dan mengguncang tubuh sangat putra.
Saat pulang dari lembah tengkorak Zhang Yu masih berada di tingkat ahli bintang delapan. Kemarin sudah berkembang menjadi tingkat ahli bintang sembilan. Sekarang dia menerobos ke tingkat master.
Apa-apaan bakat seperti ini?! Apa masih ada generasi muda di Kota Qian Gu yang dapat dibandingkan dengan putranya?
"Bibi tak tahu bagaimana kau melakukannya. Tapi Bibi sangat bangga padamu! Oh ya, ayahmu memiliki sesuatu yang ingin ia berikan."
Kalimat Zhang Bing menyadarkan Zhang Long. Dia segera menjulurkan tangannya menyerahkan token kekaisaran yang diberikan Pangeran Kelima. "Simpan itu dan jika ada waktu datanglah ke Ibukota. Ini akan baik untuk masa depanmu karena bagaimanapun Kota Qian Gu adalah yang terbelakang dibandingkan tiga kota lainnya."
Zhang Yu menerima token itu dan memandangnya untuk beberapa waktu. "Jadi dia sudah kembali ke Ibukota," batinnya.
Zhang Bing melihat Zhang Yu yang melamun. Dia dengan segera menarik ujung pakaian keponakannya itu. "Apa kau sudah berniat pergi setelah baru beberapa hari kembali?"
Terdengar seperti pertanyaan, tapi sebenarnya itu adalah peringatan.
Zhang Yu menyimpan token itu lalu menggelengkan kepala. "Tidak, Bibi. Aku tidak akan pergi. Setidaknya tidak untuk saat ini karena aku masih ingin menikmati masakan lezatmu setiap hari."
"Cih! Sejak kapan kau sangat pandai membujuk? Aku benar-benar tidak tahu ternyata mulutmu begitu manis." Zhang Bing memutar kursi rodanya dan melakukan ke ruang makan. "Ayo! Jangan hanya berdiri di sana. Aku sudah menyiapkan makanan yang enak."
"Baik, kami datang!"
Malam itu, Zhang Yu menghabis waktu dengan menikmati santapan lezat yang dibuat oleh bibinya. Meski hanya bertiga, tapi suasana benar-benar terasa ramai dan menyenangkan.
Hanya ada satu yang kurang, yakni keberadaan ibunya. Sejak kecil Zhang Yu belum pernah sekalipun melihat ibunya. Ia hanya mengetahui namanya, nama ibunya adalah Xiao Mei.
Semua orang berkata jika ibunya telah meninggal. Tapi entah kenapa Zhang Yu sulit menerima hal itu. Terlebih ketika ia bertanya pada ayahnya, dengan berbagai alasan terus mencoba menghindar untuk memberinya jawaban.
...
Malam berlalu dan hari berganti. Keesokan paginya, Zhang Yu bangun seperti biasa dan hendak pergi ke perpustakaan klan.
Tapi saat baru keluar dari pintu, beberapa orang menerobos masuk halaman.
"Zhang Yu! Kebetulan sekali kau keluar!" Zhang Xu, pria tua itu datang dengan beberapa pengikutnya. Melihat dari wajahnya yang tampak sangat marah, dia pasti datang dengan maksud tidak baik.
"Tetua Pertama, kenapa kau mencariku? Apa ada sesuatu yang penting?" Zhang Yu bertanya seolah tidak tahu apa-apa. Tentu saja ini berhasil membuat wajah Zhang Xu semakin kelam.
"Sialan! Aku benar-benar akan memberimu pelajaran!"
Pria enam puluh lima tahun itu sudah akan melepaskan energi kekuatannya. Namun seketika berhenti saat Zhang Long tiba-tiba muncul di depannya.
"Tetua Pertama, apa yang kau lakukan?!"
Zhang Xu mendengus. "Zhang Long! Kau harus tahu apa yang telah dilakukan putramu. Dia diam-diam menyerang titik dentian putraku. Sekarang putraku hanya bisa terbaring di atas tempat tidur dan dia telah kehilangan basis kultivasinya! Aku tidak terima! Aku ingin putramu juga berakhir seperti itu!"
"Tetua Pertama, jangan keterlaluan! Aku tidak akan membiarkanmu!" Zhang Long memasang badan.
Tapi keberadaannya tidak dianggap oleh Zhang Xu. "Karena kau mencoba melindunginya, maka jangan salahkan aku!"
Setelah berkata Zhang Xu langsung melesat dengan tinju yang dilapisi kekuatannya. Matanya memerah gelap seolah tak segan menghabisi siapapun yang mencoba menghalanginya.
Kening Zhang Long berkeringat merasakan tekanan yang terpancar dari tubuh Zhang Xu. Meski tidak tahu apakah bisa menahan serangan Zhang Xu, dia memaksakan dirinya mengeluarkan pertahanan terkuatnya.
Namun perbedaan kekuatan antara tingkat senior bintang satu dengan grand master bintang lima terlalu jauh. Sekali tinju Zhang Xu menghantam lapisan pelindung yang diciptakan Zhang Long, dalam sekejap langsung hancur berkeping-keping.
Mata Zhang Long berkedut, dia berusaha memikirkan cara lain untuk menahan Zhang Xu agar tidak mencelakai putranya.
Di saat yang sama, muncul siluet armor yang cukup besar berwarna emas melindungi Zhang Long.
Zhang Xu mengira itu adalah pertahan lain yang dimiliki Zhang Long. Tanpa berpikir panjang langsung menerjangnya. Tapi ketika ia benar-benar menempatkan pukulannya pada permukaan armor.
Seluruh kekuatan yang ia tanamkan pada pukulannya seolah terpantul kembali dan melukainya. Zhang Xu terlempar puluhan langkah dan kembali ke samping beberapa orangnya. Pria tua itu memegang dadanya lalu mengusap darah di sudut bibirnya dengan tangan lainnya.
"Kurang ajar! Apa itu tadi?!"