Payung Hitam

Sekali lagi saat akan meninggalkan rumah, Bang Riga mencoba mengecup bibir Anriya namun lagi-lagi Anriya menolaknya bahkan pagi tadi saat Bang Riga berniat 'mengajak' sang istri juga menolaknya.

"Kalau Abang ada salah, Abang minta maaf tapi tolong jangan diamkan Abang ya, sayang??" Kata Bang Riga.

"Siapa nama Al di ponsel Abang?? Perempuan darimana????"

"Al???? Abang nggak ada teman perempuan yang namanya Al." Jawab Bang Riga.

"Kalau bukan teman berarti pacar??? Atau selingkuhan????" Desak Anriya.

"Apa kau bilang??? Selingkuh????Seb***gs*knya Abang, Abang nggak akan melakukan hal seperti itu. Mata Abang mungkin jelalatan, tapi Abang masih waras dan kalaupun ada yang ingin Abang peluk untuk melepaskan hasrat di ujung tanduk, itu hanya kamu. Sebenarnya darimana pikiran anehmu itu???? Atau jangan-jangan kamu yang gatal ingin selingkuh??????" Banyaknya pikiran dalam kepala Bang Riga serta beban mental dan perasaan yang bertumpuk membuatnya tidak sadar sudah membentak Anriya.

Anriya terduduk lemas, Bang Riga pun mengangkat ranselnya dan pergi tanpa pamit.

"S*it..!!!!!" Bang Riga mengumpat kesal sambil menendang pintu rumah. Batinnya yang kacau balau sungguh tak tertahan lagi.

:

Bang Riga membaca baik-baik berkas milik Sertu Priyadi yang beberapa waktu ini ia pelajari. Konsentrasinya sedikit terpecah menyadari pertengkarannya dengan Anriya tadi pagi.

"Rig..!!"

Bang Riga menoleh menatap Abangnya yang menemuinya di ruang kerjanya. "Pagi tadi ada masalah apa?? Suaramu terdengar sampai rumah Abang."

"Nggak ada apa-apa, Bang." Jawab Bang Riga seperti biasanya.

"Abang tidak ingin ikut campur, tapi alangkah baiknya kamu pulang sebelum berangkat dan minta maaf pada Anri. Jangan lupa, istrimu hamil muda.. masih rawan." Kata Bang Rilo mengingatkan pasalnya ia paham bagaimana sifat adiknya yang keras dan dingin.

"Aku di tuduh selingkuh. Kau tau bagaimana aku..!!! Mana ada perempuan dalam hidupku. Sejak Eva memilih laki-laki itu, aku tidak peduli lagi dengan banyaknya wanita, aku benci wanita. Di saat aku sudah bertemu dengan Anriya, pemikiranku berubah. Dulu awalnya Eva juga menuduhku selingkuh tapi ternyata dia sendiri yang melakukannya. Sekarang Anri mengulangnya kembali, setelah ini laki-laki mana yang akan tidur dengannya.. pantas, dia menolak ku, bahkan dia tidak mau kusentuh. Apa mulai ada laki-laki yang menyenangkan dia???" Ucap kesal Bang Riga.

"Huusshhhh.. istighfar, Rig..!!! Nyebut. Jangan begitu bicaramu. Tidak semua wanita sama seperti Eva. Kamu hanya sedang kalap terbawa perasaanmu sendiri. Jangan sampai kamu ucapkan hal seperti ini di depan istrimu." Tegur Bang Rilo. "Sudah sana, cepat pulang. Minta maaf dan perbaiki hubunganmu. Nggak enak lho mau penugasan malah bertengkar sama istri."

Bang Riga tak peduli, ia malah memilih duduk dan mengerjakan laporannya sebelum berangkat penugasan.

"Abang sudah mengingatkanmu, ya. Wanita tidak bisa di tebak. Mereka sangat sensitif sekali. Mudah-mudahan nggak ada apa-apa." Bang Rilo pun keluar dari ruangan.

...

Siang ini Lira merasa bosan, ia segera mampir ke rumah Bang Riga untuk menemui Anriya. Beberapa kali memberi salam tapi tidak ada sahutan.

"Anri..!!!!!" Perlahan Lira membuka pintu rumah dan saat pintu rumah terbuka, Lira menjerit begitu kencang.

Tepat di saat itu, Bang Rilo pulang ke rumah. Mendengar jeritan Lira membuat Bang Rilo kaget setengah mati sampai motor yang akan di parkirkannya pun terguling.

"Kenapa, dek..!!"

Lira langsung memeluk Bang Rilo dengan tubuh masih gemetar.

Secepatnya Bang Rilo mengambil ponsel dan menghubungi Bang Riga.

"Opo, Bang."

"Pulang sekarang.. Anri..........!!!!!"

:

Plaaaaakk..

"Abang sudah bilang.. kamu itu terlalu kaku jadi laki-laki. Bagaimana kalau sudah jadi begini?????" Bentak Bang Rilo sampai menampar pipi adiknya. "Anri terlalu polos untuk jadi istrimu yang seperti berandalan. Kalau tadi istrimu sampai keguguran, kamu akan menyesal seumur hidup, Rig..!!!!!!"

"Astaghfirullah hal adzim..!!!" Bang Riga sampai mengusap wajahnya. Denyut jantungnya masih tak karuan.

"Bang.. Anri sudah sadar..!!" Kata Lira menengahi suara keras suaminya.

Bang Riga segera masuk ke dalam kamar dan melihat keadaan Anriya.

Tak lama berselang, seorang pria datang ke rumah Bang Riga.

"Rig.. pinjam dahrim..!!" Kata Bang Aldin dan tepat saat itu dirinya melihat ada Kapten Rilo disana, ia pun segera memberi salam hormat. "Ijin Abang. Selamat siang..!!"

Bang Rilo meletakan telunjuknya di depan bibir agar Letnan Aldin diam. "Masuk sini..!! Tutup lagi pintunya..!!"

"Siap..!!!" Jawab Bang Aldin dengan mata celingukan. "Lho.. ada ramai apa disini???"

Di dalam kamar, Bang Riga mencoba mendekati Anriya namun seperti tadi, istrinya itu masih menolaknya.

"Jujur sama Abang, dek..!!! Sebenarnya ada apa??? Abang bingung harus bagaimana."

"Anri nggak mau sama Abang. Anri merasa Abang khianati." Jawab Anriya.

Banyak pertanyaan dalam benak Bang Riga namun dirinya berusaha menekan rasa marah dan perasaannya, nyaris kehilangan Anriya dan bayinya nyatanya ratusan kali lebih membuatnya ketakutan.

"Sejak kapan Anri merasa Abang khianati. Sumpah demi Allah, Abang tidak macam-macam di luar sana." Kata Bang Riga merendahkan nada suaranya. Melihat pergelangan tangan Anriya terluka parah dan ruang tamu bersimbah darah membuatnya nyaris pingsan.

"Siapa 'Al'??"

"Allah Ya Rabb.. Al sopo to dek???" Bang Riga sampai pusing memikirkannya hingga kemudian Bang Riga tersadar. "Astaghfirullah.. Al???? Kamu baca chat Abang sama Al?????"

Anriya mengangguk, keadaannya masih begitu lemas.

"Ya Tuhanku..!!! Itu Aldin. Lanang dek, lanaaang. Itu letting Abang." Bang Riga mengacak rambutnya sendiri.

"Kenapa panggil sayang????"

Secepatnya Bang Riga mengambil ponselnya dan meminta Anriya membacanya. "Lihat dan baca sendiri..!! Abang sudah memakinya.

Anriya memalingkan wajahnya sudah malas mendengarnya.

"C*k.. Memang b*****t si Al, buat masalah saja." Gerutu Bang Riga kebingungan sendiri, sungguh hatinya penuh sesal tak terungkapkan.

.

.

.

.