"Mas, aku hamil." ujar Bella menemui laki-laki berperawakan tampan itu di kantornya. Laki-laki yang malam itu menghabiskan waktu bersama Bella.
"Hamil? yakin itu anak saya?" tanyanya dengan sinis sambil menatap Bella dengan tajam.
"Iya Mas, ini anak kamu." jawab Bella apa adanya.
"Bagaimana bisa saya percaya itu ajak saya, sedangkan di malam itu kamu saja tidak berdarah sama sekali!!" ujarnya tanpa perasaan.
DEG...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah Yuliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 33
SALAH KAMAR MEMBAWA BAYI
32
"Menikahlah dengan saya, kita akan memberikan keluarga bahagia untuk anak kita. Saya janji tidak ada membuat kamu kecewa lagi kedepannya."
"Menikah?" ulang Bella sambil tersenyum sinis.
Delano mengangguk mantap. "Iya. Ayo kita menikah dan berikan keluarga lengkap buat anak kita. Kasihan dia tidak pernah merasakan sosok seorang ayah dari lahir." ujar Delano begitu enteng.
Prok!!!
Prok!!!
Prok!!!
Bella menepuk tangannya beberapa kali, bahkan mengangguk-anggukkan kepalanya dan tidak lupa senyum sinis terbit di bibir cantik Bella. "Segampang itu ya anda ngomong nikah? ckckckc nggak nyangka saya jika anda berfikir untuk bertanggung jawab dengan cara menikah." ujar Bella sambil geleng-geleng kepala.
"Apa salahnya? hanya demi kebaikan anak kita tidak ada salahnya kita menikah. Egois hanya demi kebahagiaan anak kita kan tidak apa-apa." Bella dibuat bengong oleh perkataan Delano yang menurutnya tidak etis sama sekali.
Bella menggeleng. "Maaf, bahkan jika hanya anda laki-laki di dunia ini saya tidak akan pernah menikah dengan anda. Lebih baik saya sendiri tanpa ada suami, toh ada anak saya yang selalu menemani saya sampai kapan pun!" tekan Bella pada akhir kalimatnya.
"Kenapa? Kenapa kamu tidak mau berkorban demi kebahagiaan anak kita?" tanya Delano lagi.
"Bukan tidak mau berkorban, tapi anak saya bahagia meskipun tanpa seorang Ayah. Bahkan dia lebih bahagia lagi jika tidak kenal dengan ayahnya yang jelas-jelas menolak kehadirannya dulu." jawab Bella menohok hati Delano.
"Maaf," Lagi-lagi kata maaf yang keluar dari mulut Delano yang sejujurnya membuat Bella muak.
"Tidak ada gunanya anda meminta maaf sekarang, semuanya sudah berlalu. Silahkan anda pergi dari sini karena kehadiran anda cukup membuat saya terganggu bahkan tidak nyaman sama sekali. Waktu libur saya malah sia-sia saja meladeni orang seperti anda!" ujar Bella mengusir Delano.
"Maafkan saya, tapi tolong berikan saya kesempatan untuk menebus semua kesalahan dan waktu yang dulu saya abaikan. Tolong berikan saya kesempatan ke-dua," Delano bersujud di kaki Bella membuat Bella reflek mundur.
"Berdirilah karena, tidak ada gunanya anda sampai bersujud seperti itu. Apa yang sudah saya katakan itulah yang akan berlaku. Tidak ada kesempatan kedua bahkan kesepuluh sekalipun." Setelah mengatakan itu Bella langsung masuk ke dalam rumah
Meninggalkan Delano yang terdiam kaku dengan kaki masih seperti semula, bersujud di lantai marmer tersebut.
Bella mengusap dadanya dengan pelan karena jujur saja ini bukanlah waktu yang tepat rasanya laki-laki itu berkunjung ke rumahnya. Bahkan bagi Bella tidak perlu sekalipun laki-laki itu muncul di hadapannya, cukup saja dia yang muncul dulu di hadapan laki-laki itu.
"Jadi benar dia, ayah kandung Bintang, Bel?" tanya Meska dengan memegang nampan berisi dua gelas air. Sebenarnya tadi dirinya hendak keluar memberikan minuman itu, hanya saja terhenti kala mendengar perdebatan anaknya dan laki-laki yang tidak dikenalnya.
Bella mengangguk. "Iya Bu," balas Bella singkat.
"Ibu tidak menyangka jika ayah Bintang laki-laki seperti itu. Mana dia jelas ibu lihat sangat kaya terlihat saja dari pakaiannya. Tapi yang Ibu sesalkan kenapa dia tidak memiliki hati nurani saat itu sama anak yang di kandungan kamu dan sekarang dia malah mengemis datang ke sini." ujar Meska. Andai saja tadi ada suaminya mungkin saja laki-laki itu sudah di hajar suaminya karena sekarang dengan seenaknya ingin mengakui dirinya ayah dari cucunya setelah dulu menolak mentah-mentah.
"Itulah Bu, aku juga heran kenapa tidak ada rasa malu sedikitpun dalam dirinya. Bahkan sampai-sampai memintaku menikah dengannya. Yang benar saja!"
"Ibu juga tidak akan setuju kamu menikah dengan laki-laki seperti itu Bel, masih banyak laki-laki diluar sana yang lebih baik dari dia." Bella mengangguk, lagian ucapan ibunya tidak ada yang salah.
"Iya Bu, benar. Sudahlah Bu, aku malas membahas itu lagi karena luka yang dulu aku usahakan sembuh seperti terbuka lagi." ujar Bella dengan mata memerah.
Meska memeluk putrinya. "Kamu jangan sedih, ada Ayah, Abang, anak-anak dan Ibu yang selalu ada buat kamu Bel," Bella lantas mengangguk dan membalas pelukan ibunya dengan erat.
TBC