Bagaikan mimpi buruk yang sangat menakutkan, Cecilia tidak menyangka hidupnya sangat tragis sekali.
Lelaki yang baru tiga bulan di nikahinya, ternyata menyukai adik tirinya.
Lelaki yang baru di nikahinya itu, bersekongkol dengan adik tirinya dan Ibu tirinya, ingin merebut perusahaan Ayahnya, dan menguasai harta keluarga Cecilia.
Cecilia bertekad akan membalas semua apa yang telah dilakukan oleh ke tiga orang itu pada keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Terimakasih atas kebaikan anda....
Cecilia membeku di tempatnya, pria itu, ya dia! pria yang membuat dirinya tidak pernah ingin mecintai pria lain di dalam hidupnya.
Cinta masa kecilnya.
Mata Cecilia nanar menatap pria itu, lututnya perlahan mulai gemetar, antara terkejut dan gugup.
Pria itu terlihat begitu tampan dan dewasa, ya! dia ingat usia mereka terpaut enam tahun.
Usia Cecilia sekarang dua puluh tiga tahun, berarti pria itu berusia dua puluh sembilan tahun.
Tapi perubahan pada pria itu, terlihat begitu banyak berubah, tubuhnya terlihat berisi dan kekar.
Terlihat dari bahunya yang lebar.
Dan, seorang wanita cantik berdiri di sampingnya, sembari meletakkan tangannya dengan mesra di sandaran kursi pria itu.
Cecilia melihat papan nama pria itu.
Ceo Jhonatan Anderson Arcturus.
Ya! tidak salah lagi! itu nama pria cinta masa kecilnya.
Tidak di sangka, pria itu sudah menikah! waktu yang cukup lama tidak pernah melihatnya lagi, pria itu telah menemukan wanita yang dicintainya.
Pasti pria itu tidak mengenal dirinya, karena sudah cukup lama mereka tidak pernah bertemu.
Cecilia ingat, setelah pria itu tamat dari Sekolah Dasar, dan menengah pertama dari sekolah mereka, pria itu tidak pernah melihat Cecilia lagi.
Karena pria itu melanjutkan sekolah menengah atas ke sekolah lain, dan kemudian setelah tamat, lalu masuk Universitas.
Tapi, Cecilia menjadi penguntit waktu itu, karena dirinya sudah menyukai pria itu dari awal pertama mengenalnya, saat pria itu menolong Cecilia.
Cecilia selalu pergi ke sekolah pria itu, untuk melihatnya dari jauh.
Diam-diam Cecilia menelan ludahnya dengan getir, dadanya terasa sesak, ada rasa sakit di hatinya.
Melihat pemandangan di depannya itu, membuat Cecilia ingin pergi dari sana secepatnya.
Pikirannya yang salah, karena barusan memikirkan pria itu dalam pikirannya, membuat hatinya tidak nyaman.
Pria itu sudah berkeluarga, dia harus menjaga perilakunya.
Cecilia mencoba bersikap tenang, dan membuat tubuhnya setenang mungkin.
Diam-diam Cecilia menghela nafas sebentar, sebelum melanjutkan maksud tujuannya datang bertemu dengan pria itu.
Mungkin pria itu lupa, mengenai dirinya yang datang untuk menghadap pada lelaki itu.
"Saya sudah memeriksa laporan mengenai, apa saja yang terjadi dua tahun belakangan ini mengenai perkembangan Group Michael!" sahut Cecilia, lalu berjalan menuju meja pria itu.
Meletakkan berkas yang di pegangnya ke atas meja Ceo tersebut, lalu dengan cepat mundur dua langkah ke belakang.
Berdiri dengan sopan menunggu tanggapan pria tersebut, dan tidak berani melirik wanita cantik yang berdiri di samping Ceo tersebut.
Pria itu sedari tadi memandang Cecilia terus, tatapan yang tidak di mengerti Cecilia, mungkin mencoba untuk mengingat wajah Cecilia, agar tidak lupa lain kali untuk memanggil namanya.
Perlahan tangan pria itu meraih berkas yang di letakkan Cecilia tersebut.
Lalu melihatnya sebentar.
"Baik, aku akan periksa!" sahut suara bariton itu.
Cecilia membungkukkan tubuhnya sedikit, begitu pria itu selesai berbicara.
"Kalau begitu saya permisi Tuan, dan...terimakasih banyak atas kebaikan anda!" ucap Cecilia dengan sopan, dan dengan nada yang penuh rasa hormat.
Lalu tubuh mungil itu membungkuk dengan dalam, untuk ucapan terimakasihnya.
"Saya sangat berterimakasih pada anda, saya akan bekerja keras untuk menaikkan keuntungan Group Michael kedepannya!" sahut Cecilia sembari semakin menundukkan kepalanya atas rasa terimakasihnya pada pria itu.
Cecilia tetap menunduk menunggu respon dari pria itu.
Pria itu diam saja, dan Cecilia tidak berani mengangkat kepalanya.
Dia merasa tidak pantas untuk mengangkat kepalanya, sebelum pria itu menanggapi apa yang dikatakannya.
Kebaikan pria itu sangat berarti baginya, karena telah menolong dirinya dari keluarga tirinya yang kejam.
Bersambung......