Ayna Renata harus menelan pil pahit, tatkala pria yang dicintainya membatalkan pernikahan mereka tepat di hari H, karena calon mempelai pria sudah menikahi wanita lain.
Tidak terima diperlakukan seperti itu, Ayna pun memutuskan harus tetap menikah juga di hari itu.
"Apa kamu mau menikah denganku?" Tunjuk Ayna pada seorang pria yang baru datang.
"Aku?" Pria yang tampak bingung itu menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, benar kamu! Pria yang berkemeja biru, apa kamu mau menikah denganku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hai_Ayyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 - Lingkaran Setan
Setelah pergi dari kantor, Ayna berada di sebuah taman. Ia berjongkok sambil meringkuk di bawah sebuah pohon. Cahaya matahari cukup terik meski masih pukul 10 pagi.
Ayna mengusap air mata yang seolah enggan berhenti berlinang. Ia begitu sangat malu dan sakit hati. Rasa malu karena rekaman video itu dan sakit hati karena penghianatan Arga.
Wanita yang sedang menangis itu mengabaikan ponsel yang berdering, panggilan dari rekan kerjanya. Ia tidak berniat kembali bekerja untuk sementara. Mungkin ia akan mengajukan cuti panjang lagi, sekedar untuk menenangkan diri.
'Mas Alex, apa lagi kerja?' Ayna ingin bertemu dengan suaminya itu. Ia ingin menangis dalam pelukannya.
'Aku telepon saja ya!'
Sementara di sebuah ruang rapat, Alex yang berwajah datar dengan tatapan mata tajamnya mendengar dan memperhatikan presentase para karyawan. Ekspresinya saat ini membuat bulu kuduk orang-orang yang berada di sana merinding.
Fokus Alex beralih pada ponsel yang bergetar di sampingnya. Tertera nama kontak Aynaku❤ pada layar ponselnya. Wajah datar itu mendadak tersenyum.
'Perasaanku tidak enak!' Jo menyadari perubahan ekspresi Alex.
'Kenapa dia meneleponku? apa dia merindukanku?' Alex bermonolog sendiri dalam hati melihat panggilan tersebut. Ia hanya memperhatikan tanpa mengangkatnya.
'Pasti dia mau mengajak makan siang bareng.' Alex menunggu panggilan Ayna berikutnya.
Begitu ponselnya kembali bergetar dengan semangat ia pun menjawabnya.
"Iya, sayang..." Ucapan Alex membuat orang-orang yang berada di ruangan itu menoleh ke arahnya.
Alex memutar kursinya, hingga ia membelakangi mereka. Para karyawan yang sedang rapat dengannya melihat ke arah Jo dan Jo mengisyaratkan untuk melanjutkannya saja.
"Mas Alex, lagi sibuk?" Tanya Ayna dengan suara bergetar.
"Ada apa sayang?" Tanya Alex khawatir, ia merasa Ayna sedang tidak baik-baik saja.
"Mas... bisa kemari?" Ayna pun menangis.
"Ok ok, aku ke sana."
"Aku share lokasinya. Mas datangnya cepat ya, jangan lama-lama!" Ucap Ayna sambil terisak-isak.
"Baiklah. Tunggu sebentar ya!"
Setelah mengakhiri panggilan Ayna. Alex pun bangkit dari kursinya.
"Ok, rapat selesai untuk hari ini. Besok berikan laporan kepada asisten saya!" Ucap Alex lalu berlalu pergi, meninggalkan para karyawan yang saling terbengong. Terutama Jo, yang terus menghembuskan nafas kasarnya.
'Terserahmu lah, Lex!'
######
'Apa yang dilakukannya di taman ini? apa ia tidak bekerja?' Alex melangkah memasuki area taman, setelah memarkirkan mobil di depan taman.
Pria itu merogoh ponselnya, ia akan menghubungi Ayna.
"Sayang, aku sudah sampai. Kamu di mana?"
Alex mengikuti arah yang diberitahu Ayna. Dan sampailah Alex melihat seorang wanita yang meringkuk sedang menangis di bawah pohon. Ayna saat ini seperti penunggu pohon.
"Sayang..." Panggil Alex menghampiri.
"Mas Alex..." Melihat Alex, Ayna segera bangkit dan memeluk erat pria itu. Tangis Ayna kembali pecah.
"Kamu kenapa, Ay?" Tanya Alex lembut seraya mengelus pundak yang gemetaran itu.
Mereka lalu duduk di bangku-bangku taman. Ayna bersender di bahu suaminya. Ia masih betah melingkarkan tangan di tubuh pria itu.
"Sekarang cerita, kamu kenapa?" Tanya Alex penasaran pada apa yang membuat Ayna menangis seperti ini.
"Aku bertemu Arga, Mas." Ucap Ayna lirih.
"Arga?" Tanya Alex bingung. Siapa itu Arga?
"Arga itu, pria yang meninggalkanku di hari pernikahan."
Alex mulai mengingat pada sebuah foto yang berada di meja nakas kamar Ayna. Foto Ayna dengan pria itu.
"Ia membatalkan pernikahan denganku dan menikah dengan Aca karena wanita itu sudah mengandung anaknya." Ayna kembali menangis, ia begitu sedih Arga mengkhianatinya.
"Sudahlah, biarkan saja. Sekarang kamu sudah menikah denganku, tidak baik memikirkan pria lain. Aku tidak suka, Ay!" Ucap Alex merasa kesal, ia tidak mau Ayna masih mengingat masa lalunya itu.
"Kenapa Mas marah? aku kan sedang curhat. Tadi Mas yang menyuruhku untuk bercerita. Seharusnya Mas mendengarkanku dong!" Ayna mendongak dengan wajah sembabnya.
"Aku tidak marah sama kamu, sayang." Alex merangkup wajah Ayna, perlahan tangannya terulur menghapus air mata yang membasahi wajah cantik itu.
"Aku hanya mengingatkan kamu. Bahwa kamu tidak perlu bersedih. Ada aku di sini."
Ayna tersenyum samar mendengar itu, ucapan simple Alex membuat hatinya jadi tenang.
"Kamu di mana bertemu orang itu?" Tanya Alex seolah enggan mengucapkan nama Arga.
"Kami satu kantor, Mas." Ayna memberitahu.
"Apa?" Sungguh Alex kaget mendengar itu. Ia benar-benar tidak tahu tentang Ayna. Berarti mantan Ayna bekerja di kantor yang sama dengan istrinya. Ini tidak boleh dibiarkan.
"Arga itu manager di kantor dan Aca sekretarisnya." Jelas Ayna lagi.
Alex mengangguk, ia sekarang mengerti yang dialami Ayna. Istrinya itu berada dalam lingkaran setan. Ayna tidak boleh bekerja di sana lagi. Bisa-bisa istri cantiknya itu akan selalu menangis.
"Sayang, kamu tidak usah-"
"Mas, aku mau makan es krim." Ayna memotong ucapan Alex. Ia menginginkan es krim untuk mendinginkan hati dan pikirannya.
"Ayo, kita makan es krim!" Alex menggenggam tangan Ayna. Mereka pun berjalan keluar taman.
Sekitar 20 menit mereka sampai di sebuah kafe. Alex melirik Ayna yang sudah membenarkan make up wajahnya Sudah tidak ada lagi wajah sembab. Ayna begitu cantik di matanya, tapi...
"Ay..."
"Iya, Mas-"
Saat Ayna menoleh Alex pun menyatukan bibir mereka. Ia menghapus polesan lipstik tebal di bibir itu. Mana rela bibir seksi itu jadi perhatian orang lain.
Alex memperdalam ciumannya. Mereka saling melummat diiringi decapan.
"Sayang, benerin lipstik kamu." Ucap Alex sambil nyengir. Lipstik itu belepotan ke mana-mana.
Ayna pun mengelap bibirnya dengan tissu. Ia juga membenarkan make up. Lalu akan memoleskan lipstik itu lagi.
"Hmm.." Ucap Alex dengan tatapan mata tajamnya.
Ayna pun hanya memoleskan tipis lipstik, agar bibirnya tidak pucat. Jika dipoles tebal, pasti mereka tidak akan jadi makan es krim.
"Mas, tunggu.." Ayna menahan tangan Alex yang akan membuka pintu mobil. Ia menggeleng melihat Alex. Wajah suaminya juga belepotan lipstiknya.
"Terima kasih, sayang." Ucap Alex tulus saat Ayna mengelap bibirnya dengan tissu. Perhatian kecil dari sang istri membuat hatinya berdebar.
Hati Ayna pun kembali menghangat.
"Ayo, Mas! Nanti es krimnya habis." Ayna segera turun dari mobil. Lagi dan lagi kegugupan melandanya.
Tak lama, Ayna melahap es krim paket komplit. Rasa dingin yang menjalar di tenggorokannya terasa menyegarkan.
"Sayang..." Alex membuka mulutnya.
"Mas, pesan sana!" Ayna kesal, Alex membuatnya terus menyuapi es krim itu.
"Aku nggak suka es krim." Alasan Alex makanya ia tidak mau memesan.
"Nggak suka apaan? sudah lebih dari 10 sendok aku menyuapi Mas Alex loh!" Cibir Ayna melihat wajah nyengir Alex.
"Astaga, sayangku... Kamu sangat perhitungan ya." Alex mencubit pipi Ayna gemas.
"Oh, iya... apa orang tua Mas Alex masih di luar negeri? Kapan aku bisa bertemu mereka?"
.
.
.
tingkah Alex jadi berubah drastis
😂