Difiar Seamus seorang penyihir penyedia jasa pengabul permintaan dengan imbalan sesuka hatinya. Tidak segan-segan Difiar mengambil hal berharga dari pelanggannya. Sehingga manusia sadar jika mereka harus lebih berusaha lagi daripada menempuh jalan instan yang membuat mereka menyesal.
Malena Safira manusia yang tidak tahu identitasnya, pasalnya semua orang menganggap jika dirinya seorang penjelajah waktu. Bagi Safira, dia hanyalah orang yang setiap hari selalu sial dan bermimpi buruk. Anehnya, mimpi itu merupakan kisah masa lalu orang yang diambang kematian.
Jika kalian sedang putus asa lalu menemukan gubuk tua yang di kelilingi pepohonan, masuklah ke dalam penyihir akan mengabulkan permintaan kalian karena mereka pernah mencicipi rasanya ramuan pengubah nasib yang terbukti ampuh mengubah hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gaurika Jolie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Selamat Tinggal Kebahagiaan
Istri Gito mengembuskan napas. Dia benar-benar muak melihat pria di depannya yang dulu pernah kasar padanya.
Bayangan buruk setelah dia berusaha menghidupi anaknya sendiri terus menghantui. Sekarang dia berada di depannya seolah menuntut perjanjian yang sudah masa tenggang.
“Capek jelasin semuanya ke kamu, Mas. Terserah kamu nilai aku apa, yang penting aku akan gugat cerai kamu biar aku bisa melanjutkan hidup dengan damai. Aku nggak mau hidup bersama orang yang kasar lagi seperti kamu!” kata wanita itu langsung mengajak suaminya masuk.
Secepatnya, Gito menyusul seraya memohon. “Jangan tinggalin aku, aku nggak bisa hidup tanpa kamu. Aku telah merelakan semuanya biar kita bisa bersama, bahkan aku rela jadi yang kedua asalkan jangan cerai!”
Tidak ada jawaban lagi, mereka telah masuk ke dalam rumah. Sementara tubuh Gito dikelilingi asap hitam yang membuatnya takut. Seketika dirinya menjadi hampa. Tidak ada kebahagiaan lagi dalam hidupnya. Dirinya seolah kosong meratapi kesepakatan dengan penyihir itu.
“Seharusnya aku memilih mempertahankan keluargaku daripada uang. Aku menyesal merelakan kebahagiaanku demi uang. Kenangan itu memang nggak pernah terulang, tapi kenangan bahagia itu memberiku semangat.”
Gito berlutut menyesali dirinya yang tidak mencari tahu tentang istrinya lebih dahulu sebelum menemuinya. Seharusnya, dulu dia lebih sering melihat istrinya dari jauh atau sekedar menemuinya.
“Tau gitu aku nggak usah menuruti perkataannya dan mengajaknya pulang. Kalau perlu aku maksa tinggal di rumahnya biar bisa memastikan mereka baik-baik aja sehingga aku nggak perlu buat perjanjian dengan penyihir itu,” sesalnya setelah kehilangan hal berharga dalam hidupnya.
Lain sisi, Difiar tengah melihat kejadian pelanggannya dari awal sampai akhir dari layar besar di kamarnya. Gito dikelilingi penyesalan yang membuat dirinya pernah merasakan kehilangan yang berharga juga dalam hidup.
Segelas anggur yang ada di genggamannya telah habis sehingga Samuel menuangkan lagi. Mereka pun sama-sama menikmati anggur itu seraya melihat botol yang berisi kebahagiaan Gito sebagai bayaran atas permintaannya yang sudah terwujud.
“Kenapa manusia menukar kebahagiaannya demi uang?”
“Uang bisa membeli segalanya, bahkan dengan uang kita bisa membuat kebahagiaan sendiri. Dia pikir bisa mendapatkan kebahagiaan lagi, tapi nyatanya uang hanya bisa memenuhi keinginannya bukan menjadi pelengkap hidupnya,” jawab Samuel setelah menyesap anggurnya.
Difiar hanya bisa tertawa. “Benar. Mau selama apapun hidup kalau nggak ada kebahagiaan rasanya hampa. Sama sepertiku yang menyesal merelakan kebahagiaan demi keinginan yang saat ini nggak pernah terwujud. Apa nggak berlaku untuk seorang penyihir?”
“Penyihir? Kamu juga manusia. Lupa kalau kamu darah campuran?” Samuel mengingatkan Difiar yang terus saja mengklaim jika seorang penyihir murni.
Difiar menaruh gelas anggurnya secara kasar. “Sebenarnya kekuatanku apa? Ribuan tahun aku hidup tanpa sihir, kalau manusia nggak mungkin punya keistimewaan seperti penyihir!”
“Nggak papa, kamu masih bisa baca pikiran orang, itu termasuk sihir,” bela Samuel agar Difiar tidak sedih.
Difiar memutarkan kedua bola matanya. “Baca pikiran itu keistimewaan penyihir.”
“Tapi, kamu nggak bisa gini, kan?” tunjuk Samuel yang mengeluarkan sihirnya berupa mengubah bentuk sesuai yang dia inginkan.
“Transfigurasi, ya? Nggak begitu spesial, banyak penyihir yang punya kekuatan itu,” ucap Difiar lalu membanting gelas anggur yang ada di meja ke arah Samuel agar berhenti pamer. Lantas Samuel menertawakan penyihir campuran itu yang marah.
“Cepat bereskan kekacauan yang kamu buat!” perintah Difiar lalu pergi meninggalkan Samuel yang kesal.
“Bisa-bisanya buat kekacauan sendiri tapi suruh orang yang bersihkan!” sindir Samuel lalu menyusul Difiar. “Hey, seenggaknya kalau aku tertawa kamu senyum gitu, loh!”
“Hal apa yang harus disenyumin? Lebih baik kamu bersih-bersih!” suruhnya saat menuruni tangga.
Samuel protes, “Hey! Kamu nggak ada niatan tambah karyawan? Tugasku banyak banget harus cari bahan-bahan di dunia sihir yang susahnya minta ampun, apalagi harus jadi asisten kamu yang disuruh-suruh bersihin tempat kerja dan naik turun ambil bahan di ruang penyimpanan, belum lagi jadi asisten pribadi kamu di kantor! Gajinya nggak seberapa tapi pekerjaan banyak benget!”
“Gini nih penyihir yang kebanyakan bergaul sama manusia, kebanyakan ngeluh. Gaji kamu itu setara sama pimpinan perusahaan kalau kerja sama manusia. Kamu aja yang boros hobinya foya-foya!” Difiar menghadap temannya sehingga dia berhenti tiba-tiba. “Aku nggak akan naikin gaji kamu, tapi aku butuh satu orang lagi untuk jadi asisten di bar biar kamu bisa pergi cari bahan-bahan yang langka sebanyak-banyaknya!”
“Nah, kan ngelunjak! Tapi nggak papa, aku masih bisa bersenang-senang di dunia manusia setelah cari bahan-bahan,” kata Samuel seraya menaik turunkan alisnya. “Mau ikut?”
“Sekarang? Bukannya kamu masih punya tugas bersihin pecahan gelas, terus cari bahan-bahan sekalian pekerja buat nanti malam?” Difiar menuntut dengan wajah serius.
“Hey, kamu pikir cari pekerja itu seperti di job fair apa? Serahkan semuanya ke aku, asalkan sabar!” gertak Samuel yang tidak pernah takut pada Difiar karena jika mereka di dunia sihir pasti derajat Samuel lebih tinggi daripada Difiar.
Difiar berdecak karena Samuel itu selalu menyepelekan pekerjaan, tetapi hanya dia yang bisa diandalkan. “Terserah, yang penting banyak bahan yang dibutuhkan karena permintaan manusia yang aneh-aneh!”
Samuel setuju. “Mereka banyak keinginan, tapi milih jalan cepat daripada menikmati prosesnya.”
“Makanya itu buruan apa perlunya! Aku serahkan semua tugas ke kamu, termasuk pegawai baru.”
Samuel kembali mengejar Difiar yang selalu pergi padahal belum selesai bicara. “Kenapa harus aku? Kamu kan bisa! Kalau aku terus, kamu kerja apa?”
“Kamu bisa racik ramuan? Setelah pelanggan datang memang kamu bisa mengurusnya sampai selesai ambil bayaran? Mau tukar tugas biar aku ke dunia sihir cari bahan-bahan? Nanti kalau mereka tau aku penyihir ilegal terus ditangkap siapa yang mau menghasilkan uang buat kesenangan kamu lagi? Ingat, ya, kamu di dunia sihir bukan siapa-siapa, bahkan nggak ada yang mau terima kamu di sana, jadi, kita hidup setara. Kamu lupa aku berasal dari keturunan penyihir kuat di sana? Walaupun ibuku manusia, Ayahku dulu kerja di kementerian sihir!” jelasnya panjang lebar dengan lantang sampai Samuel cemberut.
“Aku tau, tapi kalau selesai sekarang nggak bisa!” keluh Samuel yang memasang wajah melas.
“Loh, kamu yang minta tambah pegawai kan? Kenapa kamu mengeluh terus? Terserah cari yang seperti apa, kamu tau orang yang cocok kerja di bar, kan?” tanya Difiar yang selalu pasang wajah serius. “Orangnya terserah kamu asal—”
Ucapan Difiar terpotong karena Samuel pergi begitu saja karena lelah harus menuruti ucapannya. “Asalkan harus penyihir. Jangan sampai menawarkan ke manusia!” Terlambat menjelaskan persyaratan ke Samuel yang kini sering ngambek tidak jelas.
“Lama-lama sifatnya seperti gadis!”