Pacaran bertahun² bukan berarti berjodoh, begitulah yang terjadi pada Hera dan pacarnya. Penasaran? Ikuti terus karya Hani_Hany hanya di noveltoon ☆☆☆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB SEMBILAN BELAS
Rika disibukkan dengan persiapan wisuda dipagi hari. Tanpa dia tahu permasalahan yang pasti, tapi dia heran melihat Hera berduaan di taman dengan Aldo dengan wajah tegang.
"Naura, kamu pantau mereka. Jika perlu kamu rekam ya! Ada masalah apa mereka berdua pagi-pagi sekali sudah di taman." lihat-lah. Betapa pedulinya Rika sampai terlambat menuju gedung karena harus mengurus sahabatnya.
"Cepat lah Rika, kenapa mengurusi orang. Kita ini datang cepat mau foto-foto." tegur sang mama tegas. Kenapa mengurusi urusan orang? Pikir mamanya Rika. "Gak usah Naura, aneh-aneh ini Rika." ujar mama.
Akhirnya Rika berangkat menggunakan mobil bersama keluarganya. Meninggalkan Hera dan Aldo yang sedang berduaan. Rika cukup penasaran, tapi dia harus sabar. Nanti dia akan tanyakan langsung pada Hera.
Akhirnya Hera tiba di rumah dengan lelehan air mata yang terus mengalir. Padahal dia selalu menghapusnya sejak diperjalanan.
"Loh nak, kamu kenapa?" ibu Ros heran, tiba-tiba Hera pulang dengan lelehan air mata. Dada Hera sesak, apalagi saat ibunya bertanya. Hera menumpahkan keluh kesah pada sang ibu.
"Bu." ucapnya lirih, ibu Ros memeluk anaknya membawanya masuk ke dalam kamar Hera. Dia ajak Hera duduk di sisi ranjang. Tetap dalam pelukan sang ibu, Hera menangis.
Setelah Hera cukup tenang, Ibu melepas pelukan dan mengusap pucuk kepala Hera dengan sayang. "Ada apa?" tanya ibu lembut. Hera menatap ibunya dengan sendu.
Ibu juga menatap Hera dengan senyum. "Ibu kan sudah bilang, fokus pada belajar dan kuliahmu. Kalau jodoh pasti tidak akan tertukar. Mencintai boleh tapi yang sewajarnya saja, begitu juga membenci. Hhmm." nasehat sang ibu.
Hera kembali memeluk ibu Ros dengan erat seolah tidak mau melepaskan. Sebegitu terpukulnya sampai Hera belum bercerita apapun pada ibu Ros, pikirnya.
Setelah cukup tenang Hera melepas pelukan sang ibu. Dia mendongak menatap ibunya dengan sendu. "Maaf kan Hera ibu." ucapnya lirih. Sang ibu tersenyum dengan teduhnya.
"Kenapa minta maaf sama ibu?" tanyanya. "Minta maaf lah pada dirimu sendiri, seharusnya kamu fokus belajar. Ibu tidak melarangmu bermain dan berteman dengan siapa pun asal kamu bisa jaga hati kamu nak." nasehat ibu. Hera mengangguk paham.
"Sana lah, mandi dan cuci wajah kamu baru bersiap ke acara wisuda Rika. Kamu diundangkan?" tanya sang ibu menatap Hera dalam.
"Ibu, aku melupakannya. Aku akan segera mandi dan bersiap untuk berangkat." ucapnya syok. Hampir saja dia tidak jadi berangkat ke acara wisuda Rika sang sahabat.
Hera masuk kamar setelah pamitan pada sang ibu. Usai mandi, Hera sengaja tidak langsung bersiap. Dia menghubungi Hasyim dan Rudi.
"[Kalian dimana?]" pesan terkirim buat Hasyim dan Rudi. Dengan cepat mereka pun membalasnya.
"[Aku masih di rumah. Mau antar ayah dulu ke Kota. Nanti pulang baru berangkat lagi ke acara wisuda Rika]" balasan dari Hasyim. Di luar ekspektasi, ternyata ada kesibukan Hasyim.
"Huft, selalu saja Hasyim begitu." helaan nafas kasar terdengar dari mulut Hera. Kecewa pasti ada tapi mau bagaimana lagi, jika itu berurusan dengan orang tua itu akan lebih penting bagi Hasyim.
"[Aku agak siangan ya, masih ngantuk nih baru pulang dari Kota L]" balasan dari Rudi. Dia memang baru datang jadi berniat untuk tidur terlebih dahulu.
"[Okey lah. Nanti jam sebelas lewat kita ke gedung SR ya! Tidak boleh ada yang terlambat]" Hera membalas pesan dari kedua sahabatnya. Dia tidak terima alasan terlambatnya temannya.
"Untung bukan aku yang wisuda, kalau sampai mereka bertiga gak hadir, gak aku maafkan jadi sahabat." gerutunya. Mungkin seperti berlebihan tapi bagi Hera kebersamaan itu ada kesatuan.
Hera beristirahat di kamar sambil sibuk dengan ponselnya, dia sengaja berselancar ke media sosialnya. Tanpa diduga dia melihat foto-foto Aldo dengan teman lelakinya yang di bilang kekasihnya itu.
"Apa ini ya yang ditemani Aldo selalu? Ish amit-amit juga ya! Untung belum sampai nikah. Kan ji-jik." ucap Hera bergidik ngeri. "Tapi memang foto mereka banyak berdua-an." ujarnya.
Banyak foto-foto disana, tapi Hera sudah tidak mau peduli lagi. Dia segera berpindah mencari hal-hal lain yang bermanfaat. Setahun lagi dia akan menjadi Sarjana Keperawatan. Dia pasti bisa melalui semuanya, apalagi Aldo teman sekelasnya.
Tepat pukul sebelas dia baru bersiap. "Dah siang, gak kerasa juga ya!" gumamnya sambil mengambil alat make up untuk dipoleskan ke wajahnya.
Usai dengan make up, Hera mencari baju yang sesuai dengan acara wisuda. Dia terlihat cantik dengan pakaian tersebut.
"Hera, kamu sudah siap nak?" panggil ibu dari luar kamarnya. Beberapa kali ibu mengetuk pintu kamar Hera, jangan sampai dia tertidur.
"Iya bu." Hera membuka pintu kamarnya, melihat ibunya yang bernafas lega. "Ibu kenapa?" tanya Hera heran. Dia menatap ibunya dengan rasa penasaran.
"Ibu pikir kamu tidur nak, ibu lega kamu sudah bersiap. Tadi ibu melihat ada Hasyim baru datang bersama ayahnya." ucap ibu Ros memberikan informasi. Biar bagaimana pun Hera dan Hasyim adalah sahabat. Meski Hera memiliki rasa sayang lebih dari sahabat atau tetangga.
"Oh iya kah bu? Wah bisa berangkat bareng tuh!" serunya semangat. "Makasih informasinya ibu-ku. Aku mau pakai jilbab dulu bu. Ayo ibu masuk." ajaknya pada ibunya. Hera buka lebar pintu kamarnya supaya ibunya bebas melangkah masuk.
Hera melanjutkan berpakaian dan mengenakan jilbab yang sesuai dengan pakaiannya. Sedang ibu duduk dipinggiran kasur, memantau sang anak yang sedang bersiap.
"Kamu masih menyimpan rasa buat Hasyim nak?" tanya ibu Ros penasaran. Pasalnya sudah lama Hera tidak pernah bercerita tentang kekasihnya. Dengan Aldo pun dia tidak jujur jika berpacaran, hanya Aldo memang terbiasa datang ke rumah.
"Begitu lah bu, tidak mudah perasaan ini hilang begitu saja." jawabnya lirih sambil melanjutkan berjilbabnya. "Kok tumben ibu tanya begitu ya!" batin Hera.
"Ya sudah, sebaiknya kamu pendam saja dulu nak. Selesaikan kuliahmu, kalau sudah Sarjana dan kerja baru pikirkan menikah." ujar ibu Ros menasehati sang anak.
"Iya bu." jawab Hera singkat, dia mengambil tas yang sesuai dengan pakaiannya. Tidak lupa menyiapkan kado buat sang sahabat. Ponsel Hera berbunyi, tanda ada yang menelfon.
"Aku angkat telfon dulu bu." ucap Hera diangguki sang ibu. "Oh dari Hasyim bu." imbuhnya.
"[Halo Hasyim, kamu dimana?]" tanya Hera langsung pada intinya. Hera tetap duduk disamping ibu meski fokus menerima telefon.
"[Sudah pergi?]" tanya Hasyim tanpa menjawab pertanyaan Hera. Sepertinya dia masih berada di rumah, sempat mereka bisa berangkat berdua, pikirnya.
"[Iya, aku masih di rumah. Baru selesai pakai jilbab. Kamu dimana?]" tanya Hera penasaran. Hera melihat jam sudah menunjukkan pukul sebelas lima belas.
"[Ayo berangkat. Disini ada Rudi, kita berangkat bertiga]" ucap Hasyim. "[Cepat keluar, dari tadi Rudi menunggu]" imbuhnya.
"[Okey]" jawab Hera cepat kemudian mematikan sambungan sepihak. "Ibu, aku harus berangkat, Rudi dan Hasyim sudah ada di depan menunggu." pamit Hera pada sang Ibu.
***
Makasih sudah mampir, mampir juga Ya di Karya ke Tiga Hani_Hany ♥︎
cocok