Jelita Putri Maharani adalah seorang perempuan cantik berumur 27 tahun yang menjadi piatu sejak dia masih duduk di kelas V SD.
Suatu ketika, papa Jelita sakit keras dan sebelum meninggal dia meminta putri kesayangannya itu untuk menikah dengan Rico Putra Permana, pria tampan berumur 30 tahun anak dari sahabat papanya dengan maksud agar Jelita ada yang menjaga.
Namun siapa sangka, 2 bulanan setelah pernikahan, Jelita mulai melihat sifat asli suami, mertua dan adik iparnya yang membuat emosi Jelita makin lama makin naik.
Bagaimanakah kisah selengkapnya? Yuk simak novel ini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zia Ni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34 Sisca Takut Mengaku
40 menitan kemudian...
"Dewi kenapa, Ta?" Baskoro merasa heran campur panik ketika melihat istrinya hanya diam saja seperti patung dengan tatapan mata kosong. Tak beda dengan bapaknya, Rico pun juga merasa demikian.
"Sejak kemarin Bu Dewi datang kemari dengan memberi makanan ke aku, Pak. Kemarin memberi bakso trus sekarang memberi es oyen. Karena aku curiga Bu Dewi punya niat buruk, ya aku buang saja bakso pemberiannya kemarin," Jelita mengawali penjelasannya.
"Untuk membuktikan kalau prediksiku benar, kita paksa saja dia tadi untuk minum es oyen yang dia berikan. Hasilnya ya jadi begini, persis seperti dugaanku. Makanan yang diberikan Bu Dewi ke aku dicampuri sesuatu yang niatnya mau meng guna-guna aku," imbuh perempuan cantik itu tanpa ditutup-ditutupi yang membuat Baskoro dan Rico kaget.
"Beneran, Ta?" pria tersebut masih belum percaya dengan keterangan yang diberikan oleh mantan menantunya.
"Kalau Bapak gak percaya silahkan coba saja makan itu sisa es oyen nya, pasti Bapak nanti juga sama ngengkleng nya kayak Bu Dewi," tantang Jelita seraya menuding sisa es oyen yang ada di atas meja.
"Oalah Buuk Buk, gila bener kelakuanmu. Bisa-bisanya kamu pergi ke dukun," Baskoro semakin geregetan dengan perbuatan istrinya.
"Sebaiknya Bapak bawa pulang Bu Dewi sekarang, biar Pak Seno yang antar pakai mobil," ucap Jelita.
"Iya Ta, sekali lagi Bapak minta maaf ya kalau Dewi masih saja belum kapok mencari masalah sama kamu. Kalau begitu motornya Sisca nitip di sini dulu, besok pagi biar diambil."
Setelah berkata demikian, Baskoro pun mengajak Rico untuk menuntun Dewi menuju ke mobil Jelita yang sudah disiapkan Pak Seno di depan rumah. Baskoro ikut numpang di dalam mobil dengan istrinya, sedangkan Rico naik motor miliknya.
"Mantan ibu mertuamu kok kayak begitu sih, Ta," David merasa gak habis pikir dengan sikap Dewi.
"Jangan sebut dia mantan ibu mertuaku Vid, dia gak pantes dapat predikat seperti itu. Kalau ada yang punya ibu mertua modelan kayak Dewi, pasti hidupnya bakal sengsara," timpal perempuan cantik itu.
"Oh ya Ta, aku lupa, maaf...," untuk kesekian kalinya David merasa bersalah.
"Kamu kenapa datang kemari, Vid?" tanya Jelita.
"Mama Papaku ngundang kamu untuk acara makan bersama Ta, 2 hari ini mereka sudah pulang," jawab pemuda itu.
"Acara makan barengnya kapan?" lanjut Jelita.
"Sabtu sore. Gimana, kamu bisa gak?" sahut David.
"Kayaknya bisa," ucap perempuan tersebut.
"Aku jemput ya?" imbuh David.
"Gak usah lah Vid, aku bisa motoran sendiri."
*
Sementara itu di rumah kontrakan Baskoro...
"Sis! Siscaa!" teriak Baskoro saat masuk ke dalam rumah seraya menuntun istrinya dengan Rico.
"Ibuk kenapa, Pak?" Sisca yang baru keluar dari kamarnya merasa heran campur panik ketika melihat kondisi ibunya yang tidak seperti biasanya.
"Sudah jangan tanya dulu! Cepat buatkan teh hangat untuk Ibukmu!" perintah pria itu yang langsung dituruti oleh anak perempuannya.
Sambil membuat teh hangat, Sisca merasa was-was, jangan-jangan ibunya menjadi seperti itu karena ada kaitannya dengan air kembang sajen pemberian mbah dukun.
"Ibuk kok jadi begini kenapa, Pak?" tanya Sisca seraya meminumkan teh hangat pada ibunya menggunakan sendok.
"Kata Jelita, sejak kemarin Ibukmu datang ke rumah dia dengan memberi makanan. Karena Jelita curiga Ibukmu punya niat buruk, Ibukmu disuruh minum paksa os oyen yang diberikannya ke Jelita. Jelita bilang makanan yang diberikan sama Ibukmu dicampur sesuatu yang tujuannya untuk meng guna-guna dia," terang Baskoro.
Deg!
Jantung Sisca langsung berdegup kencang karena prediksinya ternyata benar.
"Jangan-jangan kamu sekongkol sama Ibukmu untuk meng guna-guna Jelita, Sis," selidik pria itu curiga.
"Sekongkol gimana sih Pak, Sisca gak tahu apa-apa loo," gadis tersebut menyangkal.
"Beneran kamu gak ikut terlibat?!" Baskoro masih belum percaya dengan pengakuan anak perempuannya.
"Beneran Bapaak, Sisca gak tahu apa-apaa," gadis itu tetap tidak mau jujur karena takut dimarahi bapaknya dan kakaknya.
"La terus kalau dia pergi ke dukun pake duitnya siapa kalau gak dibantu sama orang lain," pikiran Baskoro mulai mengembara.
"Sisca mana tahu, Pak. Mungkin saja Ibuk ngutang sama bekas tetangga di dekat rumah kontrakan lama kita," Sisca sengaja memberikan pendapat seperti itu agar tidak dicurigai terus oleh bapaknya.
"Bener-bener goblok Ibuk kalian itu, makin semremet aku," sungut Baskoro geram.
"La terus kita harus gimana, Pak? Masa' Ibuk dibiarkan kayak begini terus," sela Rico yang baru mengeluarkan suaranya.
"Kita tunggu perkembangannya besok bagaimana. Kalau keadaan Ibukmu masih sama, kita cari orang pinter untuk nyembuhkan Ibukmu. Duit sisa bayar kontrak rumah masih ada kan?" sahut pria berumur 51 tahun tersebut.
"Masih ada 1 juta nan, Pak," ujar Rico.
"Ibukmu kamu bawa ke kamarmu saja Sis, gak mau Bapak kalau disuruh ngurusi dia. Salah sendiri otaknya gak waras sampek ke dukun segala," ucap Baskoro.
"Kok Ibuk disuruh sekamar dengan Sisca sih Pak, Sisca kan lagi banyak tugas kuliah," protes gadis itu dengan mulut cemberut tapi tidak digubris oleh bapaknya, malah Baskoro langsung meninggalkan tempat tersebut lantas masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya dari dalam yang membuat Sisca semakin tambah dongkol.
Dengan terpaksa, Sisca pun menuntun Ibuknya masuk ke dalam kamarnya dengan dibantu oleh Rico.
Keesokan harinya...
Rupanya, efek air kembang sajen dari mbah dukun menghilang di pagi harinya, namun di lain pihak, si peminum tidak bakal ingat dengan apa yang sudah terjadi selama dalam pengaruh air magis itu.
"Guna-guna? Bapak ngomong apa sih? Ibuk kok gak paham," Dewi memulai actingnya agar tidak dimurkai oleh suaminya.
"Sudahlah Buk, Ibuk gak usah pura-pura! Saksinya itu ada kalau Ibuk sudah mencampurkan sesuatu ke makanan yang Ibuk berikan ke Jelita!" Baskoro geram karena istrinya masih saja berbohong.
"Pak, Ibuk itu beneran gak tahu dengan maksud pembicaraan Bapak. Memangnya Ibuk sudah memberi makanan apa ke Jelita? Bapak kan juga tahu sendiri kalau Ibuk tidak suka dengan Jelita, kok Ibuk malah memberi makanan ke dia," wanita itu berusaha memberikan alasan yang masuk akal agar suaminya tidak menginterogasinya terus.
"Apa mungkin Ibuk masih kehilangan sebagian ingatannya gara-gara minum os oyen kemarin ya, Pak?" Rico berspekulasi setelah mendengar penuturan ibuknya.
"Kamu juga percaya dengan omongan Ibukmu tadi? Ingat Ric, Ibukmu itu jago berbohong," Baskoro tidak setuju dengan pendapat anak lelakinya.
"La tapi keadaan Ibuk kemarin malam kayak begitu lo Pak, kan gak menutup kemungkinan kalau Ibuk masih seperti orang linglung," sanggah Rico.