Keyra Onellia, seorang putri angkat keluarga Arlott yang kini sudah tak dianggap akibat keluarganya kembali menemukan sang anak kandung. Dari umur 13 tahun, Keyra mulai tersisihkan. Kembalinya Dasya, membuat dirinya tak mendapatkan kasih sayang lagi. Di hancurkan, di kucilkan, di buang dan di rendahkan sudah ia rasakan. Bahkan diakhir hidupnya yang belum mendapatkan kebahagiaan, ia harus dibunuh dengan kejam.
Keyra mengira jika hidupnya telah berakhir. Namun siapa sangka, bukannya ke alam baka, jiwanya malah bertransmigrasi ke tubuh bibinya—adik dari daddy angkatnya.
•••
"Savierra, kau hanya alat yang akan dikorbankan untuk kekasihku. Ku harap kau jaga sikap dan sadar diri akan posisimu!"
Mampukah Savierra yang berjiwa Keyra itu menghadapi tiran kejam, yang sial nya adalah suaminya itu? Takdir benar benar suka bercanda! Apakah Savierra harus mengalami kemarian tragis untuk kedua kalinya? Tidak! Savierra akan berusaha mengubah takdir hidupnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sweetstory_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Entah apa yang terjadi, ini sudah 2 hari semenjak insiden sarapan waktu itu. Namun, Ryden tak bisa melupakan tatapan kecewa yang dilayangkan Savierra hari itu. Ah tidak, Ryden tak bisa melupakan ucapan Savierra yang mengatakan bahwa Caroline adalah wanita yang sekarat.
Lelaki bermata hitam pekat itu menghembuskan nafas lirih dengan genggaman yang semakin mengerat pada tangan hangat milik kekasihnya. Ia menatap iba melihat banyaknya alat yang menempel di tubuh Caroline. Hatinya selalu sakit melihat keadaan perempuan yang selalu ia cintai.
"Carol, kapan kamu bangun? Aku sungguh merindukan wajah cantikmu yang tersenyum padaku. Apakah kau tidak merindukan kekasihmu yang tampan ini, hm?" lirih Ryden sembari mengusap pelan tangan Caroline.
"Andai saja, aku bisa melindungimu malam itu, kamu pasti tidak akan berakhir seperti ini."
—Flashback.
Malam itu, New York 5 Oktober 2023.
Terjadi ledakan secara bersahutan di sisi benteng tenggara. Para anggota Neon Black Shadow saling berlarian, mencoba melawan para musuh yang ternyata mendapat sekutu yang kuat. Dunia hitam begitu berbahaya, namun ini juga adalah resiko bagi orang yang sudah terlanjur terikat dalam dunia itu.
Dor Dor Dor!
Dhuarr!!
Suara ledakan dan tembakan mengalun di telinga. Siapapun yang mendengar pasti akan merasa ketakutan. Disisi lain, terlihatlah tiga orang yang saling melindungi satu sama lain. Mereka adalah, tiga sekawan yang mendirikan organisasi gelap itu.
Leonardo Ryden Hander
Zevan Arsenio Patrice
dan Zyonel Arron Soivell
"ZYO AWAS!"
Dor!
Zyonel terkejut saat tembakan itu hampir mengarah padanya. Namun saat melihat 1 musuh ambruk tergeletak di sampingnya, membuatnya sedikit lega.
"Huft, thanks Arsen! Jika bukan karena mu aku pasti sudah mati!" lirih Zyonel merasa lega.
"Apakah kau tak apa Zyo?" tanya Ryden yang sudah berlari mendekat ke arah Zyonel.
Zyonel menggeleng pelan. Ia terkekeh kecil. "Tidak apa apa. Arsen menyelamatkanku. Mereka hanya bajingan yang berani menyerang secara diam diam."
Arsen berdecih pelan, ia meninju kecil lengan Zyonel. "Hey, kau yang lebih bajingan! Kau menyerang diam diam musuh yang menggunakan pistol dengan pisau lipatmu! Sebaliknya, kau menyerang musuh pengguna jarak dekat dengan pistol! Sungguh bajingan licik!" makinya lalu tertawa. Baginya, Zyonel itu penuh strategi dan kelicikan.
Ryden menahan tawa, "Arsen, bajingan yang kau sebut itu pangeran kerajaan loh," peringatnya membuat Arsen menyunggingkan senyum sinis.
"Tapi sikap dia memang seperti itu Ryd! Jika aku musuhnya, aku pasti akan mengulitinya hidup hidup!" sanggah Arsen sebal.
Zyonel menggeleng pelan. "Haha, itu memang pesonaku. Banyak musuh yang menandaiku karena sikap bajinganku itu!"
Ryden menggeleng pelan. Kedua sahabatnya itu memang sering sekali bertengkar dan adu mulut.
"APAA!?" pekik Arsen terkejut membuat Zyonel dan Ryden menoleh ke arahnya. Arsen baru saja mendengar laporan dari sisi anak buahnya.
"Ada apa Sen?" tanya Zyonel.
Arsen meneguk ludahnya kasar dan menatap Ryden. "Ryd, Leon memiliki sandera dari sisi kita.."
"Tidak usah pedulikan! Itu pasti bukan orang yang penting. Sebaiknya kita segera menyelesaikan ini saja!" sarkas Ryden acuh.
"Tapi Leon menyandera Caroline Ryd.."
Mata Ryden membola, detak jantungnya berdetak cepat seakan takut akan terjadi sesuatu yang buruk. Ia berbalik dan mencengkeram kerah Arsen.
"APA KAMU BILANG? TIDAK MUNGKIN SEN! COBA ULANGI SEKALI LAGI APA YANG KAU KATAKAN!"
Arsen menatap Ryden, "Mereka menyandera Caroline Ryd.." katanya mengulangi yang membuat Ryden naik pitam.
"SIALAN! DASAR LEON BAJINGAN! Bagaimana bisa Leon menemukan tempat persembunyian Caroline! Sial, aku kecolongan!". Amarah Ryden memuncak, ia menendang mayat musuh hingga terpental beberapa meter. Pikirannya sungguh kalut, takut terjadi sesuatu dengan kekasihnya.
"Bagaimana ini bisa terjadi.. Hanya kita bertiga yang tahu tempat persembunyian Caroline!" sentak Zyonel panik.
"Tidak mungkin kan.. diantara kita.." lirih Zyonel, lalu menggelengkan kepalanya kuat. 'Tidak itu tidak mungkin. Aku sudah memastikan tidak ada yang mengikuti saat mengantar Ryden ke tempat persembunyian. Ryden sendiri sangat amat mustahil ingin mencelakai kekasihnya sendiri. Tapi apakah jika itu Arsen? Aku sangat mengenalnya, dia adalah pria yang tidak terlalu mengurusi masalah wanita. Dia tidak mungkin melakukan itu' monolog Zyonel bimbang. Pikirannya bercabang, menerka nerka siapa yang menjadi penghianat diantara mereka.
"Shit! Kita harus berpencar. Zyonel, lebih baik kau ke sisi utara. Dan Arsen ikuti aku saja untuk menyelamatkan Caroline!" titah Ryden yang langsung diangguki oleh kedua nya.
Zyonel mengangguk, "Baiklah, kalian hati hati. Serahkan sisi utara kepadaku!". Zyonel menepuk bahu Ryden, "Jaga emosimu. Dan jangan sampai kau terluka!"
Tangan Zyonel berpindah pada Arsen yang masih terdiam. Ia bisa menebak apa yang ada di pikiran Arsen. "Kamu juga harus berhati hati Sen!" ucapnya menyemangati. "Aku tahu apa yang ada di pikiranmu! Kita bertiga bersama sedari kecil, dan tak mungkin aku ataupun kamu menghianati Ryden. Aku percaya padamu!" lanjutnya berbisik.
Arsen tersenyum kecil dan tampak mengangguk, "Kamu jaga diri baik baik Zyonel. Ingat, keselamatanmu yang utama. Suatu hari nanti, kamu yang harus menjaga Ryden. Oh iya, aku meninggalkan sesuatu untukmu. Hadiah itu aku taruh di loker nakas kamarku. Jika suatu saat kamu sempat, datanglah ke kediaman Patrice," pesannya yang membuat Zyonel bingung, namun tak urung mengangguk.
"Hey, ingat! Kita akan tetap bersama sama menjaga Ryden karena dia yang paling kecil diantara kita! Kamu tidak perlu berkata ambigu seperti itu," seru Zyonel sembari tertawa kecil.
"Hey! Aku tidak tuli ya! Aku hanya lahir 3 bulan paling akhir darimu Zyonel!" sahut Ryden kesal. Selalu bulan lahir yang diungkit kedua sahabat laknatnya itu.
"Tidak peduli. Yang penting kamu lebih kecil daripada aku!" ejek Zyonel. Lelaki itu melangkah menuju kearah utara, berbalik sebentar, ia melambaikan tangannya. "SEMOGA BERHASIL, ARSEN! RYDEN!" teriaknya dengan tersenyum tipis, lalu netranya kembali menoleh kearah depan.
Senyum yang sempat terpatri itu hilang, larinya semakin kencang. "Perasaanku sangat tidak enak. Aku tau pasti akan terjadi sesuatu nanti. Aku harus segera menyelesaikan para badebah itu agar bisa menyusul Arsen dan Ryden!"
"Ryd, Sen.. Tunggu aku!"
Di sisi Timur, rumah terbengkalai—tempat penyanderaan Caroline.
BRAKK!!
Pintu rumah yang lusuh itu melayang saat di tendang dengan keras oleh Ryden. Arsen dan Ryden segera berlari ke dalam.
"Kita berpencar!" titah Ryden.
Arsen mengangguk lalu mereka segera berpencar.
Beberapa saat kemudian, Ryden telah menemukan keberadaan Leon. Lelaki itu tersenyum smirk dan terlihat menyambut kedatangan Ryden.
"Lama tidak bertemu, Ryd.." sapa Leon ramah. Tak bertahan lama, keramahan itu berubah menjadi tatapan tajam. "Bagaimana kabarmu? Rupanya kau masih sehat dan bahagia setelah menghancurkan bisnis keluargaku ya!" lanjutnya dengan sinis. Leon tak akan pernah lupa apa yang Ryden lakukan pada perusahaan bisnis keluarganya.
Apa yang Leon ucapkan, membuat Ryden tertawa. "Hey, itu memang pantas untuk seorang PENGKHIANAT!" katanya yang menekankan kalimat terkahir.
"Kau tau sendiri Leon, aku adalah tiran kejam dalam dunia bisnis. Sekali kalian berkhianat, ataupun ada sangkut pautnya dengan musuh perusahaanku, maka itu adalah sebuah pengkhianatan yang tak dapat di maafkan!" tajam Ryden. "Ayahmu itu adalah pengecut, yang suka menjilat! Dia bahkan menawarkan putrinya untuk di nikah bisniskan dengan anak rival bisnisku! Dan itu adalah sebuah pengkhianatan! Dan sekarang sifat pengecut itu turun padamu hem?? menyandera wanita tak bersalah, kau pikir dirimu hebat?" lanjutnya seraya menahan emosi. Ia mengarahkan sebuah pistol Desert Eangle pada Leon.
"Asal kau tau Ryd! Ayahku sama sekali tidak tahu hal itu! Beliau sama sekali tidak tahu jika orang yang akan menjadi suami adikku adalah rival mu! Kamu terlalu kejam Ryd!" sangkal Leon sembari melotot.
"Oh benarkah? Sayang sekali ayahmu sudah mati duluan sebelum memberimu sebuah fakta. Dia melakukan itu dengan sengaja, asal kamu tahu. Ah sudahlah! Cepat bilang padaku, dimana Caroline!!" sentak Ryden tak sabar. "Punya nyali dari mana kau bisa menculiknya! Dan darimana kau tahu tempat persembunyian nya!?".
Leon terpaku, kemudian terkekeh. "Ah Ryden.. Aku tidak mengira kau begitu bodoh! Bahkan kau tak menyadari adanya pengkhianat di sisimu!" kekeh Leon sembari tersenyum miring.
Urat urat Ryden menonjol. "Apa maksudmu? Siapa pengkhianat?" bentaknya.
"Pasti di otak pintarmu sudah menebak maksud dari ucapanku, benar bukan Ryden? Dan kamu juga sudah menebak siapa orangnya?"
Deg
"Tidak mungkin..!" sanggah nya. Ryden menggeleng pelan. "Jaga omong kosongmu itu Leon! Jika tidak, aku tak segan untuk menghabisimu!".
Leon menyukai wajah kalut dan tak berdaya Ryden. Ia memberikan intruksi pada seseorang dengan gerakan jari.
"Matilah untuk meminta maaf pada keluargaku!" tekan Leon.
Ternyata, seorang sniper sudah bersiap di sudut bangunan yang lain. Ia bersiap menembak Ryden yang masih bingung.
One.. Two.. Three..
Dor!!
"RYDENN"
"CAROLINE"
Brukk!
Tubuh Ryden membeku. Kejadian yang begitu cepat itu membuatnya tak bisa bernafas sejenak. Tangannya gemetar, ia.. Panik sekaligus takut.
"Carol... hey, bangun.. bangun sayang.. tidak" panik Ryden dengan air mata yang luruh. "Tidak sayang.. BANGUN CAROLINE!! Aku mohon bangunlah.." racau nya dengan mengguncangkan tubuh kekasihnya.
Mata Caroline mengerjab pelan. Ia merasa tak terima akan sesuatu. Tidak, kenapa jadi aku? Sekarang hanya tinggal penyesalan di hati Caroline. "M-maaf Ryd.." lirih Caroline, lalu pandangannya memburam.
Ryden berteriak histeris. "Caroline, bangun sayangg!! Bangunn!! AKU MOHON BANGUNLAH KEKASIHKU!!".
BUG
"Bajingan kau Leon!" seru Arsen langsung menyerang Leon membabi buta.
BUG
BUG
KRAKK
"MATI SAJA SANA SIALAN!" sentak Arsen emosi.
"Ayolah Arsen. Bukankah kamu menyukai ini? Bukankah ini yang kamu harapkan?" kata Leon dengan sedikir keras. Walau rasa tubuhnya sakit, ia tak menyia nyiakan kesempatan untuk memprovokasi.
"APA MAKSUDMU!?" Sentak Arsen dan Ryden bersamaan. Arsen yang bingung, sedangkan Ryden yang semakin merasa emosi.
"Bukankah kau yang membocorkan tempat persembunyian Car-Caroline.." katanya semakin memanasi.
Mata Arsen membola. "Kau.. apa yang kau bicarakan? Mana mungkin aku berkhianat pada Ryden!" sangkal Arsen menggeleng. Ia melirik pada Ryden yang wajahnya sudah sangat suram.
"Aih, kau sahabat yang tega, Arsen.."
"BAJINGAN! KAU JANGAN BERKATA OM-"
"Claudia" potong Leon lirih membuat tubuh Arsen menegang.
'Bajingan! Dasar Leon licik! Pengecut rendahan!' maki Arsen dalam hati. Ia tak mungkin membuat sang kekasih kecilnya dalam bahaya.
"Diam kau Le-"
BUGH!
Arsen tersungkur. Dirinya yang akan kembali menonjok Leon, berakhir tersungkur. Arsen menatap Ryden yang tengah memandangnya dengan rumit.