Elora percaya bahwa cinta adalah segalanya, dan ia telah memberikan hatinya sepenuhnya kepada Nolan, pria penuh pesona yang telah memenangkan hatinya dengan kehangatan dan perhatian. Hidup mereka terasa sempurna, hingga suatu hari, Nolan memperkenalkan seorang teman lamanya, kepada Elora. Dari pertemuan itu, segalanya mulai berubah.
Ada sesuatu yang berbeda dalam cara mereka bersikap. Perhatian yang terlalu berlebihan, dan senyuman yang terasa ganjil. Perlahan, Elora mulai mempertanyakan kebenaran hubungan mereka.
Apakah cinta Nolan kepadanya tulus, atau ada rahasia yang ia sembunyikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rose Skyler, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4. Jatuh dari kuda
Tiba-tiba arga menyenggol lengan El, dan matanya menunjuk ke arah belakang. El langsung menoleh, dan ternyata pria itu tengah menatap mereka dengan kesal.
"Apa kau tidak bisa diam?" Ucapnya datar, dengan tatapan dinginnya tertuju pada El
"Pftt.. bukannya biasa ya kalau yang namanya anak kecil itu berisik," balas El penuh penekanan. Karena memang dia duluan yang sebelumnya memanggil anak kecil.
Pria itu tampak semakin kesal, hingga alisnya bertaut. Namun dengan cepat Feby menyela.
"Kami minta maaf kalau sudah mengganggu," ucapnya ramah sembari tersenyum
"Ajari dia agar bisa bersikap sopan," tutur pria itu sembari melirik El
"Ck, kalo lo keganggu pindah aja sih, kenapa ribet banget!" seru El
"Ya bener, gue setuju sama El, kita bertiga sedangkan lo sendiri," sahut Arga,
"Eh udah-udah jangan diterusin!" ucap Feby berusaha membujuk temannya dan mengajak mereka melanjutkan makan
Sementara pria itu sudah terlanjur kesal, ia pun langsung beranjak pergi. Feby merasa kecewa saat melihatnya pergi, "gara-gara kalian dia jadi pergi kan," keluhnya mendengus kesal,
"Lo inget nggak, cowok nyebelin yang gue ceritain kemaren," Ucap El
"Inget, emang kenapa?" Tanya Feby
"Itu tadi orangnya,"
"Serius..?" Arga dan Feby tampak terkejut bersamaan
"Jadi RR yang lo tabrak kemarin punya dia?" Tanya Feby yang masih terkejut tidak percaya. Dan El, hanya menjawabnya dengan sebuah anggukan
"Wah, gue salut sama lo. Padahal udah nabrak mobilnya, tapi lo masih berani aja sama dia," ucap Arga dengan bangga
"Bukannya udah gue bilang, itu bukan seratus persen salah gue kan.."
Selesai sarapan, mereka bertiga langsung keluar menuju perkebunan teh. Mereka berjalan-jalan di area perkebunan. Lalu, saat melihat ada penyewaan kuda, mereka langsung mencobanya.
Feby dan Arga sudah berjalan jauh di depan. Sementara El, menunggang kudanya dengan perlahan sembari menikmati udara yang sejuk nan menenangkan.
Karena sudah tertinggal terlalu jauh, El bermaksud untuk menyuruh kudanya berjalan sedikit lebih cepat. Namun, saat berjalan menanjak, tiba-tiba ada sebuah motor yang lewat dengan kencang, dan membuat kudanya terkejut lalu meloncat tinggi. Dan seketika itu juga, bug.. El jatuh dari atas kuda.
"Maaf neng, kudanya kaget tadi," ucap pak kusir.
"Iya nggak apa-apa pak, tapi kaki saya sakit," ujarnya seraya menunjuk pergelangan kaki kanannya. Kusir itu lantas mencoba memijit pergelangan kaki El.
"Auw.. sakit, sudah pak lebih baik jangan dipijit. Temen-temen saya dimana ya pak,"
"Mereka sudah tidak kelihatan neng, mungkin sudah sampai,"
El mendengus kesal, "apa disini ada taksi pak?"
"Nggak ada neng, neng nginepnya dimana biar saya anter,"
"Saya nginep di hotel itu pak," kata El seraya menunjuk ke arah hotel yang jaraknya lumayan jauh
"Jauh juga, saya carikan gerobak dulu ya, Eneng tunggu di sini?"
El bingung dengan perkataan bapak itu, "gerobak buat apa pak?"
"Buat ngangkut enengnya," El sontak terbelalak
Lalu kusir itu melanjutkan, "nggak mungkin saya gendong Eneng, kan nggak sopan,"
El hanya bisa nyengir, tak pernah terbayangkan, bahwa ada hari, dimana dirinya akan diangkut naik gerobak. "Kenapa nggak kereta kuda, biar keren dikit," batinnya
"Nggak ada pilihan lain pak?" Tanyanya memelas
"Nggak ada neng, kecuali... eh itu," lalu pak Kusir itu mencegat sebuah mobil yang lewat untuk meminta tolong.
Pak kusir kembali bersama seorang pria. "Ini Nak, apa anda bisa membantunya?" Tanya kusir pada si pria
El mendongak, dia penasaran pak kusir tengah mengobrol dengan siapa. Dan ternyata, pria itu lagi. El langsung menunduk, "dia pasti ngetawain gue," batinnya
"Mau jalan sendiri apa dibantu?" Tanyanya
Dia sebenernya gengsi, tapi nggak ada pilihan lain, "gue jalan sendiri," dengan langkah pincang, El masuk ke mobil pria itu.
"Terima kasih ya Nak," ucap pak Kusir , yang dibalas anggukan oleh si pria
Saat berada di mobil, tidak ada satupun dari mereka yang membuka mulut. Hening seperti sebelumnya. Lalu, El baru menyadari, kalau mereka semakin menjauh dari hotel.
"Loh, kita mau kemana? Hotelnya kan disana," Namun pria itu diam saja tidak menjawab,
"Lo mau bawa gue kemana? Jangan-jangan lo mau nyulik gue gara-gara dendam sama gue,?" El merasa cemas, karena bagaimanapun juga, dia tidak mungkin menang melawan seorang pria. Apalagi dengan keadaan kakinya yang sakit, dia tidak akan bisa kabur. "Turunin gue..." Pekiknya. Namun pria itu masih tetap diam, tidak mempedulikan.
El semakin cemas, "kalo lo nggak berhenti, gue lapor polisi,"
Dan, tiba-tiba mobil berhenti.
"Turun," kata pria itu lalu keluar dari mobil.
El tertegun sejenak, saat menyadari bahwa pria itu ternyata membawanya ke klinik. Dia turun dari mobil, lalu mengikuti pria itu masuk ke klinik dengan jalan pincang. Hingga seorang perawat datang dan membantu dengan memapahnya.
Setelah penanganan yang cukup lama, akhirnya El bisa keluar. Kakinya di perban, dan dia harus memakai bantuan kruk agar lebih mudah berjalan. Menurut penuturan dokter, kemungkinan butuh waktu seminggu baru bisa pulih. El langsung menuju ke kasir untuk membayar biaya pengobatannya. Namun ternyata, semuanya sudah dibayar oleh pria itu.
El jadi merasa tidak enak karena dirinya sudah berburuk sangka padanya. Bahkan pagi tadi dia sempat meledeknya.
"Sudah kan, ayo balik,"
"Jadi, berapa biaya semuanya, aku mau ganti,"
"Nggak perlu, aku hanya membantu seorang anak kecil yang jatuh di pinggir jalan," ucapnya datar
"Ck, dasar nyebelin, masih aja manggil anak kecil," batin El
Di depan hotel, Feby dan Arga menunggu El dengan cemas. Karena mereka mendengar kalau ada yang terjatuh dari kuda, dan El tidak menjawab panggilan telpon mereka
"Dia kemana ya?" Ujar Feby penuh kecemasan
Tidak lama, mereka melihat El keluar dari sebuah mobil, dia berjalan menggunakan kruk dengan pria itu di sebelahnya. Feby langsung berlari membantunya.
"Lo dari mana aja El, gue cemas banget tau, apalagi lo nggak bisa dihubungi,"
El mengacuhkannya, dia masih kesal karena ditinggal sendiri.
"Sorry banget El, kita tadi balik lagi kok, tapi lo udah nggak ada," sambung arga
"Lo tadi udah ke klinik? Sama siapa?" Tanya Feby beruntun. El hanya menjawabnya dengan lirikan mata yang mengarah pada pria di depannya.
Dengan cepat Feby langsung mendekatinya, mensejajarkan langkahnya dengan pria itu.
"Makasih, kamu udah nolongin temenku. Oh ya, kalau boleh tahu siapa namamu?"
"Tidak perlu berterima kasih, aku hanya kebetulan lewat, dan ada anak kecil yang merengek," pungkasnya lantas berjalan cepat dan meninggalkan mereka
Feby terheran-heran sampai bengong, dia tidak habis pikir, kenapa pria itu memanggil temannya anak kecil. Kenapa juga mereka seperti musuh, padahal tidak saling kenal.
El menepuk pundak Feby, yang membuatnya sangat terkejut. " Mikirin apa sih, sampe bengong gitu,?"
"Nggak kok, ayo naik," ucapnya lalu menggandeng tangan sang sahabat
Siang itu juga, mereka langsung kembali ke kota. Setibanya El di rumah, semua orang tengah berkumpul di ruang keluarga. Termasuk kakak dan kakak iparnya, yang datang berkunjung. Mereka semua sangat terkejut dan langsung berhamburan menghampiri.
"Kaki kamu kenapa sayang?" Tanya mama yang nampak cemas
"Cuma terkilir ma, beberapa hari lagi juga sembuh,"
Erik langsung memapah adiknya, dan membantunya duduk. "Gimana ceritanya kamu bisa jadi begini?"
Belum sempat El menjawab, adiknya langsung menyela. "Ck, biasa aja. Kak El kan emang petakilan, dia pasti manjat pohon lalu jatuh," ledeknya sambil terkekeh
El langsung melempar bantal ke wajahnya. "Mulut tu anak minta diplester kayaknya, sama yang lebih tua harus sopan,"
Melihat kakaknya kesal, Evan justru tertawa semakin keras sambil menjulurkan lidahnya. Memang, Elora dan Evan adiknya, tidak pernah akur. Mereka seperti anjing dan kucing.
"Sudah, sudah, kakakmu sedang sakit Van, kamu jangan seperti itu," tutur mama.
"Jadi, apa yang terjadi?" Tanya Erik sekali lagi
"Pas aku naik kuda, tiba-tiba ada motor ngebut, dan bikin kuda itu kaget terus loncat. Makanya aku jatuh,"
"Kasihan anak mama," ucapnya lalu merangkul putri kesayangannya. "Ya udah ayo mama bantu naik, kamu harus istirahat,"
"Iya ma,"
*
*