Honey merasa jengah dengan kehidupannya yang maha sempurna. Ditengah rasa jengah yang melanda, ia mempunyai ide gila; mengajak teman daringnya bertukar posisi. Teman daringnya merupakan anak dari penyelam handal di Barcelona.
Ia pikir setelah bertukar tempat dengan temannya, kehidupannya akan berubah menyenangkan, nyatanya salah. Ia harus menghadapi berbagai masalah, termasuk masalah hatinya yang terpaut pada ayah teman daringnya.
Follow IG Author @ThalindaLena
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Kai dan Alpha pusing menghadapi tingkah putri sulung mereka.
"Bagaimana, Kai?" Alpha mengajak suaminya keluar rumah sejenak untuk berdiskusi tentang niat James yang ingin mempersunting putri mereka. Sebagai seorang ibu, Alpha tentu tidak rela jika putrinya yang cantik layaknya bidadari harus menikah dengan pria tua seperti James. Lebih parahnya pria itu hanya seorang penyelam yang tidak mempunyai penghasilan tetap. Mau di kasih makan apa anaknya nanti.
Sepertinya sudah menjadi rahasia umum di seluruh dunia ini jika seorang ibu akan memandang harta dan tahta seorang pria yang akan melamar anak gadisnya.
Kai menoleh, "sepertinya aku akan mempertimbangkannya."
"Apa maksudmu?" Alpha menatap tajam suaminya.
Kai menaikkan kedua bahunya secara bersamaan sambil menjawab, "aku kenal James dengan baik. Meski kami sudah puluhan tahun tidak bertemu, tapi sifatnya tidak pernah berubah. Dia tetap James yang dingin, kolot dan sulit untuk di sentuh. Aku masih ingat saat dulu aku suka bermain wanita, tapi dia lebih memilih menghabiskan waktunya berselancar, berenang dan menyelam."
"Tapi dia duda 'kan? Sudah punya anak gadis seumuran Honey," sambung Alpha.
"James tidak pernah menikah. Jadi Anna adalah anak dari mendiang kakaknya yang bunuh diri puluhan tahun yang lalu." Kai menjelaskan semuanya pada istrinya tanpa ada yang terlewat. Bahkan ia memberitahu identitas James sebenarnya.
Alpha sangat syok mendengarnya, kedua matanya berbinar dan wajahnya langsung ceria kemudian menarik tangan suaminya. "Kalau begitu, cepat nikahkan Honey dengan James!!"
Kai menatap tajam istrinya, "kau berubah pikiran setelah tahu siapa James sebenarnya?!"
Alpha mengangguk tanpa sungkan.
"Dasar matrealistis!"
"Realistis bukan matrealistis! Kau pikir beli beras, skincare, beli bensin, dan kebutuhan hidup cukup dengan modal cinta!" ketus Alpha pada suaminya.
"Ck! Sama saja!"
"Jelas beda!" sungut Alpha sambil masuk ke dalam rumah dengan langkah kesal.
Kai mengekori istrinya sambil geleng-geleng kepala, dan bergumam di dalam hati, 'semua wanita itu sama saja, matre!'
.
.
Honey sangat lengket pada James. Bahkan gadis itu tanpa sungkan memeluk lengan kekar James di hadapan kedua orang tuanya.
Alpha dan Kai sama-sama sesak nafas melihat pemandangan itu.
"Perasaan aku dulu tidak secentil itu!" gumam Alpha pada suaminya.
"Tapi dia sangat keras kepala sepertimu!" sahut Kai, berbisik.
"Tingkahnya yang gatal sama sepertimu, Kai! Aku jadi kesal jika mengingat masa lalumu yang begitu menyebalkan!" Alpha tidak mau mengalah, seraya melirik tajam suaminya.
Kai membuang nafas kasar, tidak mau membalas ucapan istrinya jika sudah membahas masa lalu karena tidak akan ada habisnya dan tidak akan kunjung selesai.
"Honey! Bisakah kau diam! Mata Mommy sakit melihatmu bertingkah seperti itu!" amuk Alpha pada putrinya yang terus menempel pada James.
Honey cemberut, dengan terpaksa melepaskan lengan James, lalu menjaga jarak dengan pria matang dan sangat hot itu.
"Apa kau tidak lelah setiap hari marah-marah, Alpha?" tanya James dengan datar.
"Bukan urusanmu!"
"Tentu saja menjadi urusanku, karena yang kau marahi adalah calon istriku!" balas James dingin.
Honey senyam-senyum sendiri mendengar James menyebutnya 'calon istri' rasanya seperti ada ribuan kelopak bunga yang berjatuhan di atas kepala.
"Oh, Tuhan! Kelamaan berada di sini aku bisa hipertensi!" geram Alpha sambil memegang kepalanya.
"Pintu keluar ada di sebelah sana," sahut James sangat santai, namun terdengar menusuk hati Alpha.
"Awas kau! Aku tidak akan memberikan restu untukmu!" Alpha menatap tajam James penuh permusuhan.
"Aku tidak peduli!" sahut James tersenyum miring.
Alpha menghela nafas panjang, lagi-lagi tenaganya terkuras habis jika berdebat dengan James. Pria itu telah menguji kesabarannya.
"Kai aku menyerah menghadapi temanmu!"
"Maka dari itu, diam saja! Biar aku yang bicara," jawab Kai, kemudian menegakkan badannya, menatap tajam James, "karena aku sudah mengenalmu sangat baik, maka aku memberikan restu padamu!" ucap Kai dengan tegas kepada James yang juga tengah menatapnya tajam.
"YES!!!" bukan James yang berseru, tapi Honey.