NovelToon NovelToon
Dalam Secangkir Kopi

Dalam Secangkir Kopi

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Selingkuh / Pihak Ketiga
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Komalasari

Ratri Swasti Windrawan, arsitek muda yang tidak ingin terbebani oleh peliknya masalah percintaan. Dia memilih menjalin hubungan tanpa status, dengan para pria yang pernah dekat dengannya.

Namun, ketika kebiasaan itu membawa Ratri pada seorang Sastra Arshaka, semua jadi terasa memusingkan. Pasalnya, Sastra adalah tunangan Eliana, rekan kerja sekaligus sahabat dekat Ratri.

"Hubungan kita bagaikan secangkir kopi. Aku merasakan banyak rasa dalam setiap tegukan. Satu hal yang paling dominan adalah pahit, tetapi aku justru sangat menikmatinya."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34. Terjebak

Ratri mematikan panggilan begitu saja. Dia tersenyum, lalu menghampiri Eliana. “Maaf, El. Aku tidak jadi ikut,” ucapnya, diiringi raut tak enak. 

“Kenapa?” Eliana menatap keheranan. 

“Aku …. Tiba-tiba ada urusan mendadak yang harus kuselesaikan. Um … maaf.” 

Eliana tampak sangat kecewa. “Aku berharap kamu ikut,” ucapnya, seraya mendekat ke hadapan Ratri. “Kalau boleh jujur, aku sudah lama sekali tidak berkumpul dengan mereka. Sekarang, semua terasa agak canggung. Itulah kenapa aku mengajakmu. Setidaknya, aku tidak terlalu mati gaya di sana,” jelas Eliana, setengah membujuk. 

Mendengar ucapan Eliana, membuat Ratri jadi tak enak. Kebimbangan mulai menyergap hatinya. Di satu sisi, dia teringat akan saran dari Sastra. Di sisi lain, Ratri menghormati persahabatan yang terjalin dengan Eliana. 

“Kalau kamu tidak datang, aku juga tak akan pergi,” putus Eliana. 

“Kenapa begitu? Bukankah tadi kamu sudah setuju? Lagi pula, kulihat kamu sangat akrab dengan wanita itu.”

“Ya, ampun, Rat. Dia sengaja datang ke kantor karena aku tidak bisa memenuhi undangannya, untuk bertemu secara pribadi di tempat lain. Aku harus menghargai itu. Iya, kan?” terang Eliana. “Akan tetapi, sebenarnya kami sudah lama tidak saling berkomunikasi. Jadi, wajar jika ada rasa canggung.”

Ratri terdiam mendengar penuturan Eliana. Dia berusaha mencerna dengan baik, bahasa tubuh rekan kerja sekaligus sahabatnya tersebut. Ratri mencoba menemukan setitik kejanggalan, yang akan membuatnya yakin bahwa Eliana sedang bersandiwara.

Untuk beberapa saat, Ratri menatap lekat kekasih Sastra tersebut. Namun, dia tak menemukan apa pun. Di hadapannya hanya ada Eliana yang sama, seperti yang dikenal sebelum dirinya bermain api dengan Sastra. 

“Aku tidak bisa lama. Jadi, mungkin akan pulang lebih dulu,” putus Ratri, setelah terdiam beberapa saat.

“Tidak masalah. Anggap saja, kamu hanya menemaniku setor wajah ke sana. Aku tidak mau dicap sombong,” ujar Eliana enteng. “Ayo. Temanku sudah mengirimkan titik lokasinya.”

Eliana berbalik menuju mobilnya terparkir sedangkan Ratri masih terpaku karena ragu. Namun, wanita cantik berambut pendek itu mengabaikan perasaan tersebut, dan memilih menyusul sang rekan. 

Perjalanan dilalui tanpa ada hambatan berarti. Perbincangan ringan pun mengalir seperti biasa. Kondisi seperti itu membuat Ratri yakin bahwa Eliana belum mengetahui perselingkuhannya dengan Sastra. Dia bisa sedikit bernapas lega. Keraguan yang sempat menggelayuti pun sepenuhnya sirna. 

Selang beberapa saat di perjalanan, sedan putih yang Eliana kendarai telah tiba di depan sebuah rumah. Kedua wanita cantik yang sama-sama berprofesi sebagai arsitek tersebut, keluar dari kendaraan. Mereka berjalan anggun memasuki bangunan dua lantai itu.

“Di mana yang lain?” tanya Ratri keheranan, berhubung tidak ada tanda-tanda berlangsungnya pesta di sana.

“Pestanya diadakan di halaman belakang,” jawab Eliana, seraya berjalan tenang menuju area yang disebutkan. 

Satu kejanggalan mulai terlihat. Kali ini, Eliana tampak sangat nyaman. Tak seperti ucapannya tadi, yang mengatakan canggung dan sebagainya. Dia bahkan bersenandung riang.

“Ini rumah siapa?” tanya Ratri mulai waspada.

“Rumah Nadine. Temanku yang tadi datang ke kantor,” jawab Eliana tenang, lalu kembali bersenandung riang. 

Setelah tiba di area belakang rumah, mereka mendapati beberapa wanita muda tengah berkumpul. Eliana segera meraih tangan Ratri, lalu menuntunnya cepat menghampiri mereka. 

Kedatangan Eliana dan Ratri, disambut hangat oleh wanita muda berjumlah lima orang itu. Mereka berbincang hangat, sampai Nadine datang membawa minuman. 

“Ada yang mau membantuku membawakan makanan? Semuanya masih di dapur,” tanya Nadine, setelah meletakkan minuman di meja.

“Biar kubantu,” sahut Eliana, seraya berdiri. Dia berlalu mengikuti Nadine, yang kembali ke dalam rumah. 

Selagi menunggu, Ratri mencoba mengakrabkan diri dengan yang lain. Dia berbasa-basi, agar tidak terlalu merasa canggung. 

“Silakan diminum. Maaf kalau kurang enak. Aku menemukan resepnya di internet,” ujar Nadine, yang sudah kembali dari dalam rumah.

“Astaga. Kami dijadikan kelinci percobaan,” gurau salah seorang wanita, yang kemudian meneguk minuman itu. “Ah, ini enak. Aku tahu rasa dari sirup ini,” ujarnya.

“Ayo, Rat. Silakan cicipi. Kebetulan, ini semua Nadine yang menyiapkan. Sejak dulu, dia senang berkreasi di dapur,” ucap Eliana, seraya menggeser satu gelas ke hadapan Ratri. 

“Terima kasih.” Ratri tersenyum, lalu mengambil gelas di hadapannya. Dia meneguk sirup rasa melon itu beberapa kali. Tak hanya minum, Ratri juga mencicipi makanan yang disajikan. 

Obrolan demi obrolan terus mengalir. Minuman beberapa kali ditambahkan. Makin lama, Ratri merasakan ada sesuatu yang aneh. Dia memijat kening perlahan. 

“Kamu kenapa, Rat?” tanya Eliana, melihat Ratri berkali-kali memijat kening. 

“Ah … aku …. Kepalaku tiba-tiba pusing,” jawab Ratri. 

“Oh! Ya, ampun. Mari kami bantu.” Dua wanita beranjak dari duduk. Mereka memegangi kedua tangan Ratri, lalu memaksanya pindah ke kursi santai pinggir kolam. Kedua wanita itu membaringkan Ratri di sana, sambil terus memegangi tangannya.

Tak berselang lama, tiga wanita lain mendekat. Dua orang memegangi kaki Ratri, menahannya agar tidak berontak. 

“Hey! Apa yang kalian lakukan?” protes Ratri. Namun, tubuhnya terasa lemah. Tenaga Ratri tak cukup untuk melawan, bahkan saat celana jeans-nya dilepas secara paksa. 

“Hentikan! Menjauh dariku!” Ratri berusaha berontak dengan sisa tenaga yang ada. Dia sempat menoleh pada Eliana dan Nadine, yang tersenyum puas sambil menikmati minuman. Samar, Ratri melihat Eliana menyulut sebatang rokok. "Elia?" sebut Ratri parau.

“Cepat, Nad.” Salah seorang wanita yang telah berhasil melepas celana jeans Ratri, memberi isyarat kepada Nadine. 

Nadine berjalan mendekat. Di tangannya ada obat cair dan suntikan.

“Kalian mau apa?” protes Ratri, yang berusaha tetap menahan kesadaran, meskipun tubuhnya sudah tak keruan. Namun, dia tak dapat melawan, ketika Nadine menyuntikkan obat itu di paha. 

“Biarkan dia,” ucap Nadine, setelah selesai menyuntik Ratri. “Kita tunggu obatnya bekerja,” ujar wanita itu lagi, diiringi seringai puas. 

Kelima wanita yang memegangi Ratri, kembali ke meja tempat berkumpul tadi. Mereka melanjutkan obrolan seperti biasa. Membiarkan Ratri yang terbaring tak berdaya, tanpa celana jeans-nya. 

Sementara itu, Sastra mulai khawatir. Pasalnya, semua pesan yang dikirimkan kepada Ratri tak satu pun dibalas. Satu-satunya yang pria itu lakukan adalah mencari Ratri secara langsung. 

Entah mengapa, insting Sastra mengatakan ada sesuatu yang tidak beres. Sastra yang baru pulang dari apartemen orang tuanya, segera menghubungi seseorang yang diperintahkan untuk mengikuti Eliana dan Ratri. Dia hanya ingin memastikan lokasi berlangsungnya pesta, berhubung Ratri mengatakan tidak tahu. Setelah mendapatkan alamat lengkap, Sastra langsung menuju ke sana. 

Sementara itu, Ratri merasakan tubuhnya kian tak keruan. Samar, dia melihat tiga pria setengah telanjang berjalan menghampirinya.

"Nikmati sepuas kalian!" seru Eliana, diiringi tawa puas.

"Hm. Menggiurkan."

1
ɪʙᴀ🅳🅰ʜᴘᴇɴᴇ🅽ᴛʀᴀᴍᴊ🅸ᴡ🅰
rasakannn gantian kamu yang akan dimangsa karma dibayar kontan karena menyakiti Ratri
Afri
makanya .. kalau udah d larang sastra itu d dengar ratri ..
taukan ela itu pemain drama
Anellakomalasari: Hehe, lanjut, Kak
total 1 replies
Dwisya12Aurizra
Kayaknya bakal ada yg pindah kelainan hati 🤭
octa❤️
duh..berat ni keknya ..
Anellakomalasari: Lanjut nanti, Kak
total 1 replies
Afri
siapa yg ngirim foto itu ??
apa prama yaa
☹️☹️
Anellakomalasari: Lanjut nanti, Kak
total 1 replies
octa❤️
aduh..makin meresahkan aj kayaknya si abang sastra yaa
Afri
kata kata yg d pilih bagus .. ceritanya jg bagus
betkelas dech pokoknya
octa❤️
hmmm..benar dugaan bg sastra
Afri
apa Ptam kekasih gelap elia
Afri: d tunggu
Anellakomalasari: Terima kasih sudah mampir. Lanjut ya, Kak 🤗
total 2 replies
Widi Yanti
cerita nya keren. selalu bikin penasaran
Anellakomalasari: Terima kasih sudah mampir 🥰🤗
total 1 replies
octa❤️
emmm..ap maksud bg sastra ini ya..
Anellakomalasari: Biasa, Kak 🤭
total 1 replies
Anna Kusbandiana
jangan sampai mama Laras itu mamanya Ratri....uhh tak terbayangkan....
Anna Kusbandiana
sayup2 terdengar bait lagu dari kafe

" ternyata baru kusadari sirnanya hatimu yg kau simpan untuknya

aku cinta kepadamu,aku rindu dipelukmu

namun ku keliru t'lah membunuh cinta dia dan dirimu... oh...ohh..ohhh"

😅😅😅😘✌
Anellakomalasari: Lanjutkan, Kak 🎵🎵🎵
total 1 replies
octa❤️
emm si abang nyosor terus..
jangan2 emaknya ratri ibu tirinya sastra...
Anellakomalasari: Biasa, Kak. Masih anget
total 1 replies
octa❤️
makin g terkendali ni bang sastra..ckckck..kuatkan hatimu ratri..hehehe
Anellakomalasari: Terlalu kuat godaannya, Kak
total 1 replies
Yuyun Yuningsih Yuni
Luar biasa
Yuyun Yuningsih Yuni
aaah.....
Yuyun Yuningsih Yuni
ya ampun ratriiiii...jgn mau deh d jadiin selingkuh...sahabatmu lagi
Anellakomalasari: Atuda gmn? Sastra terlalu menganukan
total 1 replies
Yuyun Yuningsih Yuni
ketauan elia juga gpp,,
Yuyun Yuningsih Yuni
tega ini othornya,,hhhhh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!