NovelToon NovelToon
Forbidden Love

Forbidden Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Hamil di luar nikah / Cinta Terlarang
Popularitas:416
Nilai: 5
Nama Author: Fallenzio

seorang wanita cantik yang bertemu dengan Laki-Laki tampan membuat diri nya jatuh hati, Namun sangat di sayangkan mereka memiliki perbedaan yang sulit untuk mereka bersatu selama nya. apakah cinta mereka akan bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fallenzio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 21

"Delvin! Katakan pada Mama, kamu punya hubungan apa dengan Nabillah!" seru Mama Ey, keluar dari mobil dan mengejar Delvin yang sudah masuk ke dalam rumah.

Sejak keluar dari rumah sakit, Mama Ey terus bertanya tentang hubungan Delvin dengan Nabillah, sementara Andika dan Erlita hanya diam, tak ingin terlibat.

Delvin melepaskan jaketnya, lalu duduk di sofa dengan mata terpejam, mencoba menenangkan diri.

"Kamu belum menjawab pertanyaan Mama, Delvin," ujar Mama Ey, duduk di samping putranya.

"Delvin tidak akan menjawab pertanyaan Mama," balas Delvin singkat, masih memejamkan matanya.

"Kamu harus menjawab, Delvin. Kamu ada hubungan apa dengan Nabillah?" desak Mama Ey.

Delvin membuka matanya, menatap Mamanya dengan ekspresi lelah. Ia menghela napas panjang, lalu berkata dengan nada tegas, "Nabillah kekasih Delvin. Puas, Ma?"

Mama Ey terkejut. Ia menatap Delvin dengan mata melebar.

"Kenapa harus dia? Nabillah memang gadis yang baik, tapi kamu sama dia..."

"Karena kami beda agama? Kenapa sih dengan hubungan beda agama, Ma? Delvin sayang sama Nabillah. Selama ini, Nabillah yang membuat hidup Delvin lebih berwarna!" potong Delvin dengan nada penuh emosi.

"Mama tahu. Mama senang kamu bahagia. Tapi kamu tahu kan, kalau Papamu tahu soal ini, bagaimana jadinya, Sayang?" ucap Mama Ey lirih, membuat Delvin terdiam membeku.

"Delvin akan membujuk Papa nanti," jawab Delvin mantap, meskipun suaranya terdengar sedikit ragu.

Mama Ey menggelengkan kepala, jelas tidak setuju.

"Tidak akan bisa, Nak. Kamu tahu bagaimana Papamu. Mama pun tidak bisa membantu."

Delvin mengepalkan tangan, menahan frustrasi. "Bagaimana caranya, Ma? Aku ingin Nabillah bersamaku selamanya," katanya penuh keyakinan.

Tanpa menunggu jawaban, Delvin berdiri dan berjalan pergi, meninggalkan Mama Ey yang hanya bisa duduk di sana, memikirkan nasib hubungan putranya dan Nabillah.

Sejujurnya, Mama Ey merasa senang jika putranya yang satu itu bersama Nabillah. Ia tahu Nabillah adalah gadis yang baik, seseorang yang mampu membuat putranya melupakan masa lalunya yang kelam. Namun, jika keadaan tidak memungkinkan mereka untuk bersatu, Mama Ey sangat khawatir akan dampaknya pada putranya.

Hanya membayangkan kemungkinan itu saja sudah terasa begitu menyakitkan, apalagi jika hal tersebut benar-benar terjadi nanti.

.

Malam pun tiba. Delvin kini berada di dalam kamarnya, memainkan gitarnya dengan penuh perasaan. Namun, saat sedang asyik memetik dawai gitar, pikirannya kembali pada konflik dengan Mamanya tadi sore.

Ia menghela napas panjang, lalu meletakkan gitar di sampingnya. Delvin termenung, memikirkan nasib hubungannya dengan Nabillah.

Tiba-tiba, ia dikejutkan oleh tepukan di pundaknya. Ketika menoleh, Delvin tersenyum melihat siapa yang menepuknya.

"Bang," ucapnya lirih.

"Aku tahu apa yang ada di pikiranmu, Vin. Tadi Abang mendengar pembicaraanmu dengan Mama," ujar Herman, kakak pertama Delvin, dengan nada tenang.

Delvin kembali menghela napas, lalu berkata pelan, "Kalau Tuhan tidak bisa mempersatukan ku dengan Nabillah, kenapa Tuhan memberikan perasaan ini kepadaku?" ucapnya lirih, menunduk dalam kesedihan.

Herman mengangguk, menunjukkan bahwa ia memahami isi hati adiknya.

"Kadang Tuhan memberikan kita ujian dalam hubungan apa pun. Anggap saja ini ujian untuk hubungan kalian berdua, meskipun dari awal kamu tahu, hubungan itu salah."

Delvin mengangkat wajahnya, menatap kakaknya dengan mata penuh kebingungan.

"Tapi kalau memang kami tidak berjodoh, kenapa Tuhan tidak menghapus perasaan ini? Kenapa aku masih merasakan hal yang sama untuk Nabillah, Bang, padahal Tuhan tahu hubungan kami salah dari awal?"

Herman terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Kata-kata Delvin itu membuatnya terpaku, memikirkan jawaban yang tepat untuk menenangkan hati adiknya.

.

Nabillah sedang berada di taman rumah sakit dengan jarum infus yang masih terpasang di tangannya. Ia menatap langit malam yang tampak tenang, memberikan kedamaian di hatinya. Tadi ia tidak sendiri. Nabillah ke taman bersama Daffa, namun Daffa pamit pergi ke kamar mandi.

"Hei, kok sendirian malam-malam di sini? Tidak kedinginan?"

"Kak Delvin?" Nabillah menoleh, terkejut melihat kekasihnya.

Delvin tersenyum, lalu memakaikan jaketnya ke tubuh Nabillah agar ia tidak kedinginan.

"Kakak ngapain ke sini?" tanya Nabillah.

"Mau bertemu denganmu," jawab Delvin sambil mengelus lembut pipi Nabillah.

"Tadi kakak sudah ke ruangan mu, tapi Ayah bilang kamu ke taman sama Mas Daffa. Sekarang, di mana Abangmu?" tanya Delvin lagi.

"Aku bosan di ruangan, jadi ajak Mas Daffa ke sini. Tapi, Mas Daffa ke toilet dulu," jawab Nabillah.

Delvin mengangguk, memahami. Ia meletakkan punggung tangannya di dahi Nabillah. "Sudah tidak panas seperti tadi," gumamnya lega.

"Sudah minum obat?" tanya Delvin.

Nabillah menggeleng pelan, membuat Delvin menatapnya dengan ekspresi tidak suka.

"Kenapa belum, Sayang?" tanyanya lembut, meski terdengar sedikit tegas.

"Aku tidak suka minum obat, Kak. Nabillah sukanya Kakak," jawab Nabillah dengan nada manja.

Delvin sedikit salah tingkah, lalu menyentil hidung Nabillah dengan gemas.

"Siapa yang ngajarin kamu gombal, hmm?" tanyanya sambil menatap wajah Nabillah yang masih pucat, tapi tetap terlihat cantik.

"Kakak, kan, yang ngajarin aku," jawab Nabillah sambil terkekeh.

Delvin yang gemas pun langsung menggelitik pinggang Nabillah dengan hati-hati, membuat mereka tertawa bersama.

Setelah berhenti, Delvin menatap Nabillah yang masih tersenyum. Ia mendekat, menempelkan dahinya pada dahi Nabillah, dengan tangannya melingkar di pinggang kekasihnya.

"I love you. Jangan pernah tinggalkan aku, ya, Bill," ujar Delvin dengan tatapan penuh ketulusan.

"Aku tidak akan pernah meninggalkan Kakak," jawab Nabillah dengan nada yang sama tulusnya.

Momen itu membuat hati Delvin terasa penuh kebahagiaan. Segala masalah yang sedang ia hadapi mendadak terasa jauh. Nabillah benar-benar ajaib. Pesonanya terlalu kuat!

Tanpa mereka sadari, Daffa berdiri tidak jauh dari sana. Ia melihat adiknya yang tampak begitu bahagia, dan senyuman kecil tersungging di wajahnya.

TBC..

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!