Jingga yang sedang patah hati karena di selingkuhi kekasihnya, menerima tantangan dari Mela sahabatnya. Mela memintanya untuk menikahi kakak sepupunya, yang seorang jomblo akut. Padahal sepupu Mela itu memiliki tampang yang lumayan ganteng, mirip dengan aktor top tanah air.
Bara Aditya memang cakep, tapi sayangnya terlalu dingin pada lawan jenis. Bukan tanpa sebab dia berkelakuan demikian, tapi demi menutupi hubungan yang tak biasa dengan sepupunya Mela.
Bara dan Mela adalah sepasang kekasih, tetapi hubungan mereka di tentang oleh keluarganya. Mereka sepakat mencari wanita, yang bersedia menjadi tameng keduanya. Pilihan jatuh pada Jingga, sahabat Mela sendiri.
Pada awalnya Bara menolak keras usulan kekasihnya, tetapi begitu bertemu dengan Jingga akhirnya dia setuju.
Yuk, ikuti terus keseruan kisah Jingga dan Bara dalam membina rumah tangga. Apakah rencana Mela berhasil, untuk melakukan affair dengan sepupunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yaya_tiiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 : Nyaris ternoda
Mela gadis ceria yang mencintai hidupnya sendiri, karakternya terbangun karena ia terlahir sebagai anak tunggal. Mamanya Dilla Hapsari, menikahi pengusaha sukses pemilik restoran ternama. Dari pernikahan tersebut, lahirlah Mela. Sejak kecil, Mela memang sangat di manja oleh orangtuanya. Segala keinginannya selalu di turuti, membuatnya menjadi angkuh dan besar kepala.
"Dari tadi lo, diem aja" ucap Davin dari sisi kursi pengemudi.
"Lagi suntuk aja, Bara minta gue keluar dari penthouse nya" ujar Mela, melirik sekilas sepupunya.
"Sombong banget!"
"Itu hak dia...!"
"Tapi Bara berubah sejak menikahi teman mu, yang gak tau diri itu." ujar Davin sengit.
"Gue yang nyuruh Jingga untuk mau di nikahi Bara, bahkan memaksa dia."
"Seharusnya, dia tau batasannya. Sebagai orang suruhan lo, jangan sampai mempengaruhi Bara. Segala tindakannya, harus membela kepentingan lo."
"Udahlah! Fokus aja ke depan, lo mau kita berakhir di RS" celetuk Mela, yang menyadari jika sepupu mengendarai mobil secara ugal-ugalan.
"Lo meragukan kemampuan gue nyetir!? Gini-gini juga, mantan pembalap formula satu."
"Haha! Dasar gila lo."
"Umm ya, ngomong-ngomong lo mau nurutin kemauan Bara, keluar dari hunian mewahnya" ucap Davin, yang kini memperlambat laju kendaraannya.
"Gimana menurut lo?"
"Ngomong deh lo, sama Tante Aminah" usulnya asal.
"Enggak mau! Terakhir kali ketemu ketika Bara menikah, gue di marahin habis-habisan. Tante Aminah melarang deket-deket anaknya, padahal di sini bukan gue aja yang bersalah."
"Pantesan lo nekad bundir, ternyata itu alasannya."
"Gue stres banget, apalagi nyokap juga ikut-ikutan ceramah. Bisa lo bayangin, ngeliat cowok yang gue cinta bersanding dengan cewek lain, sekalipun itu hanya sebuah konspirasi. Di tambah para emak-emak ikut ngerecokin, semakin stres deh gue."
"Haha!" tawa Davin menggelegar. "Lo, emang cewek paling tolol sedunia! Tapi hebat juga, lo berhasil menggagalkan malam pertama si Bara. Wajah kusut juga paniknya, gak bisa di tutupi. Malah gue denger si Bara ninggalin istri yang baru di nikahi nya, selama satu minggu buat nungguin lo."
"Ceritanya sih, gue berkorban atas nama cinta" ucap Mela.
"Tapi gak segitunya, kali!" sindir Davin sarkas.
"Iya sih, di pikir-pikir kalo gue beneran mati keenakan mereka dong."
"Ya udahlah, terima nasib aja. Mereka sekarang udah bahagia, tinggal lo jemput kebahagiaan sendiri."
"Apa maksudnya?"
"Lo mau aja kalo di suruh kawin sama Henry, dia juga gak kalah ganteng juga tajir seperti Bara."
"Tapi gue maunya di halal in Bara, si Henry bangkotan itu terkenal playboy."
"Lo nikah dulu aja sama Henry, lumayan hartanya melimpah ruah. Tapi di belakangnya, lo bisa menjalin hubungan kembali dengan Bara" usul Davin nyeleneh.
"Dih, mana mau gue begitu!?"
"Emangnya, si Bara mau melepaskan cewek dekil itu."
"Gue harus cari cara, buat memisahkan mereka berdua. Lo punya usul gak? Kira-kira, apa yang bisa membuat Bara benci sama Jingga? Atau sebaliknya."
"Mm... sekarang gue tau!" seru Davin, sambil mengetuk-ngetuk jarinya pada stir mobil. "Lo masih inget gak? sama Karenina, cewek blasteran Belanda yang jadi pacar terakhir Bara."
"Cewek rese, yang ngikutin Bara kemana pun pergi? Iya, gue masih inget. Gimana bisa lupa? Dia hampir pingsan waktu gue sekap semalaman di gudang kosong, bekas penyimpanan kayu jati milik kakek" tutur Mela bersemangat.
"Pas keesokan harinya, dia minta putus sama si Bara!" ujar Davin melanjutkan cerita sepupunya.
"Keterlaluan sekali kita waktu itu ya, Bara sampe musuhan gue selama sebulan penuh" kenang Mela lagi.
"Tapi misi kita berhasil, menyingkirkan lintah di hidup Bara. Nah, gimana kalo kita cari si Karen aja? Mudah-mudahan, tuh cewek masih tinggal di Indo."
"Setuju! Lo emang partner in crime gue yang setia" timpal Mela sumringah.
"Hehe! Davin gitu" kekeh sepupunya ceria, sembari menepuk dada. "Sekarang, keluar yuk. Udah nyampe, nih!?"
Keduanya kemudian melangkah masuk, setelah sebelumnya memarkirkan mobilnya. Suasana di dalam club sungguh bising sekali, arena dansa penuh dengan para kawula muda. Seorang DJ wanita berpakaian seksi, tengah bergoyang di atas panggung memainkan elektronik dance music.
Mela dan Davin menghampiri Steven sang peracik minuman, memesan wine sambil duduk memandang sekeliling. Mereka belum mau turun ke lantai dansa, masih ingin bersantai dan menikmati minumannya.
Dari lantai atas, tepatnya di mana seorang pria berpenampilan perlente sedang melihat ke bawah. Wajah aristokratnya memancarkan aura karismatik, mata elangnya menyorot tajam pada satu titik. Siapa kiranya yang diamati? Selain objek paling menarik di stol bar, Mela Anjani.
"Awasi terus, perempuan bersama lelaki itu!" perintah Henry Russel, pada seorang bodyguard yang berdiri di sampingnya.
"Siap bos!" angguknya patuh.
"Saya ingin bersama perempuan itu, alihkan perhatian lelakinya. Katakan pada Steven, agar mencampur minumannya dengan bubuk putih. Cari Alicia agar mau menemani lelaki itu, dan buat dia mabuk kepayang."
"Baik bos!"
Henry masih melihat ke arah Mela setelah kepergian bodyguardnya, untuk melaksanakan perintahnya. Ia mengelus dagunya dengan pelan, lalu masuk kembali ke dalam ruangan kerjanya. Menunggu anak buahnya membawa calon istrinya, yang selalu menolak bertemu dengan nya.
Henry Russel adalah pemilik club eksklusif di pusat kota, ia menjerat ayah Mela dengan memberinya pinjaman uang untuk menyelamatkan perusahaan yang hampir bangkrut. Sebagai jaminan, ayah Mela memberikan putrinya untuk di nikahi oleh Henry. Tetapi rupanya Mela menolak keinginan ayahnya, ia selalu pergi bila Henry ingin bertemu.
Pucuk di cinta ulam pun tiba, Henry tak perlu susah-susah mencarinya. Buruannya masuk perangkap, tanpa disadarinya. Tak berapa lama ketukan pintu terdengar keras, Henry segera menyuruh masuk anak buahnya.
"Bos, nona Mela sudah ada di kamar" ucap laki-laki berbadan besar itu.
"Bagaimana dengan teman prianya?"
"Alicia memberikan minuman di campur dengan obat tidur, sekarang tergeletak di sofa."
"Good job! Kamu boleh keluar, awasi sekeliling."
"Baik bos!"
Henry tersenyum puas, kemudian bangkit dari kursi empuknya. Ia berjalan menuju lantai tiga, dimana kamar tempat istirahatnya berada bila sedang bekerja. Membuka pintunya pelan, dan mendapati seorang wanita muda sedang bergerak-gerak gelisah ranjangnya dengan mata terpejam.
Henry menaiki kasur dan berusaha menahan tangan Mela, yang hendak membuka pakaiannya.
"Panas!" teriaknya, sambil menepis tangan Henry.
"Tenang sayang" bisiknya lirih. "Saya akan membantu, melepaskan dahaga mu."
"Siapa kamu?" tanya Mela dengan mata melotot. "Kamu!" lanjutnya berteriak, menyadari siapa lelaki yang bersamanya. "Bajingan! Lo jebak gue" ucapnya sembari bangkit dan menerjang tubuh Henry.
"Ya, saya calon suami mu" seringai Henry tenang. "Jangan takut, saya akan melakukannya pelan-pelan."
Bangsat!" pekiknya, berusaha mencakar wajah Henry dan memukulinya membabi buta. Tetapi lelaki itu hanya menahan pukulan nya, sama sekali tidak menghindar.
Akhirnya Mela kelelahan sendiri, serta obat perangsang yang mulai bekerja membuatnya merintih menahan birahi yang mulai bangkit.
"Ahh, panas..."
"Biarkan saya membantu" bisik Henry, sembari mengecup leher jenjang Mela. Tangannya dengan mahir melepaskan tanktop, yang dikenakan perempuan muda itu.
"Jangan" ucap Mela lemah, ia menghindari sentuhan Henry dengan menyilangkan tangannya di dada.
"Ayolah...kita akan sama-sama enak" ujar Henry, mencoba menyingkirkan lengan Mela. "sret...sret!" di robeknya bra hitam benda penghalang terakhir, yang di kenakan wanita yang berada di bawah kungkungannya.
"Gue gak sudi lo kotori, sana cari jalang yang mau di tiduri" racau nya. "Gue sumpahin lo impoten, kalo berani nyentuh." dengan kasar, Mela meninju dada bidang Henry sekuat tenaga. Tetapi tubuhnya tak bergeming sedikitpun, malah dengan mudah tangannya di tangkap.
"Argh...!" teriak Henry kesal. "Saya keburu gak nafsu, kamu kebanyakan omong."
Henry berguling dari atas tubuh Mela, ia jadi kehilangan gairah. Memungut kemejanya dan berjalan keluar dengan marah, lalu membanting pintu keras.
Sedangkan Mela buru-buru turun dari atas tempat tidur, ia berlari ke arah kamar mandi. Mengunci pintu dan memasukkan tubuhnya dalam bathtub, itulah cara efektif untuk menghilangkan pengaruh obat perangsang. Untungnya dia tadi tak menghabiskan minumannya, hingga dosis obat yang tertelan hanya sedikit.
"Sialan si Henry tua itu, berani berbuat jahat!" gumam Mela. Ia membenamkan kepalanya ke dalam air, lalu mengangkatnya kembali. Begitulah seterusnya secara berulang-ulang, sampai badannya menggigil kedinginan.
... ****...
beri plajaran tuk Laki leya leye gtu mh Laki gk punya pendirian hampas aja
Menjauhlah bila prelu pergi ke dasar bumi biar tidak ketemu lagi sama laki biadab entu.
Menjauhlah bila prelu pergi ke dasar bumi biar tidak ketemu lagi sama laki biadab entu.
si Jingga harusnya gk baper di pernikahan itu kan pernikahan hitam di atas putih bukan di dasari suka sama suka..
biar jdi penonton dulu , dema apa lgi yang mereka mainkan.