Benar kata peribahasa.
Kasih Sayang Ibu Sepanjang Masa, Kasih Sayang Anak Sepanjang Galah. Itu lah yang terjadi pada Bu Arum, Ibu dari tiga orang anak. Setelah kematian suami, ketiga anaknya malah tidak ada yang bersedia membawa Bu Arum untuk tinggal bersama mereka padahal kehidupan ketiganya lebih dari mampu untuk merawat Ibu mereka.
Sampai akhirnya Bu Arum dipertemukan kembali dengan pria di masa lalu, di masa-masa remaja dulu. Cinta bersemi meski di usia lanjut, apa Bu Arum akan menikah kembali di usianya yang sudah tak lagi muda saat ia begitu dicintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Aku Nggak Mau Jadi Adikmu Lagi.
Di rumahnya, Yasmin baru saja menyiapkan makan malam untuk sang suami. Kandungan nya sudah menginjak bulan ke 8 dan ia sudah mempersiapkan untuk hari kelahiran anak kedua yang lahir dari rahimnya.
"Mama, Farhan mau daging bakar nya. Suapin..." Anak bawaan dari Bastian, yang kini anak sambung Yasmin itu memang manja pada sang Ibu sambung.
Namun manjanya Farhan membuat Lily sering kesal, dulu sebelum orang tua mereka menikah Lily sangat suka dengan Farhan karena merasa punya adik laki-laki. Usia Farhan yang baru saja menginjak 6 tahun, membuat anak laki-laki itu masih bersikap seperti layaknya anak-anak pada umumnya namun Lily tak suka.
Sekarang, Lily merasa jengah melihat Farhan terus menempel seperti prangko pada Ibunya. Lily merasa ibunya sudah direbut darinya, apalagi Yasmin memang tidak membeda-bedakan kedua anak itu dan menyayangi keduanya. Ia mencontoh Pak Agam, yang sangat sayang pada anak sambung.
"Mah! Lily juga mau daging yang itu, suapin juga!"
Setelah melihat Yasmin mulai menyuapi Farhan, Lily pun merajuk.
"Kalau gitu bareng-bareng satu piring sama adekmu, ya."
"Enggak mau! Lily jijiikkk bekas makan Farhan!"
"Lily, kok gitu. Farhan kan adek kamu."
"Bukan! Dia anak Papa Bastian! Bukan adikku! Adikku cuma yang ada di perut Mama!" Lily bicara keras dan kasar.
Kebetulan Bastian baru saja masuk, setelah bekerja seharian ia sangat lelah apalagi dia banyak bertemu dengan para relasi bisnis. Mendengar suara anak sambungnya yang meninggi di ruang makan, Bastian berjalan ke sana meskipun ia sangat kelelahan.
"Sayang nya Papa, kenapa hem? Ada yang buat kamu marah? Adekmu nakal?" Bastian juga sangat menyayangi Lily layaknya Yasmin sayang pada Farhan.
"Itu anak Papa! Manja nya minta ampun! Dia terus minta disuapin Mama!"
"Farhan masih 6 tahun, Nak. Jadi masih kayak anak kecil, kalau Lily kan udah 10 tahun... masa masih mah disuapin. Tapi, kalau mau disuapi... Papa suapi kamu ya."
"Enggak mau! Lily nggak laper!" Gadis itu turun dari kursi makan dan pergi ke kamarnya.
"Maaf ya, Bang. Harus sabar menghadapi Lily, dia kekurangan kasih sayang ayahnya. Apalagi dia anak dari keluarga broken home, aku udah sering nasehatin dia agar sayang sama Farhan. Sejak awal kan mereka berdua langsung dekat, entah kenapa setelah kita menikah Lily malah semakin ketus sama adeknya."
Bastian tersenyum maklum, ia mengecup kening istrinya dengan sayang. "Kamu bentar lagi lahiran, jangan banyak pikiran. Aku akan bujuk Lily, mungkin dia merajuk karena kamu lebih perhatian sama Farhan."
"Iya, Bang. Makasih ya."
Bastian berjalan ke arah kamar Lily, di usia 10 tahun gadis kecil seperti Lily sedang memasuki transisi ke masa remaja. Lily butuh banyak perhatian lagi, mungkin saja gadis kecil itu sudah mempunyai keinginan sendiri.
"Ly, Papa masuk."
Lily memunggungi pintu kamar, dia berbaring menyamping.
Bastian duduk di tepi ranjang, dia mengussap kepala anak sambungnya dengan lembut. "Lily mau cerita ke Papa, nggak? Mungkin, Lily sedang ada masalah di sekolah. Misalnya ada yang bully atau jangan-jangan... Lily udah mulai punya crush ya."
Tiba-tiba gadis kecil itu bangun dari baringan, ia duduk menatap sang Ayah sambung dengan tatapan heran. "Kok Papa bisa tau?"
"Tau dong! Jadi, yang mana?"
"Mereka bully Lily, katanya Mama tukang nikah."
"Hah?"
"Mereka tau, Papa Bastian bukan Papa kandung Lily. Terus, ada yang ngatain Mama katanya tukang kawin."
"Astagfirullah, kasar banget baru juga anak SD!" Bastian ikut kesal jadinya.
"Lily nggak berani bales."
"Kenapa?"
"Karena emang bener, Mama nikah lagi. Papa Halim juga, nggak pernah temuin Lily lagi." Suara gadis kecil itu terdengar sedih, ternyata gadis kecil itu merindukan ayah kandungnya.
"Lily kangen Papa Halim?"
Gadis itu mengangguk.
"Mau ketemu?"
"Mau."
"Ya, udah. Nanti Papa Bastian bilang sama Mama dulu ya, baru nanti telepon Papa Halim buat janjian ketemu. Jangan sedih lagi... ya."
Bibir gadis kecil itu pun merekah, sebenarnya dalam hatinya ia begitu merindukan Halim. Mungkin ada kenangan-kenangan indah saat bersama ayah kandungnya yang masih tertanam dalam hati Lily.
.
.
.
Ahmad benar-benar tak menyia-nyiakan kesempatan bersama Izy, mereka berdua seperti sepasang pengantin baru tampa hubungan intim tentunya dan hanya melewati masa-masa romantis pada umumnya.
Ada momen memasak bersama dan kegiatan berdua lainnya. Kini, keduanya saling berpelukan di sofa dengan Ahmad memeluk gadis itu dari belakang. Selimut memerangkap tubuh keduanya, mereka saling berbagi kehangatan.
"Mas, beneran kamu besok pulang?"
"Perusahaan siapa yang ngurus kalau Mas nggak pulang, ini udah tiga hari."
"Tapi aku masih kangen."
"Pulang makanya, kuliah di tanah air aja biar bisa tiap hari pulang ke rumah dan kumpul bareng kita."
"Enggak ah!"
"Kenapa?"
"Aku nggak ingin jadi adik mu lagi, Mas."
Deg!
Apa maksudnya? Ahmad menerka-nerka ucapan Izy.
"Kalau suatu hari Mas ada perasaan lain sama aku, baru aku pulang..."
"Zy..." Ahmad melepaskan dekapannya dari tubuh gadis itu, menarik wajah Izy agar menatapnya. "Apa maksud ucapan mu?"
Mata gadis itu begitu memancarkan cinta, begitu bodoh Ahmad tak bisa menebak perasaan Izy.
"Mas pura-pura nggak tahu atau memang bodoh?"
"Dek..."
"Aku nggak mau jadi adikmu lagi!"
Ahmad terperangah, baru lah ia paham apa yang dirasakan Izy padanya.
"K-kamu cinta sama Mas?"
Gadis itu mengangguk dengan kuat, lalu menempelkan bibirnya pada sang Duda.
___
Nah loh, jadian nggak ya?