Bagaimana jika orang yang kamu cintai meninggalkan dirimu untuk selamanya?
Lalu dicintai oleh seseorang yang juga mengharapkan dirinya selama bertahun-tahun.
Akhirnya dia bersedia dinikahi oleh pria bernama Fairuz yang dengan menemani dan menerima dirinya yang tak bisa melupakan almarhum suaminya.
Tapi, seseorang yang baru saja hadir dalam keluarga almarhum suaminya itu malah merusak segalanya.
Hanya karena Adrian begitu mirip dengan almarhum suaminya itu dia jadi bimbang.
Dan yang paling tak di duga, pria itu berusaha untuk membatalkan pernikahan Hana dengan segala macam cara.
"Maaf, pernikahan ini di batalkan saja."
Jangan lupa baca...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayang Rindu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
"Kalau bukan Mas Fairuz, apa iya Yusuf yang menikah? Kan ayahnya Fairuz itu menduda sejak lama. Ndak punya anak selain mereka."
Adrian tak menanggapi kata-kata Ros, kini pikirannya jadi kemana-mana setelah semalam mulai tenang.
"Awas saja kalau kekasihmu itu berani main-main denganku." geramnya, Adrian meraih ponsel dan langsung menghubungi seseorang.
"Ngapain Mas?" tanya Rosa.
"Cari tahu undangan yang di sebar pondok pesantren milik Fairuz. Aku ingin melihatnya." Kata Adrian, lalu mengakhiri panggilan teleponnya.
"Ribet amat!" ucap Rosa lagi. Kemudian saling diam setelah memasuki area perkampungan tapi rumah di sana tampak bagus dan bertingkat. Sepertinya memang di sana tempat orang-orang berduit.
Adrian membuka denah alamat yang di kirimkan Bella, mobil pun melaju lambat karena jalanan mulai menyempit.
"Ini serius, temennya mas Adrian ngadain resepsi mewah di sini?" tanya Rosa.
"Iya, Laura itu anak pejabat. Yang ku dengar ayahnya asli orang sini, memiliki banyak aset dan beberapa rumah mewah." jawab Adrian.
"Terus, kenapa Mas Adrian gak mau sama dia?" Tanya Ros lagi, menatap kakaknya dengan penasaran.
"Karena aku tak suka." jawab Adrian.
Ros terkekeh, lalu melanjutkan kata-katanya. "Kalau sama Kak Hana?" Dia mengangkat kedua alisnya, menggoda Adrian.
"Aku suka, tapi dia tidak."
Sontak jawaban jujur Adrian membuat Rosa tertawa terbahak-bahak.
Tak lama kemudian, tampaklah janur kuning melambai khas dekorasi pedesaan yang hijau di padu-padankan dengan bunga-bunga hias yang mahal.
Suasana sejuk nan asri, mewah dan berkelas tentunya. Rosa sampai di buat takjub melihat jalan masuk pun sudah seperti halaman istana.
"Rame banget." kata Rosa.
"Tunggu sebentar, kita akan masuk bersama Bella dan temanku yang lain." Adrian mengirim pesan kepada teman-temannya.
Ros mengangguk, hanya matanya tak bisa berhenti melihat sekeliling yang tampak indah, dia benar-benar penasaran seperti apakah penampilan pengantinnya nanti, pastilah perempuan bernama Laura itu cantik sekali, gumamnya.
"Kok nggak ada foto-nya ya?"
"Nanti juga kau akan melihat orangnya." sahut Adrian, menggandeng Rosa, karena teman-temannya sudah menunggu di dalam, melambaikan tangan.
"Ros! Sini." ajak Bella, menepuk kursi di sampingnya.
"Pacarmu?" tanya seorang pria memakai kacamata. Bisa di tebak pria itu adalah seorang dokter juga.
"Dia adikku." jawab Adrian.
"Hah!" mereka semua tertawa, merasa Adrian sedang bercanda. "Kapan Tante Mila melahirkan gadis ini?"
"Benar, Ros memang adiknya." sahut Bella. Tidak ingin Adrian menjadi bulan-bulanan rekannya.
"Benarkah?" tanya pria berkacamata itu lagi, dia memperhatikan wajah Rosa yang memang persis seperti Adrian.
"Tidak perlu melihatnya seperti itu." Adrian menghalangi mata rekannya dengan tangan.
Pria itu terkekeh, menyingkirkan tangan Adrian lalu kembali memandangi Rosa. "Bagaimana kalau aku melamar adikmu?"
"Tidak semudah itu." sahut Adrian, namun sepertinya pria itu benar-benar serius, matanya bahkan sulit berpaling dari Rosa, meskipun terhalang Bella diantara mereka.
"Aku serius."
"Ck. Dasar mata keranjang!" Adrian duduk di dekat Bella kali ini, tidak ingin adiknya terus dipandangi rekannya tersebut.
"Ayolah Adrian! Katakan padanya mau minta apa? Aku akan menuruti apa mau adikmu." Ucap pria itu tak juga menyerah.
"Minta nyawamu." bisik Adrian.
Pria itu berdecak kesal, terlebih lagi rekan-rekan yang lain menertawainya.
"Diamlah! Kalian lihat, akadnya akan segera di mulai." Bella menegur teman-temannya yang berisik itu.
Seketika mereka diam, semua undangan pun duduk dengan tenang.
Sebuah mobil berhiaskan bunga datang melambat di halaman yang berhias cantik itu, kedatangannya di sambut meriah oleh pihak keluarga Laura. Hingga mereka semua turun menuju meja yang sudah di siapkan untuk melaksanakan akad.
"Dok, mobil mereka bertuliskan lafas basmallah semua. Apakah mereka itu dari pesantren?" tanya Rosa, berbicara kepada dokter Bella.
"Iya. Teman kami itu di jodohkan dengan seorang pria, anak satu-satunya dari pemilik pondok pesantren. Makanya nuansanya seperti ini, tidak ada pesta musik seperti orang kaya pada umumnya." jelas Bella.
Rosa mengangguk, namun matanya jadi membelalak sempurna ketika melihat seorang pria yang di kenalnya. Pria bersorban yang pernah sekali bertemu dengan Rosa, dia adalah ayah Fairuz.
"Mas?" panggil Rosa, tangannya menepuk kaki Adrian.
"Ada apa Ros?" tanya dokter Bella, dia pun jadi penasaran mengapa adik sahabatnya itu tak mengalihkan pandangannya ke depan.
"Mas! Itu kan..."
Ros menoleh Adrian, ternyata Adrian pun sama terkejut, dia pun pernah bertemu dengan pria itu.
Tak lama kemudian pengantin prianya keluar dari mobil bersamaan dengan beberapa orang di sampingnya.
Ting!
Notifikasi ponsel Adrian berbunyi. Mau tak mau dia pun membukanya dengan penasaran.
["Yang menikah di pondok pesantren adalah Fairuz.]
Lalu datang lagi pesan berikutnya, sebuah foto undangan pernikahan yang mahal, bertuliskan tinta emas yang cantik, nama Laura terukir indah beserta nama lain di bawahnya, Ahmad Fairuz Athalla.
"Ya tuhan!" gumamnya, ia mengusap wajahnya dengan gusar, mengapa tak terpikirkan sebelumnya. Bukankah sudah jelas namanya adalah Fairuz?
"Brengsek!"
Adrian berdiri sehingga kursi yang didudukinya bergeser keras.
"Mas!" Rosa memegangi tangan Adrian.
"Lihatlah! Itu pria brengsek yang berkedok ustadz!" Adrian berusaha mencari jalan keluar dari tempat duduk mereka yang sudah penuh.
"Adrian! Ada apa denganmu?" Bella dan teman-teman yang lain pun ikut menahan Adrian.
"Pria itu adalah calon suami Hana, nanti malam akan melaksanakan akad di rumah ibuku." kata Adrian, nanar menatap Fairuz dari kejauhan.
Bella yang sedikit faham, dia meminta Adrian duduk kembali. "Hana yang....?"
"Kakak ku." jawab Rosa.
Bella ikut melihat pria yang memakai jas berwarna putih senada dengan kopiah mewah di kepalanya. Lalu kembali duduk di samping Adrian.
"Biarkan mereka menikah." bisiknya, tentu Adrian menatapnya heran.
"Kita akan menemuinya setelah ini, pastikan dia tidak akan mendapatkan perempuan yang kau cintai."
"Tapi Dok, dia itu brengsek, penipu!" bisik Rosa pula.
"Biarkan saja dia untuk laura. Apa kau mengerti?" Bella mengangkat alisnya.
Tentu ucapan dokter Bella membuat Rosa bungkam, dibalik sikapnya yang profesional, ternyata perempuan berkulit putih ini memiliki pikiran tak terduga.
"Mari kita ucapkan selamat." Bella beranjak bersama Rosa, berjalan lebih dulu menemui Laura temannya dan juga Fairuz yang terlihat tak bersemangat.
"Selamat atas pernikahan mu Laura." Bella memeluk perempuan cantik itu dengan erat, kemudian menangkup tangannya pada Fairuz.
Seketika wajah Fairuz menjadi tegang melihat siapa yang ada di depannya. Tentu dia tahu siapa dokter Bella.
Tak hanya itu, dia pun menoleh ke samping dan juga mendapati Rosa yang menatap tajam padanya.
"Rosa?" ucapnya pelan.
"Ternyata kamu itu penipu!" ucap Rosa, tak ayal semua orang menatap keduanya serentak. Termasuk ayah Fairuz yang duduk di kursi mewah terpisah dari kedua pengantin.
"Rosa, aku akan menjelaskan semuanya nanti. Aku mohon jangan sampai Hana tahu." kata Fairuz dengan sangat pelan.
"Jangan mimpi! Kakak ku bukan perempuan murahan yang rela-rela saja di jadikan yang kedua. Ada banyak kok laki-laki yang mau sama dia, jadi Nggak usah sok ganteng mentang-mentang kamu seorang ustadz. Yang ada kamu itu menjijikan."
"Ros!"
"Hei, kamu siapa?" Laura yang tadi fokus pada tamu kini mendorong Rosa hingga sedikit terhuyung.
"Dia adikku." Adrian merangkul pundak Rosa.
"Adrian?" panggil Laura, menatap Adrian sendu.
"Adrian, aku mohon pengertiannya. Kita bicarakan baik-baik."
Bugh!
Belum selesai Fairuz bicara, bogem mentah sudah mendarat di sebelah pipinya.
"Adrian!" Bella terkejut, menahan Adrian agar tak mengulangi pukulannya.
tamat ya Hana..happy ending..happy wedding 🎉💒💍💍
akhir nya ku menemukanmu ,saat raga ini ..ingin berlabuh...
ku berharap engkaulah, jawaban segala risau hatiku..dan biarkan diriku mencintai mu ,hingga ujung usia ku.../Drool//Drool//Drool/
lirik lagu by Naff .. akhirnya ku menemukanmu
wasyekkkk pokok nya naik ranjang lah yaaaaa
titin suprihatin kok kek nama temen q yahhh
apa temen q yg sama yaaaa aq pinisirin deh
dan karna g mau kehilangan hana ttp juga di nikahinya juga
aduhh aq setuju ma adrian aja deh
terooos, lanjoot gelut nya ,pria model Fairuz harus jgn kasi paham ,kasi bogem mentah !!