Bangkitnya Ex-Narapidana

Maxayla turun ke ruangan bawah, orang-orang yang menyebabkan kematian ibunya ada disana terkurung selama 3 bulan ini. Jika saja Selena tak bekerjasama dengan Primus, tidak mungkin ibunya akan meninggal. Itu lah pemikiran Max!

"Bawa perempuan jelek itu kesini!"

Dua orang wanita anak didik Madam Belle paham betul siapa yang dimaksud oleh Bos mereka, kedua wanita itu bertugas berjaga di ruangan bawah sekaligus menyikssa setiap hari keluarga Selena.

Kenapa Max tak membunuh saja seluruh keluarga Selena agar bergabung dengan Benny di neraka?

Jawabannya sederhana, Max tak ingin memberikan hukuman yang mudah! Dia akan memberikan neraka dunia pada mereka semua.

Kitty disereeett ke hadapan Maxayla, rupa perempuan manipulatif itu tak secantik dulu lagi, banyak luka di sekujur tubuh termasuk wajahnya. Tubuh Kitty kurus kering karena Max hanya memberikan satu kali jatah makan. Itu pun bagi Max, dia sudah sangat dermawan pada musuhnya. Saat ia di penjara, terkadang tak ada makanan layak meskipun sehari Max akan diberi jatah makan 2 kali.

Posisi Kitty tengkurap di lantai, ia mendongak menatap Max yang berdiri menatapnya dengan pandangan benci.

Max memainkan apel merah di tangannya, ia tahu apel adalah kesukaan Kitty. "Kau mau apel ini, jalaaang?"

Kitty mengangguk lemah, suaranya sulit keluar. Akibat penyiiksaan demi penyiiksaan, pita suara Kitty rusak. "Aaaaa... uuu..."

"Ahhh! Ini buah kesukaan mu, kan? Aku ingat, dulu... saat aku ingin sekali makan sepotong buah pir, kau malah menginjak buah itu dan menyuruhku memakannya. Tentu kau belum lupa kan, semua perbuatan mu padaku?"

Kitty mencoba bersuara kembali, namun kali ini tak ada suara yang keluar.

"Ini! Makan lah! Jilaaat sampai habis!"

Max menjatuhkan apel itu ke lantai, lalu menginjaknya memutar sepatu kets nya agar buah itu hancur. Kini, apel itu benar-benar hancur. Kitty tetap mengambil buah hancur itu lalu memakannya dengan rakus. Dia sudah terlalu lama tak memakan buah, jangankan buah bahkan makan pun hanya nasi dan lauk seadanya.

"Enak?"

Kitty tak menjawab ia hanya fokus makan apel rusak dan kotor itu, ia tak mempedulikan apapun dan hanya ingin lidahnya merasakan sensasi manis dan segar dari buah.

"Ck! Padahal aku sudah menyuntikkan racun pada apel itu! Hahahahaha...!!!" Wajah Maxayla berubah menjadi bengis.

"Kkkkkkk...." Kitty berusaha memuntahkan apel itu dari mulutnya, namun dengan cepat Maxayla menutup mulut Kitty agar apel itu tertelan.

"Tenanglah, ini bukan racun agar kau mati! Nyawa mu masih aku inginkan! Ini hanya obat psikedelik. Obat ini akan memicu munculnya halusinasi!" Maxayla menyeringai.

Tak lama obat itu pun bekerja, Kitty bangun dari tengkurap di lantai. Dia lalu berjingkrak-jingkrak seraya tertawa seperti orang gila.

"Alex! Ayo menikah! Lihatlah! Aku udah pake gaun pengantin! Cantik kan?! Lalaalala... Hihihi! Ahahaha....! Ayo! Ayo! Hei! Kalian liat apa? Tubuhku indah kan? Cepat! Puaskan aku dengan tubuh kalian! Aku harus mendapatkan segalanya! Ayla nggak boleh mendapatkan Alex! Pria itu milikku...! Alex milikku! Kak Benny! Gadis itu ingin mencuri Alex dariku! Sikssa dia! Pukvl Ayla...!!! Hahahha! Ya! Pukvl lagi!!!"

Suara Kitty bisa langsung keluar, mungkin karena dorongan dari efek obat yang sudah masuk menyebar ke setiap sel darah membuat Kitty memaksakan membuka suara.

Mendengar racauan Kitty tentang masa lalu, Maxayla membayangkan saat dirinya disikssa oleh Benny. Wanita itu memejamkan mata, mengepalkan tangan lalu menendang tubuh Kitty hingga perempuan itu tersungkur.

Namun Kitty tetap berdiri lagi dan kembali meracau sambil tertawa. "Aduh! Make up ku luntur! Oh tidak! Alex pasti akan membenciku kalau dia tahu aku lah penyebab Ayla dipenjara...!!! Ampun! Ampun! Ayla ampuni aku!"

Tiba-tiba saja Kitty berlutut dan mengatupkan kedua tangan memohon.

"Ay... aaa..." suara Kitty kembali pelan dan hilang.

Maxayla merasa puas melihat kegilaan Kitty.

"Nona Max, adik Anda dan Tuan Alex datang."

"Grace datang? Kenapa tak memberi kabar lebih dulu padaku!?"

Maxayla memang semakin dekat dengan Grace. Lucunya, karena wajah mereka berdua hampir mirip membuat Alex terpesona pada Grace saat pertama berjumpa dan Alex selalu mengikuti kemanapun Grace pergi.

Kemungkinannya Alex sudah mempunyai hubungan dengan Grace, tapi entahlah apa Alex benar-benar menyukai Grace dengan tulus atau hanya karena wajah Grace mirip dengan Maxayla.

"Urus dia!"

Kedua wanita yang mengurus ruangan bawah segera menahan tubuh Kitty, perempuan itu dibawa kembali ke ruangan sempit tempat selama ini dia hidup. Selena, Antonio, orang tua mereka pun berada di ruangan lain dengan keadaan yang sama. Tak ada kenyamanan, tak ada cahaya matahari bahkan mereka semua sering dibuat kelaparan. Keempat orang itu tetap bisa bertahan karena Maxayla meminta Dokter Chao menyuntikkan obat penguat tubuh agar mereka tak cepat mati.

Sadis? Tentu saja! Itu adalah bayaran yang setimpal untuk segala kesakitan mendiang ibu angkat Maxayla dan atas kematian Madam Belle.

Maxayla menatap tajam Alex yang berdiri di teras, dia tak suka laki-laki masuk ke Mansion.

"Kau boleh masuk, Grace! Tapi tinggalkan pacarmu disini!"

"Bye, sayang. Aku pergi!" Alex memberikan kiss jauh karena Grace sudah berdiri di samping Maxayla.

Grace hanya menatap kasihan pada kekasihnya, ia melambaikan tangan. Lalu Maxayla menarik tangan adik perempuannya masuk dan menutup pintu Mansion.

"Jangan terlalu bucin, Grace! Laki-laki semuanya tak bisa dipercaya! Mereka pembohong! Pengkhianat! Pemuja sexs! Mereka tidak tulus mencintai kita...!!"

Grace hanya diam, dia tahu pemikiran Max pada laki-laki berubah menjadi keras apalagi Agatha juga ikut mempengaruhi pikiran Max tentang betapa jahatnya para pria. Niat Zephyr mungkin memang baik, namun menurut Grace tindakan laki-laki itu tetap salah memaksakan kehendak pada Maxayla.

"Bagaimana kabar keponakan Aunty hari ini?" Grace mengusap perut Max dengan usapaan sayang. Ia tak mau meladeni ucapan kakaknya, daripada semakin membuat kakak perempuannya itu semakin kesal.

Ada perbedaan dari Maxayla dan Grace meski wajah mereka hampir mirip, yaitu sikap dan penampilan dari keduanya. Grace adalah versi feminim dan lemah lembut dari Max.

Grace.

Lei, khusus untuk yang kemarin minta visual Lei 🤭

Agatha.

Dokter Chao.

.

.

.

Alex tahu kedatangan nya akan sia-sia, ia pun berbalik pergi menuju mobilnya dengan wajah lesu. Sebenarnya dia mendekati Grace, bukan karena wajah perempuan itu mirip dengan Maxayla. Alex murni menyukai Grace, dia datang ke Mansion karena mendapatkan tugas dari calon ayah mertuanya yakni Tuan Gavin untuk memeriksa keadaan Max karena Maxayla enggan bertemu dengan ayahnya sendiri.

"Halo Om, kali ini aku gagal lagi. Aku diusir! Fiuhhh! Jangan halangi hubungan ku dengan Grace, Om. Aku akan coba lagi nanti saat menjemput Grace!"

"Payah!"

Hanya itu jawaban dari ujung telepon, Tuan Gavin memutuskan sepihak panggilan. Alex menatap layar ponsel dengan menggerutu. "Aku sudah berusaha!"

Kemudian dia menelepon Zephyr, Alex pun diundang dalam pertemuan. Pria itu pun pergi dari Mansion menuju rumah Lei.

Setelah sampai di kediaman Lei, Alex dikejutkan dengan suara ribut perkelahian. Alangkah terkejutnya dia, calon ayah mertuanya sedang duel dengan Devano.

Bukannya melerai, Alex malah membuka aplikasi video di ponsel dan langsung merekam untuk ia kirimkan pada Grace tentang bagaimana kelakuan ayah dari wanita itu.

.

.

.

Di jauh negeri sana, seorang wanita tengah menatap bunga di taman dengan tatapan kosong. Benturan pada batu di kepala akibat terjatuh ke laut saat perkelahian terjadi di pelabuhan membuat wanita itu mengalami amnesia.

"Katherine, udara sangat dingin. Masuk yuk!" Seorang pria tersenyum lembut pada wanita itu.

Madam Belle menatap pria yang mengulurkan tangan padanya, dia menggapai tangan itu lalu berdiri dari duduknya. Pria itu merangkul pundak Madam Belle, membawa masuk ke sebuah rumah megah.