NovelToon NovelToon
SAFFIYA

SAFFIYA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dosen / Nikahmuda / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:813
Nilai: 5
Nama Author: Miss_Fey

SAFFIYA RAY & RAYAN ADITNYA. Kisah gadis cantik yang mengejar cinta pria duda tampan, yang merupakan dosennya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss_Fey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

*****

Dua hari kemudian, Rayan memberanikan diri untuk mengirim pesan kepada Saffiya jika ia akan pergi mengajar anak-anak jalanan itu lagi.

" Sebentar siang jam 11, saya akan pergi mengajar anak-anak. kamu bisa ikut? " isi pesan yang Rayan kirimkan.

" Bisa pak. " jawab Saffiya setuju.

" Ya udah, nanti ketemu dimana? " tanya Rayan.

" Bapak dimana? nanti saya samperin kesana aja. " jawab Saffiya.

" Saya dicaffe dekat kampus. " jawab Rayan.

" Ya udah pak, nanti saya samperin bapak kesana. " balas Saffiya.

Saffiya tengah menyiapkan sarapan paginya, karena Meyra sudah berangkat lebih dulu kekampus.

Setelah selesai ia lanjut bersiap-siap, Saffiya memutuskan untuk berangkat lebih awal karena ingin membelikan beberapa hadiah untuk anak-anak itu.

" Loh, sepatu putihku kemana? " gumam Saffiya yang mencarinya dirak sepatu dekat pintu.

" Apa aku lupa bawa? "  gumanya sambil melihat seluruh rak penyimpanan, namun tidak juga menemukanya.

Saffiya memutuskan untuk kembali krumah utama sebentar, guna mengambil sepatunya itu. sesampainya disana ia melihat mobil orang tuanya terparkir didepan rumah.

Dengan cepat Saffiya menghampiri penjaga rumah yang sedang membersihkan taman depan.

" Mang, ayah pulang? " tanya Saffiya kepada salah satu satpam yang berjaga didepan gerbang.

" Iya neng, sampai kemarin siang. " jawab satpam itu.

Saffiya segera masuk untuk menemui mereka. Sudah beberapa bulan ia tak bertemu, bahkan tidak ada kabar yang terdengar.

Kerinduan yang teramat mendalam menggelayut di hatinya, seakan ada rasa bersalah yang tak terucap.

Terbayang wajah  kedua orang tuanya, mereka pasti merindukan kehadirannya di rumah, fikir Saffiya.

Ia berlari menaiki anak tangga dengan langkah cepat, hati berdebar penuh kegelisahan, menuju ruang kerja orang tuanya.

Saffiya hampir tidak sabar ingin tahu apa yang mereka bicarakan, apakah mereka sedang membahas dirinya? Saat tiba di depan pintu, Saffiya terhenti dan mencoba mencuri dengar.

" Kenapa mereka membahas tentang diriku?" batinnya dengan penasaran yang kian menjadi-jadi, perasaan gugup bercampur harap dan khawatir.

Di antara kerumunan suara, ia mencoba untuk menjaga emosinya tetap terkendali agar tidak memperburuk situasi.

Dengan serius Saffiya mendengarkan apa yang sedang di bahas orang tuanya tentang dirinya.

" Yah, jadi gimana rencana ayah untuk menikahkan Saffiya dengan anak teman ayah itu? " tanya sang istri.

" Ayah udah bilang sama teman ayah itu Mih, dan dia juga masih berharap perjodohan ini tetap berlanjut. cuma masalahnya gimana caranya kita ngebujuk Saffiya. " jawab suaminya.

" Ya gimana caranya, pokoknya kita harus bisa ngebujuk dia. mami nggak mau dibilang nggak becus ngurus dia sama kedua orang tuanya. " ucap istrinya yang merasa kesal seperti terbebani.

" Jangan ngomong gitu Mih, gimana pun sekarang Saffiya sudah menjadi anak kita. " jawab suaminya memperingatkan.

" Iya mami tau yah, tapi kan Saffiya bukan darah daging kita, dan ayah nggak bisa pungkirin itu. " jawab sang istri.

Saffiya terpaku berdiri di depan pintu, mendengar kebenaran yang seketika membuat seluruh tubuhnya terasa begitu rapuh.

Air matanya langsung menetes, seolah-olah ada sesuatu yang menusuk dadanya dengan kekuatan mengerikan.

" Nggak mungkin? " lirih hatinya. Pikiran-pikiran yang tak menguntungkan bergejolak dalam benaknya.

" Jadi selama ini, orang yang sudah membesarkanku bukan orang tua kandungku? Apa karena itu mereka bersikap tidak perduli padaku? " Tanya-tanya tersebut semakin menghantui, membuatnya ingin menangis lebih kencang lagi, namun tetap berusaha menjaga diri agar suara tangisannya tidak terdengar oleh kedua orang tuanya.

Saffiya tersadar bahwa hidupnya selama ini tak semanis yang ia bayangkan dan kini ia harus menghadapi kebenaran yang luar biasa menyakitkan hatinya.

Ia bergegas keluar, berlari menuju motornya dan segera pergi meninggalkan rumah.

Dengan kecepatan di atas rata-rata, Saffiya melajukan motornya, seolah ingin melepaskan semua kekecewaan yang sedang kualami. Aku tak tahan lagi.

" Kenapa ini harus terjadi padaku? Kenapa orang yang selama ini kupercaya, yang kusebut sebagai rumah, justru bukan tempat berlindung yang seharusnya?" keluhnya dalam hati.

Ia merasa sangat hancur, kehilangan pijakan dan arah.

Rasa marah, benci, dan sakit bercampur aduk di dada, menggetarkan setiap helai rambut panjanganya yang tertiup angin.

Saffiya mengentikan motornya dekat taman yang biasa ia datangi ketika sedih.

" AAAAAA!!! " teriak Saffiya sambil memukul setir motornya.

" Nggak mungkin, ini nggak mungkin." gumamnya sambil menangis.

Kemudia ia duduk dibangku taman sambil memandanga kedanau lepas, fikiranya sedang kosong.

Kebenaran yang baru saja Saffiya ketahui, membuatnya tidak bisa berfikir apa-apa lagi. seketika semuanya terasa hitam menghilang di balik kegelapan.

Ponsel di tangan Saffiya tak henti-hentinya berdering, dengan nama Rayan yang terus muncul di layar, ingin menanyakan keberadaannya saat itu.

Namun, Saffiya tak kuasa untuk mengangkat panggilan tersebut.

Ia hanya bisa memandang ke arah danau dengan penuh perasaan, sambil air matanya terus mengalir tanpa terkendali.

" Apa yang harus aku lakukan?" gumam Saffiya dalam hati, menahan perasaan yang menggelayut di dada.

Setelah mengetahui semuanya, ia merasa bingung harus bersikap seperti apa terhadap kedua orang tuanya itu.

Sementara itu Rayan terlihat gelisah menunggu kedatangan Saffiya diparkiran caffenya, ia terus berusaha menghubungi gadis itu. namun tidak juga diangkatnya.

" Saffiya kemana sih? katanya mau ikut. " gumam Rayan bingung.

Tiba-tiba Rendy datang karena melihatnya belum juga berangkat.

" Loh, belum berangkat? katanya buru-buru. " tanya Rendy bingung.

" Iya, aku lagi nungguin Saffiya, katanya mau ikut tapi belum datang juga. " jawab Rayan yang terus mengubunginya.

" Udah dijalan kesana kali. " fikir Rendy.

" Nggak mungkin, tadi bilangnya mau nyamperin aku kesini dulu. " jawab Rayan ragu.

" Ya udah hubungin temanya aja, si Meyra. " saran Rendy.

" Aku nggak punya nomor kontaknya. " jawab Rayan.

" Yahh..." ucap Rendy menghela nafasnya.

Sore menjelang, Rayan sudah selesai dengan kegiatan mengajarnya.

Ia langsung pulang menuju apartemenya, sesampainya diparkiran basement Rayan belum melihat motor Saffiya di basement itu.

Ia semakin bingung, kemana perginya gadis itu.

Malam menjelang, Saffiya tiba diapartemen. ia memarkirkan motornya kemudian keluar lagi duduk disalah satu bangku taman.

Rayan yang sedang berada di balkon kamarnya, langsung melihat gadis itu duduk ditaman.

Dengan cepat  Rayan turun kebawah untuk menemuinya, ia terlihat cemas karena sudah seharian mencemaskan gadis itu.

" Saffiya! " panggil Rayan menghampirinya,

Saffiya menegakkan pandanganya, menatap Rayan dengan mata sebamnya itu.

" Kamu kenapa? " tanya Rayan penasaran.

" Saya nggak apa-apa pak. " jawab Saffiya yang berdiri ingin pergi.

" Tunggu Saffiya! " ucap Rayan menahanya.

Gadis itu hanya membelakanginya tidak menatap Rayan.

" Hari ini kenapa kamu nggak jadi datang? " tanya Rayan perihal kegiatan mengajar mereka.

" Saya ada urusan mendadak pak, maaf karena nggak ngasih kabar. " jawab Saffiya sambil menghapus air matanya.

" Saya permisi dulu. " lanjut pamit yang berlari masuk kedalam gedung apartemen.

" Sebenarnya ada denganya? kenapa aku selalu melihatnya menangis? " gumam Rayan penasaran.

Rayan semakin bingung melihat sikap gadis itu hari ini, Saffiya terlihat tidak seperti biasanya.

Gadis itu selalu ceria dan bersikap ramah dengan siap pun, bahkan ia yang paling bersemangat untuk kegiatan mengajar mereka.

Namun hari ini Saffiya terlihat seperti sedang sedih, senyum manis yang selalu terukir dibibirnya hilang seketika.

***

Keesokan harinya, kedua orang tua Saffiya datang keapartemenya. sementara ia sedang sarapan pagi bersama Meyra.

" Mami sama Ayah ngapain kesini? " tanya Saffiya yang terlihat tidak suka melihat kedatangan mereka.

" Kedatangan mami sama ayah kesini, karena ada yang pengen kami omongin sama kamu. " jawab maminya.

" Mau ngomong apa? " tanya Saffiya menatap kedua orang tuanya tidak suka.

" Kita bicara dikamar kamu. " jawab maminya yang berjalan masuk kedalam kamarnya di ikuti sang ayah.

Saffiya mengikuti mereka masuk kedalam kamar.

Kemudian kedua orang tuanya meminta Saffiya duduk.

" Mami langsung aja, kita berdua ingin menjodohkan kamu dengan anak dari teman ayahmu lagi. " ucap maminya yang mulai menyampaikan tujuan mereka datang kesini.

" Iya Saffiya, ayah sudah membicarakan hal ini dengan teman ayah juga dan mereka masih setuju berharap pernikahan kalian masih akan berlanjut. " lanjut ayahnya.

" Udah ngomongnya? " tanya Saffiya seolah olah sudah tidak menghormati lagi orang tuanya itu.

" Maksud kamu? " tanya maminya bingung.

" Sekarang giliran aku yang akan bertanya. " jawab Saffiya berdiri.

Gadis itu mencoba untuk menenangkan dirinya.

" Tujuan ayah sama mami jodohin dan pengen Saffiya cepat-cepat nikah apa? " tanya Saffiya serius.

" Agar ada yang bisa jagainmu, ayah sama mami nggak mungkin kan selamanya ada disisi kamu. " jawab ayahnya.

" Memangnya sejak kapan kalian ada untuk aku? " tanya Saffiya tersenyum sinis begitu mendengar jawaban ayahnya itu.

" Maksud kamu apa Saffiya? " tanya maminya yang mulai menaikan nada bicaranya.

" Bukanya selama ini kalian hanya mementingkan bisnis? jadi jangan sok perduli seolah olah kalian selalu ada untuk aku. " jawab Saffiya.

Maminya langsung menampar Saffiya, karena sudah dibakar emosi.

" Jangan kurang ajar Saffiya! " bentak maminya yang sudah tidak bisa lagi menahan emosinya.

Air mata Saffiya jatuh, begitu tangan maminya mendarat tepat dipipinya untuk pertama kali.

" Atas dasar apa kalian menyuruh aku menikah dengan pria yang tidak pernah aku lihat itu? " tanya Saffiya yang mulai menangis.

" Karena kami orang tuamu Saffiya, mami sama ayah menginkan yang terbaik untukmu. " jawab maminya.

" Lebih tepatnya orang tua angkat. " ucap Saffiya yang sudah tidak bisa menahan lagi amarahnya.

Keduanya langsung terdiam mendengar jawaban putri mereka itu.

" Apa kamu bilang? " tanya ayahnya.

" Aku udah tau yah, kalau aku ini sebenarnya bukan putri kandung kalian kan " jawab Saffiya.

" Kamu tau dari mana? " tanya maminya tidak percaya,

" Nggak penting aku tau dari mana, cuma yang pasti kalian nggak punya hak buat minta aku untuk menikah dengan pria itu, ini hidup akudan Mey yang akan menentukan seperti apa dan bagaimana kehidupan Mey. " jawab Saffiya dengan bibir yang terlihat gemetar.

Keduanya tidak bicara lagi, Mereka langsung keluar pergi karena merasa sangat bersalah.

Didalam kamarnya, Meyra dapat mendengar dengan jelas apa yang dibicarakan kedua orang tua Saffiya.

Ia terlihat sangat sedih ketika mengetahui seperti apa kehidupan sahabatnya itu dengan orang tuanya.

Meyra masuk kedalam kamar Saffiya ketika orang tunya sudah pergi.

" Sa! "  ucap Meyra yang langsung memeluknya.

Tangis Saffiya pecah seketika, perasaanya hancur ketika kebenaran itu telah terungkap.

" Kamu yang sabar ya. " ucap Meyra yang ikut merasa sedih.

Ia pun menangis karena bisa merasakan apa yang Saffiya rasakan saat ini.

Dua jam kemudian, Saffiya tertidur setelah kelelahan menangis.

Meyra keluar untuk menyiapkan makan siang, hari ini ia tidak berangkat kekampus karena tidak tega meninggalkan sahabatnya itu yang sedang terpukul.

Setelah selesai menyiapkan makan siang, Meyra turun kebawah untuk membeli beberapa cemilan dimini market.

" Mbak. " panggil Rayan yang melihat Meyra.

" Iya. " jawab Meyra menolah.

" Maaf mbak, apa Saffiya ada di apartemen? " tanya Rayan, karena sedari tadi ia mencoba menghubungi ponsel Saffiya namun tidak juga dijawab.

" Ada, dia sedang tidur. " jawab Meyra.

" Kalau bisa mbak tolong berikan ini pada Saffiya. " ucap Rayan yang memberikan map coklat pada Meyra.

" Baik pak, nanti akan saya sampaikan. " jawab Meyra

Jam menunjukan pukul 4 sore, Saffiya bangun dari tidurnya karena merasa haus.

" Kamu udah bangun, makan dulu aku udah siapin makanan buat kamu. " ucap Meyra yang melihat Saffiya keluar dari kamarnya.

" Aku nggak lapar, kamu makan aja. " jawab Saffiya yang berjalan menuju kulkas mengambil sebotol air mineral.

" Tapi Sa! kamu hanya makan tadi pagi. ini udah sore masa kamu nggak lapar? " tanya Meyra yang merasa cemas.

Saffiya tidak menjawabnya, ia kembali masuk kedalam kamarnya berbaring menutup tubuhnya dengan selimut.

Meyra masuk mengikutinya.

" Sa! ini ada titipan dari Rayan. " ucap Meyra yang meletakan map coklat itu disampaing Saffiya, kemudian keluar.

Saffiya langsung melihat dan membuka isi map itu, ternyata didalamnya sebuah foto berukuran cukup besar. di dalam foto itu ia tersenyum lebar bersama anak anak jalanan ketika ia ikut bersama Rayan dulu.

Ponselnya pun berdering, nama Rayan muncul dilayar ponselnya. namun Saffiya hanya menatap tanpa berniat mengangkatnya.

Air matanya mulai jatuh, perasaan yang sakit itu mulai terbayang lagi.

Ia langsung keluar turun menuju motornya ketika Meyra sedang berada didalam kamar mandi.

Saffiya pergi melajukan motornya tanpa arah dan tujuan, gadis itu terus menangis.

Sementara itu Meyra keluar dari kamar mandi pergi menuju kamar Saffiya berniat untuk memanggilnya makan.

" Sa! " panggil Meyra yang mengetuk pintu kamarnya.

Namun tdak ada jawaban dari dalam, karena penasaran Meyra langsung masuk untuk melihatnya.

" Loh kemana dia.? " gumam Meyra yang tidak menemukan keberadaan gadis itu didalam kamarnya.

Ia mencoba untuk menelpon Saffiya, namun bunyi ponselnya terdengar dari tempat tidur.

" Kemana sih? kok ponselnya nggak dibawa? " gumam Meyra yang mulai cemas.

Ia keluar menuju apartemen Rayan, <eyra mengetuk pintu apartemenya untuk menanyakan apakah gadis itu ada didalam.

" Iya. " jawab Rayan keluar.

" Maaf pak, apa Saffiya ada ditempat bapak? " tanya Meyra yang terlihat gelisah.

" Maksud mabk? " tanya Rayan bingung.

" Saffiya nggak ada dikamarnya, jadi saya fikir dia ditempat bapak. " jawab Meyra.

" Dia nggak ada disini, memangnya apa yang terjadi? " tanya Rayan yang juga mulai cemas.

" Tadi dia bertengkar hebat dengan kedua orang tuanya, saya takut kalau Saffiya melakukan hal bodoh lagi. " jawab Meyra.

" Ya udah, kita cari dia. " ucap Rayan bergegas.

Keduanya pun turun kebawah pergi mencari Saffiya disekitar gedung apartemen.

Rayan dan Meyra berputar mencari keberadaan gadis itu, namun tidak juga menemukanya.

" Sepertinya dia tidak ada dilingkuan apartemen. " ucap Rayan yang sudah mencari diseluruh kawasan apartemen ini.

" Iya, tapi kemana perginya. ponselnya juga nggak dibawa. " ucap Meyra cemas.

" Kita berpencar, mbak cari ditempat yang biasa Saffiya pergi. saya juga akan cari ditempat lain. " usul Rayan.

Keduanya pun pulang keapartemen masing-masing untuk bersiap-siap mencari Saffiya.

Rayan mengendarai motornya mulai menyusuri jalan yang kemungkinan sering di lewati gadis itu, begitu pun dengan Meyra.

Rayan mendatangi ketempat biasa Saffiya datangi, seperti Mall, restoran dan beberapa tempa lainya.

Namun tetap saja ia tidak menemukan Saffiya disana, hingga tiba-tiba Rayan teringat satu tempat yang biasa Saffiya datangi, yaitu taman dekat danau.

Dengan cepat Rayan melajukan motornya menuju tempat itu.

Sesampainya disana, ia langsung berkeliling mencari keberadaan Saffiya ditempat itu.

" Kemana sih perginya gadis itu? " gumam Rayan yang tidak juga menemukanya ditaman itu.

Tibat-tiba hujan turun dengan sangat lebatnya, namun Rayan masih tetap mencari Saffiya kesana kemari. sudah hampir semua tempat ia datangni, namun tidak juga menemukannya.

Rayan pun menghubungi ponsel gadis itu yang ada pada Meyra, untuk menanyakan apa ia sudah menemukan Saffiya.

" Halo mbak, gimana udah ketemu? " tanya Rayan.

" Belum pak, saya juga udah kerumahnya. tetap saja Saffiya nggak ada disana. " jawab Meyra bingung harus mencari kemana lagi.

" Ya udah, nanti kalau sudah ketemu hubungi saya. saya juga sedang mencari. " ucap Rayan yang mematikan panggilanya.

Ia pun melanjutkan perjalananya mencari keberadaan Saffiya dibawah guyuran hujan.

Pukul 10 malam, mereka kembali keapartemen karena sudah merasa kedinginan.

Rayan langsung menghangatkan tubuhnya dengan secangkir kopi, pria itu terlihat sangat pucat karena sudah sangat lama berada dibawa guyuran air hujan.

Begitupun dengan Meyra, ia sudah tidak tahan lagi karena kedinginan.

Setelah merasa lebih baik, Rayan keluar lagi mencari gadis itu. kali ini ia pergi menggunakan mobil, karena hujan belum juga berhenti.

Seluruh jalanan dikota itu sudah Rayan telusuri, namun tidak juga menemukan Saffiya, ia semakin bingung harus mencari Mey kemana lagi.

" Yan! " panggil Rendy yang melihatnya berada disalah satu apotek dekat rumahnya.

" Ehm." jawab Rayan singkat karena sibuk dengan ponselnya.

" Kamu ngapain disini? " tanya Rendy penasaran.

" Kamu sendiri? " tanya Rayan bukanya menjawab pertanyaan pria itu, ia malah balik bertanya.

" Aku mau beli obat buat Naoki, dia deman. kamu sendiri? " jawab Rendy.

" Aku ada perlu. " jawab Rayan yang tetap menatap ponselnya.

" Ngapain sih? " tanya Rendy penasaran sambil mengintip ponsel Rayan.

" Kebetulan kamu disini, tolong bantu aku cari Saffiya. " jawab Farik.

" Whaattss..." ucap Rendy kaget.

" Aku dan Meyra udah cari dia dari siang, sampe sekarang belum juga ketemu. " jelas Rayan.

" Memangnya orangnya kemana? sampai kalian cari? " tanya Rendy penasaran.

" Huufff.... kalau kami tau nggak mungkin cari. " jawab Rayan menghela nafasnya.

" Oww, maaf lupa. " jawab Rendy tertawa.

" Gimana? mau bantuin nggak? " tanya Rayan memastikan.

" Pengen, cuma Naoki deman. pengasuhnya juga nggak ada dirumah. " jawab Rendy.

" Ya udah deh, aku cabut dulu. kalau kamu ngelihat Saffiya langsung hubungin aku. " pinta Rayan pamit masuk kedalam mobilnya.

" Siap. " jawab Rendy.

Pria itu kembali menyusuri jalanan untuk mencari keberadaan Saffiya.

###NEXT###

Salam Hangat Dari Penuliss....

1
riez onetwo
Ga sabar lanjut baca!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!