Yaya_ gadis ceria dengan sejuta rahasia.
Ia selalu mengejar Gavin di sekolah,
tapi Gavin sangat dingin padanya.
Semua orang di sekolah mengenalnya sebagai gadis tidak tahu malu yang terus mengemis-ngemis cinta pada Gavin. Namun mereka tidak tahu kalau sebenarnya itu hanya topengnya untuk menutupi segala kepahitan dalam hidupnya.
Ketika dokter Laska memvonisnya kanker otak, semuanya memburuk.
Apakah Yaya akan terus bertahan hidup dengan semua masalah yang ia hadapi?
Bagaimana kalau Gavin ternyata
menyukainya juga tapi terlambat mengatakannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
"Nggak usah ngarang. Gue nggak pernah kenal lo sebelum lo ngemis-ngemis cinta ke gue!" katanya dingin. Suara rendahnya yang khas terdengar cukup mengerikan di telinga siapapun yang mendengar. Setelah mengatakan hal itu, Gavin kemudian melenggang pergi keluar dari kelas.
Senyum di wajah Yaya sirna diganti dengan ekspresi bingungnya. Ia tidak sedih dengan perkataan Gavin. Ia tahu cowok itu memang sudah lupa pertemuan pertama mereka dulu. Ia hanya bingung kenapa mood cowok itu sangat tidak baik hari ini. Apa Gavin lagi punya masalah? Kalau benar Yaya ingin sekali menghiburnya. Tapi apa yang bisa dia buat coba, Gavin saja kayaknya nggak ingin dekat sama dia. Daripada bikin cowok itu tambah bete, mendingan biarin aja dulu seharian ini. Mudah-mudahan besok suasana hati Gavin kembali seperti biasanya. Yaya tersenyum lagi.
"Lo nggak sedih di gituin sama cowok yang lo suka?" tanya Bintang keheranan melihat Yaya. Ia saja merasa kalau perkataan tadi ditujukkan ke dia, dia bakal marah dan sedih. Tapi cewek didepannya ini? Malah terlihat biasa-biasa saja. Sekarang Yaya bahkan tersenyum lebar padanya. Sama sekali tidak terlihat kalau ia sedang menyembunyikan rasa sedihnya. Bagi Yaya sendiri, ia tidak mau terlihat lemah didepan orang lain. Kesedihannya, biar dia simpan sendiri.
"Ya udah, sekarang cerita ke gue gimana sampe lo bilang punya kenangan indah sama sahabat gue?" tuntut Bintang lagi karena penasaran. Dia sendiri tidak percaya, tapi tetap penasaran bagaimana Yaya akan mengarang cerita tentang hubungannya dan Gavin di masa lalu.
"Yaya?"
panggilan itu membuat Bintang dan Yaya sama-sama menoleh ke pintu masuk kelas. Mereka melihat seorang siswi kelas sebelah sudah berdiri didepan pintu.
"Lo dipanggil sama kakak kelas, kalo nggak salah namanya Sara. Ketemu di ruang basket katanya." kata siswi itu lalu berbalik pergi.
Yaya menarik nafas kesal. Mau ngapain lagi tuh nenek lampir. Belum puas apa di rumah dia gangguin hidup orang.
"Bin, nanti aja ceritanya yah. Aku pergi dulu." kata gadis itu ke Bintang. Cowok itu mengangguk tapi bingung kok Yaya kenal sama kakak kelas. Setahunya kan gadis itu tidak punya teman, apalagi kakak kelas. Selama mereka sekolah di sekolah ini, Yaya hanya rutin berinteraksi dengan dua orang. Dirinya dan Gavin tentu saja. Siapa lagi coba.
***
Disinilah Yaya sekarang. Di ruangan basket indoor SMA mereka.
Wahh....
Keren juga ternyata ruang basket sekolah ini. Matanya menatap berkeliling. Ini pertama kalinya ia menginjakkan kakinya di sini dan ia merasa sangat takjub. Tapi kok sunyi?
Pada kemana nih orang-orangnya?
"Lo dateng ternyata."
Sara tiba-tiba muncul entah darimana. Yaya langsung menunjukkan ekspresi tidak sukanya ke gadis munafik itu.
"Ngapain manggil gue?" balas Yaya ketus. Sara tersenyum sinis.
"Santai kali." ucap Sara.
"Gue cuman pengen ngingetin, papa nanti mau ke sekolah buat liat gue tanding. Jadi lo jangan malu-maluin." tambahnya sombong.
Yaya mendengus kasar. Ia menatap Sara tajam.
"Lo tuh ya, kalo cuma numpang sama mama lo di rumah gue, nggak usah ngelunjak. Papa gue nggak bakalan pernah jadi papa kandung lo sekalipun kalian bikin papa salah paham sama gue." balasnya dingin.
Sara mengepal tangannya menahan emosi. Apa katanya? Numpang? Sialan.
"Lo tuh..." ia tidak tahan. Rasanya dia ingin menjambak rambut tuh cewek sekarang juga.
"Ehem."
tangan Sara tertahan saat ingin menampar Yaya karena kedatangan seseorang.
"Sava?" gumam Sara berubah gugup.
Sial.
Savaro liat nggak yah tadi waktu dia mau menampar Yaya. Atau jangan-jangan cowok itu denger lagi pembicaraannya dengan cewek biadab ini. Bisa-bisa citranya sebagai gadis baik-baik tercoreng didepan cowok yang dia suka lagi.
Savaro melangkah mendekati mereka dan berhenti tepat di sebelah Yaya. Yaya sendiri buru-buru ingin menjauh karena ciut melihat cowok itu tapi cowok itu malah mencekal pergelangan tangannya. Bukan hanya Sara yang kaget sekaligus cemburu, Yaya juga ikut kaget. Mau ngapain sih kakak kelasnya ini. Kan hutangnya udah lunas tadi pagi. Gadis itu ingat banget tadi pagi udah nitip sisa hutangnya ke salah satu teman sekelas Savaro. Apa jangan-jangan uangnya belum dikasih yah sampai nih kakak kelas nahan dia.
"Sav, lo kenal dia?" tanya Sara. Matanya terus melihat ke bawah. Ke tangan Savaro yang menggenggam kuat pergelangan tangan Yaya.
"Mm. Lo kenal dia juga?" jawab Sava lalu balas bertanya. Sara berubah senang. Ternyata cowok itu belum dengar apa-apa. Sedang Yaya hanya melongo menatap Savaro. Kalau tidak salah ingat, ia pernah bilang deh sama kakak kelasnya itu kalau Sara adalah kakak tirinya. Atau nih cowok udah lupa kali ya?
Sara mengangguk sambil menunjukkan senyum manisnya.
"Yaya ini anak angkatnya papa sama mama aku. Dulu dia tinggal di panti. Sekarang udah jadi adik aku." jelas Sara sengaja berbohong. Ia tersenyum penuh kemenangan menatap Yaya.
Yaya mendengus kesal. Dasar gila harta, tukang akting, munafik. Makinya saking kesalnya. Apa untungnya berbohong seperti itu coba? Suatu saat pasti bakal ketahuan juga.
"Oh."
hanya satu kata yang keluar dari mulut Savaro. Ternyata dugaannya benar, Sara tukang bohong. Daritadi ia dengar pembicaraan dua gadis itu. Dan ini adalah pertama kalinya ia lihat watak asli cewek itu didepan adik tirinya. Seorang Sara yang selalu bersikap baik didepan orang-orang ternyata berhati busuk. Savaro mencibir. Pandangannya turun ke gadis di sebelahnya. Tangannya masih setia menggenggam lengan Yaya.
"Ikut gue." ucapnya datar.
Savaro menarik Yaya tanpa meminta persetujuan gadis itu. Mereka meninggalkan Sara sendirian dengan tampang penuh kebingungan dan cemburu pastinya. Bagaimana mereka saling kenal dan tampak dekat begitu? Bahkan Sara yang sudah tiga tahun tahun ini sekelas sama cowok itu, tidak pernah berhasil membangun hubungan dengan Savaro. Cowok itu terkenal tidak suka bergaul dekat sama cewek. Tapi dengan Yaya...
Sara melihat jelas perlakuan Savaro berbeda pada sang adik tiri. Dan dia tidak suka.