Vonis dokter tentang dirinya yang seorang penderita Azoospermia membuat Dean memutuskan untuk memiliki anak adopsi. Karena baginya, tak ada wanita yang ingin menikah dengan pria yang di anggap mandul sepertinya.
Namun, pertemuannya dengan Serra membuat perubahan baru dalam hidupnya. Serra, seorang wanita yang memilih Childfree dalam kehidupannya. Membuat kekasihnya memilih untuk menikah dengan wanita lain karena pilihannya itu.
Tak di sangka, Serra dan Dean justru jatuh hati pada seorang anak bernama Chio. Ia bocah berusia 3,5 tahun yang harus menetap di panti asuhan setelah mengalami kecelakaan bersama kedua orang tuanya. Naasnya, kedua orang tuanya tak dapat di selamatkan.
Satu tujuan dua masalah yang berbeda, sayangnya pilihan keduanya mengadopsi jatuh pada anak yang sama.
“Kita nikah aja deh, kamu childfree dan aku gak bisa ngasih kamu anak. Impas kan? Biar kita sama-sama dapat Chio.” ~Dean
“Ya sudah, ayo nikah!“ ~ Serra
Pernikahan yang saling menguntungkan? Yuk baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak sengaja
Malam hari, Serra membantu Chio bersiap sebelum tidur. Ia membiasakan anak itu untuk menggosok giginya terlebih dahulu. Chio sepertinya sudah biasa melakukan hal itu. Jadi, anak itu tak protes apapun. Setelah keluar dari kamar mandi, Chio langsung berlari kecil ke ranjang. Dean yang ada di sana segera menangkapnya dan menaikkannya ke ranjang bersamanya.
"Kita tidur? Atau baca cerita dulu?" Tanya Dean sembari memeluk Chio.
"Aku aja yang bacakan, kamu mandi sana. Katanya tadi mau mandi kan?" Dean mengangguk mendapat pengingat dari Serra. Pria itu beranjak berdiri dan berjalan masuk ke kamar mandi. Sementara, Serra mengambil satu buku dongeng dan membacakannya.
"Chio suka baca cerita yah?" Tanya Serra.
"Heum, ayah cuka bacakan Chio celita." Ucap anak itu dengan pandangan lurus.
Serra meraih Chio dalam pelukannya, ia tahu jika anak itu pasti masih teringat dengan kedua orang tuanya. Chio yang mendapat pelukan Serra pun memeluk balik wanita cantik itu. Perlahan, ia mulai mengerti mengapa Serra membawanya. Wanita itu dan Dean, yang akan menemaninya mulai sekarang.
"Bunda dan ayah kan sudah punya rumah baru yang jauuuh lebih indah. Bunda dan ayah, masih ada tetap ada kok. Tapi disini ...." Serra menunjuk tepat di d4da Chio.
"Chio mau ikut ke lumah balunya hiks ...,"
"Chio belum boleh kesana. Kalau Chio kesana mami sama papi kesepian dong, sedih."
"Jangan cedih hiks ... chio aja yang cedih hiks ... cedih belaaat hiks ...." Dengan tangan mungilnya, Chio mengusap wajah Serra seolah ada air mata di pipi wanita itu.
"Sudah, lanjutkan baca ceritanya habis itu tidur yah. Besok, Mami ajak jalan-jalan. Oke, jagoan?" Seru Serra, ia berharap perhatian Chio teralihkan. Agar, anak itu tak sedih kembali.
Selang beberapa saat, akhirnya Chio tertidur juga. Menyadari Chio yang sudah tertidur pulas, dengan hati-hati Serra menarik tangannya yang di peluk oleh Chio. Awalnya, anak menggemaskan itu bergerak gelisah. Namun, Serra memeluk pahanya yang membuatnya kembali tenang.
"Si Dean mandinya lama banget, pingsan apa tuh orang yah? Mana aku kebelet lagi!" Serra memutuskan turun dari ranjang dan berjalan menuju pintu kamar mandi dan mengetuknya.
"Deaaan, aku kebeleeet! Udah di ujung tanduk inii!" Seru Serra dengan suara tertahan. Sebab, ia takut suara teriakannya membangunkan Chio yang sudah tertidur.
Tok!
Tok!
"Cula badaaak! Ngapain sih di dalam? Konser? Lamat amat siiih! Hitung sampai tiga aku do ...,"
Cklek!
"Berisik banget!" Dean keluar dengan handuk yang melilit pinggangnya. Ia baru saja selesai mandi, dan tak bisa berpakaian karena ulah Serra yang justru ribut memintanya keluar.
"Aku kebelet! Minggir!" Serra memaksa Dean untuk menyingkir karena mengahalangi jalannya.
"E-eh!"
Namun, Serra justru tak sengaja menginjak sabun cair yang entah mengapa bisa ada di lantai. Hal itu, membuat Serra hampir terjatuh. Tak ingin terjatuh begitu saja, Reflek tangan Serra berniat menggapai sesuatu yang akan menyelamatkannya. Sayangnya, ia justru menarik handuk Dean. Tentunya, hal itu tak membantunya.
BUGH!!
"Aduh, sakit ...." Tangan kiri Serra memegangi pinggangnya yang terasa sakit. Namun, saat melihat tangan kanannya yang memegang handuk, reflek ia menoleh ke belakang. Sedangkan Dean, ia langsung menatap ke bawahnya dimana ia tak memakai apapun.
"SERRAAA! CEWEK GILAAA!" Dean berteriak histeris, pria itu bergegas berlari dan mencari sesuatu yang bisa menutupi bagian bawahnya. Berbeda dengan Serra yang masih syok dengan apa yang dirinya lihat.
"Tadi apa itu? Apaaaa?!" Serra syok bukan main melihat sesuatu yang tak seharusnya dirinya lihat.
Teriakan keduanya membuat Chio terbangun, anak itu merasa kaget. Ia mencari ke asal suara, melihat Dean yang bersembunyi di balik pintu lemari tentu membuat nya bingung. Di tambah, Serra berdiri di ambang pintu dengan masih memegangi handuk Dean.
"TUTUP MATAAA!" Teriak Dean kesal.
"I-iya, nih handuknya!" Serra menutup matanya, ia berjalan mendekati Dean sembari menyodorkan handuk tersebut. Dean bergegas mengambilnya dan memakainya. Ia seolah takut sekali Serra memanfaatkan kondisinya yang tengah tak memakai pakaian apapun.
"La-lagian! Kamar sebesar ini gak punya tempat ganti baju apa?!"
"Aku yang salah gitu?!" Omel Dean sembari berkacak pinggang. Ia sudah selesai memakai handuknya dan menatap Serra yang masih menutup mata.
"Ya iyalah! Udah belum?"
"Udaaah!"
Serra melepas tangannya dari matanya, ia menghela nafas lega setelah melihat Dean yang sudah mengenakan handuk itu kembali. Sepertinya, insiden tadi tak akan pernah bisa ia lupakan.
"Tadi liat apa kamu? Jawab jujur, liat apa?" Tanya Dean dengan tatapan penuh selidik.
"Liat ...." Serra mengg4ruk pelipisnya yang tak gatal.
"Liat apa, ngaku kamu! Ngaku gak?!"
"Ulaaar, aku lihat ulaaar!" Setelah mengatakannya, Serra buru-buru masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Dean yang memasang raut wajah syoknya. Pipinya bersemu merah, ia menunduk menatap asetnya yang masih tertutup handuk.
"Dia sudah melihatnya? Astaga ... gak adil! Ini gak adiiil!"
Saat Dean akan menghampiri Serra yang ada di kamar mandi, tak sengaja ekor matanya menatap seorang bocah yang Duduk di ranjang. Menyadari hal itu, reflek Dean menghentikan langkahnya dan menoleh menatap ke arah putranya.
"Chi ... Chio belum tidur?" Tanya Dean dengan gugup.
"Cudaaaaah, kemalin ngo.lok cekalang papi yang teliak. Telaniaya kali Chio lacanya,"
Dean yang mendengarnya meringis di buatnya, "Yah, sayangnya kamu mendapatkan orang tua yang super heboh nak." Batinnya.
.
.
.
Karena kejadian semalam, Dean dan Serra tampak canggung. Bahkan, keduanya saling tak bicara kecuali Chio yang mengajak keduanya mengobrol. Menyadari ada keanehan dari dua orang itu, Chio pun mencoba bertanya hal lain.
"Kita di lumah kakek celam telus Mami?" Tanya Chio.
"Enggak tahu, coba tanya Papi." Jawab Serra.
Tatapan Chio beralih menatap Dean yang terlihat fokus bermain laptopnya. Menyadari ada yang menatapnya, Dean pun menolehkan pandangannya. Dia mendengar pertanyaan Chio, tapi Serra malah menjawab agar anak itu bertanya padanya.
"Enggak, kita akan secepatnya pulang yah. Papi lagi bujuk kakek seram nya dulu." Jawab Dean.
Tok!
Tok!
Serra beranjak berdiri dan berjalan membukakan pintu. Terlihat Yura sudah siap dengan seragam sekolahnya, anak itu menatap Serra dengan senyuman yang merekah. "Kakak, Papa ajak sarapan bersama."
"Katakan pada tua bangka itu, kami ingin sarapan di kamar." Seru Dean, dia masih kesal soal kemrin.
Yura melunturkan senyumnya, ia memiringkan kelapanya sembari mengg4ruk pelan pipinya. "Tapi kata Papa, kalau gak mau gak akan ada sarapan. Keluar juga gak boleh, gitu katanya." Terang Yura.
"Ck, tua bangka menyusahkan!" Geram Dean. Terpaksa, ia beranjak dari duduknya dan menggandeng tangan Chio pergi. Anak itu mulai tak suka di gendong, tapi jika lelah ia akan meminta di gendong sendiri nantinya.
"Ayo." Ajak Dean saat melewati Serra.
"Eh iya,"
Serra menutup pintu kamarnya kembali, ia berjalan mengikuti Dean dari belakang. Namun, saat akan memasuki lift, dia melupakan sesuatu. Seharusnya pagi ini wanita cantik itu membuatkan susu Chio, tapi susu anak itu ketinggalan di kamarnya.
"Dean, Chio belum minum susu. Kamu duluan saja, aku akan mengambil susunya di kamar."
Dean mengangguk, ia masuk ke dalam lift bersama dengan Yura dan juga Chio. Lift ini akan membawanya langsung ke ruang makan keluarga yang ada di lantai tiga. Jadi, Serra tak akan kesusahan mencari ruang makan.
Sementara itu, Serra mengambil susu Chio di dalam lemari. Untungnya, ia membawa satu kotak susu untuk keperluan anaknya itu selama disini. Menaikkan berat badan Chio, membutuhkan susu dalam nutrisinya sehari-hari. Untungnya, setelah meminum susu itu Chio terlihat lebih berisi dan saat di gendong pun sedikit terasa lebih berat dari awal dia menggendongnya.
"Nah, nih susunya. Semalam lupa aku kasih, pagi ini jangan sampai deh." Gumam Serra. Ia berniat akan berbalik, tetapi suara seseorang membuatnya mematung.
"Selamat atas pernikahanmu ... Serra. Oh, apa aku harus memanggilmu kakak ipar?"
Erick koq gitu sih....Tara mengandung anakmu lho meskipun bukan laki2 seperti yg kamu harapkan