NovelToon NovelToon
About Rain And You

About Rain And You

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duda
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ika Putri

Hujan deras di tengah malam menyatukan langkah dua orang asing, Dasha dan Gavin di bawah payung yang sama. Keduanya terjebak di sebuah kafe kecil, berbagi cerita yang tak pernah mereka bayangkan akan mengubah hidup masing-masing.

Namun hubungan mereka diuji ketika masa lalu Gavin yang kelam kembali menghantui, dan rahasia besar yang disimpan Dasha mulai terkuak. Saat kepercayaan mulai retak, keduanya harus memilih menghadapi kenyataan bersama atau menyerah pada luka lama yang terus menghantui.

Mampukah Dasha dan Gavin melawan badai yang mengancam hubungan mereka? Ataukah hujan hanya akan menjadi saksi bisu sebuah perpisahan?

Sebuah kisah penuh emosi, pengorbanan, dan perjuangan cinta di tengah derasnya hujan. Jangan lewatkan perjalanan mereka yang menggetarkan hati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34

Pagi itu, Dasha sudah bangun lebih awal dari biasanya. Ia merasa penuh semangat karena hari ini ia akan mengunjungi panti asuhan tempat ia dibesarkan. Dasha selalu merasa panti itu adalah bagian penting dari hidupnya, tempat di mana ia mendapatkan pelajaran berharga tentang kasih sayang dan perjuangan hidup.

Devan yang kini berusia enam bulan tampak ceria di stroller-nya. Dasha memakaikan pakaian hangat untuk putranya karena cuaca pagi itu sedikit dingin. Ia juga menyiapkan beberapa bingkisan berisi bahan makanan, pakaian, dan mainan untuk anak-anak di panti.

“Devan, hari ini kita akan bertemu banyak teman kecil Mama di panti. Kamu harus jadi bayi yang manis, ya,” ujar Dasha sambil tersenyum pada bayinya.

Sebelum berangkat, Dasha sempat menelepon Gavin untuk memberi tahu rencananya. “Vin, aku akan ke panti asuhan pagi ini. Aku ingin menunjukkan tempat itu ke Devan,” katanya.

“Bagus, Sayang. Kirim salamku untuk semua orang di sana. Kalau kamu butuh bantuan, kabari aku, ya,” jawab Gavin dengan hangat.

Setibanya di panti asuhan, Dasha disambut oleh Ibu Rahma, pengasuh yang sudah seperti ibu baginya selama ia tinggal di sana. “Dasha! Oh, senang sekali bisa melihatmu lagi,” seru Ibu Rahma sambil memeluk Dasha erat.

“Ibu, ini Devan, anak keduaku,” kata Dasha sambil memperkenalkan bayinya yang tertawa kecil melihat wajah ramah Ibu Rahma.

“Oh, dia manis sekali, Nak. Kamu pasti ibu yang luar biasa,” puji Ibu Rahma sambil mencubit lembut pipi Devan.

Anak-anak di panti asuhan juga berkumpul di sekitar Dasha dan Devan, penasaran melihat bayi kecil itu. Dasha menghabiskan waktu bersama mereka, berbagi cerita, dan membantu mereka membuka bingkisan yang ia bawa.

“Ini tempat yang selalu mengajarkanku untuk berbagi,” kata Dasha sambil menyuapi salah satu anak yang masih balita.

Dasha juga sempat berkeliling panti, mengenang masa-masa ia tumbuh di sana. Ia menunjukkan kepada Devan kamar kecil tempat ia dulu tidur, halaman tempat ia bermain, dan sudut-sudut lainnya yang penuh kenangan.

“Mama dulu sering duduk di sini, Devan, sambil melihat bintang-bintang. Di tempat ini, Mama belajar bahwa keluarga itu tidak selalu soal darah, tapi tentang cinta dan dukungan,” bisiknya lembut.

Devan, meski belum mengerti, terlihat tenang di pelukan Dasha, seolah-olah memahami perasaan ibunya.

Sebelum pulang, Dasha dan Ibu Rahma duduk bersama di aula kecil panti asuhan. “Terima kasih sudah kembali ke sini, Nak. Kamu membawa banyak kebahagiaan untuk anak-anak di sini,” kata Ibu Rahma.

“Saya yang harus berterima kasih, Bu. Tempat ini telah memberi saya hidup dan harapan,” balas Dasha.

Dasha kemudian mengajak semua anak dan pengasuh untuk berdoa bersama. Ia memohon agar panti ini selalu diberkati dan anak-anak di dalamnya tumbuh dengan bahagia, seperti yang ia rasakan dulu.

Saat Dasha meninggalkan panti, ia merasa hatinya penuh dengan rasa syukur. Ia memeluk Devan erat-erat dan berkata, “Hari ini Mama ingin kamu tahu, Devan, bahwa berbagi itu indah. Semoga kelak kamu tumbuh menjadi seseorang yang penuh kasih sayang dan peduli kepada sesama.”

Hari itu menjadi momen berharga bagi Dasha, mengingatkan dirinya akan akar yang membentuknya menjadi sosok yang kuat dan penuh cinta seperti sekarang.

.

.

.

.

.

Setelah menghabiskan waktu yang penuh makna di panti asuhan, Dasha memutuskan untuk mampir ke sebuah toko bunga di perjalanan pulang. Ia ingin membawa bunga untuk meja makan di rumah, sebagai simbol kebahagiaan yang ia rasakan hari itu.

“Devan, lihat bunga-bunga ini,” katanya sambil menunjuk ke buket mawar putih yang indah. “Mawar ini mengingatkan Mama pada kesederhanaan hidup di panti. Di tempat sederhana itu, cinta selalu mekar seperti bunga-bunga ini.”

Devan hanya tersenyum ceria, menggerakkan tangan kecilnya seolah ingin meraih bunga tersebut.

Setibanya di rumah, Dasha melihat Nathan sedang duduk di ruang tamu bersama pengasuhnya, membaca buku cerita. Nathan berlari menyambut mereka. “Mama, Adik Devan sudah pulang! Apa Mama bertemu banyak teman kecil di panti?”

Dasha mengangguk sambil mencium kepala Nathan. “Iya, Kakak. Mama juga bawa cerita seru untuk kamu nanti malam.”

Nathan tersenyum lebar, merasa senang. “Aku ingin tahu semuanya, Ma!”

Malam itu, Gavin pulang lebih awal dari kantor, membawa sebuah kejutan kecil berupa boneka beruang besar untuk Devan. “Hari ini Ayah dengar kalian berdua habis mengunjungi tempat spesial,” katanya sambil mencium kening Dasha.

“Iya, Vin. Rasanya luar biasa bisa kembali ke sana. Tempat itu benar-benar membawa banyak kenangan,” jawab Dasha sambil menghidangkan makan malam.

Saat makan, Dasha menceritakan tentang anak-anak di panti asuhan dan bagaimana mereka sangat bahagia menerima bingkisan. Nathan yang mendengarkan cerita itu tampak termenung.

“Mama, apa aku bisa pergi ke panti itu juga? Aku ingin berbagi mainanku dengan teman-teman di sana,” katanya dengan suara polos.

Gavin dan Dasha saling berpandangan, kagum pada kepedulian Nathan. “Tentu saja, Nak. Nanti kita atur waktunya, ya. Kamu bisa berbagi kebahagiaan dengan mereka,” kata Gavin sambil tersenyum.

Malam itu, setelah anak-anak tertidur, Gavin dan Dasha berbicara di ruang keluarga. “Aku senang sekali bisa ke panti tadi,” ujar Dasha sambil menyandarkan kepalanya di bahu Gavin.

“Aku juga senang kamu bisa berbagi kebahagiaan dengan mereka. Panti itu jelas punya tempat khusus di hatimu,” balas Gavin.

Dasha mengangguk. “Aku berpikir untuk melakukan sesuatu yang lebih besar untuk mereka. Mungkin mengadakan acara rutin untuk membantu kebutuhan anak-anak di sana.”

“Itu ide yang luar biasa, Sayang,” kata Gavin sambil memeluknya. “Kita bisa melibatkan perusahaan juga. Memberikan dukungan lebih besar untuk anak-anak itu.”

Percakapan itu menjadi awal dari rencana besar mereka untuk terus mendukung panti asuhan. Dasha merasa beruntung memiliki keluarga yang tidak hanya penuh cinta tetapi juga mendukung impian dan misinya untuk berbagi.

Hari itu ditutup dengan kehangatan yang menyelimuti rumah mereka. Bagi Gavin dan Dasha, kebahagiaan sejati adalah ketika cinta dan kepedulian mereka bisa menyentuh hati orang lain.

.

.

.

.

Pagi itu, Dasha terbangun lebih awal karena mendengar suara tangis Devan yang berbeda dari biasanya. Saat ia memeriksa suhu tubuh bayi kecilnya, rasa khawatir langsung menyelimuti hatinya. Devan demam tinggi.

“Vin, bangun! Devan panas sekali,” panggil Dasha dengan nada cemas, membangunkan Gavin yang masih tertidur.

Gavin segera bangkit dari tempat tidur dan mendekati mereka. Ia merasakan dahi Devan yang panas, kemudian mengambil termometer dari kotak obat di kamar mereka. “39 derajat, Sayang. Kita harus segera ke rumah sakit,” katanya dengan nada tegas namun tetap berusaha tenang.

Dasha dengan sigap mempersiapkan perlengkapan Devan, sementara Gavin menggendong putranya yang rewel karena tidak nyaman. Nathan yang mendengar kegaduhan di pagi itu ikut keluar dari kamarnya.

“Ada apa, Ma? Adik Devan sakit?” tanya Nathan dengan wajah polos namun penuh kekhawatiran.

“Iya, Nak. Tapi jangan khawatir, Mama dan Papa akan bawa Devan ke dokter sekarang. Kamu tunggu di rumah dengan Mbak Yani, ya,” ujar Dasha sambil mengecup kepala Nathan.

Dalam perjalanan ke rumah sakit, suasana di mobil terasa sunyi, hanya terdengar suara tangis kecil Devan. Gavin menggenggam tangan Dasha yang terlihat panik. “Semua akan baik-baik saja. Devan anak yang kuat,” kata Gavin berusaha menenangkan istrinya.

Setibanya di rumah sakit, tim medis segera memeriksa Devan. Dokter anak yang bertugas, Dr. Satria, menyapa mereka dengan tenang. “Jangan khawatir, Pak Gavin, Bu Dasha. Kami akan melakukan pemeriksaan lengkap.”

Devan dibawa ke ruang observasi untuk diperiksa lebih lanjut. Gavin dan Dasha menunggu dengan penuh kecemasan di luar ruangan, menggenggam tangan satu sama lain.

Beberapa saat kemudian, Dr. Satria keluar dengan senyum menenangkan. “Devan mengalami demam karena infeksi ringan, tapi tidak ada yang serius. Kami akan memberinya obat penurun panas dan menganjurkan untuk memantau suhu tubuhnya di rumah.”

Mendengar kabar itu, Gavin dan Dasha menghela napas lega. “Terima kasih, Dokter. Kami benar-benar khawatir tadi,” kata Gavin.

“Wajar saja. Sebagai orang tua, pasti khawatir jika anak sakit. Pastikan Devan cukup cairan dan istirahat. Kalau ada perkembangan lain, segera bawa ke sini,” tambah Dr. Satria.

Setelah semua prosedur selesai, mereka kembali ke rumah. Devan mulai terlihat lebih tenang setelah diberikan obat. Nathan yang menunggu di rumah langsung menghampiri adiknya dengan penuh perhatian.

“Adik Devan sudah sembuh, Ma?” tanyanya sambil memandangi wajah adiknya.

“Belum sepenuhnya, Nak. Tapi Adik akan segera membaik. Kamu doakan Adik, ya,” jawab Dasha sambil tersenyum.

Nathan mengangguk serius. “Aku akan jaga Adik supaya dia cepat sembuh!”

Malam itu, Gavin dan Dasha bergantian menjaga Devan, memastikan suhu tubuhnya tetap stabil. Gavin memandangi istri dan anak-anaknya dengan penuh rasa syukur.

“Kamu luar biasa, Dasha. Selalu tahu bagaimana menghadapi situasi seperti ini,” katanya sambil memeluk Dasha dari belakang.

“Kamu juga, Vin. Kita beruntung punya keluarga kecil yang saling mendukung,” jawab Dasha lembut.

Hari itu mungkin dimulai dengan kekhawatiran, tetapi berakhir dengan ketenangan dan harapan bahwa Devan akan segera sembuh. Bagi Gavin dan Dasha, kesehatan anak-anak mereka adalah yang terpenting, dan mereka siap menghadapi apa pun demi menjaga kebahagiaan keluarga mereka.

1
Jihan Hwang
hai aku mampir...masih nyimak, mampir juga yuk dikarya ku/Smile/
polarbear
Terimakasih sudah membaca novel saya semoga suka ya temen-temen 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!