Hati istri mana yang tidak sakit, tiba-tiba suami membawa istri barunya. Adelia, berniat untuk balas dendam. sebelum dirinya meninggal sang suami, tetapi istri baru sang suami diam-diam memiliki rahasia. Apakah terbongkar rahasia istri kedua, sebelum Adelia pergi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aira azahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amarah Ibu Mertua
Devi, tergopoh-gopoh mendekati ibu mertuanya. "Ada apa,bu?". Tanyanya, mendapatkan tatapan nyalang dari ibu mertua.
"Ada apa,ada apa ha! Kamu ini goblok atau tolol, sudah bangun kesiangan. Mana malas lagi,lalu mandi dengan air panas punya ibu! Gara-gara kamu bodoh,ibu jadi mandi agak siangan". Bentak bu Norma, dadanya naik turun mengontrol emosi.
Adelia,melirik ke arah adik madunya dan tersenyum smrik. "Kalau kamu menggunakan air panas punya,ibu. Setidaknya kamu ganti Devi,jangan di biarkan kosong seperti ini". Sambung Adelia,lagi.
"Maaf,bu,mbak,tadi aku gak sempat kepikiran ke situ. Habisnya air dingin sekali,jadi aku cari air panas. Lain kali Devi,gak lagi". Jawan Devi, menunduk kepalanya. Benar-benar sial, kenapa aku ceroboh? Awas kamu mbak, bisa-bisanya ngadu seperti ini.
"Ck, menyebalkan sekali kamu Dev. Mulai besok kamu,jangan lupa bangun pagi. Pemali Devi,kamu sudah memiliki suami. Bagaimana mengurus anakku? Aku tidak suka dengan orang pemalas,paham!". Bentak bu Norma,lagi.
Devi, mengangguk kepalanya dan tak berani membantah perkataan ibu mertuanya.
Alfan, menggeleng kepalanya. Tidak bisa membela Devi,karena dia yang salah. "Devi, siapkan makanan di meja. Masih untung gak masak, Adelia bikin bekalku dan adik madumu".
"Kenapa harus aku,mas? Suruh aja Devi,aku sibuk mau mandikan ibu. Sudah tugas dia kok, jangan lupa tempat bekalnya di cuci pulang nanti. Jangan di tumpuk segala,aku dan ibu tidak menyukainya. Jangan malas Devi,malu dirimu seorang wanita dan istri". Adelia,ogah menyiapkan bekal makanan untuk mereka di bawa.
"Devi, belajarlah menjadi istri yang baik dengan mbakmu. Jangan malas-malasan,ibu tidak menyukainya". Sambung bu Norma, membuat Devi kesal.
"Iya,bu,mbak, makasih banyak". Jawab Devi, dengan hati dongkol.
Adelia, tersenyum dan merasakan senang sekali. Sepagi ini, Devi sudah mendapatkan masalah besar.
Devi, menyiapkan makanan di meja. Makan bersama dengan sang suami, Alfan tidak mempedulikan istri tuanya masih mengurus sang ibu. Dia tidak menanyakan Adelia, sudah makan atau belum. Karena dia lebih mementingkan dirinya sendiri, dan melupakan perasaan istri tuanya.
Adelia, menggosok tubuh ibu mertuanya menggunakan sabun. Tak lupa memberikan sampo,di kepala dan berhati-hati sekali.
"Adelia,kamu catat barang-barang yang habis. Biar Devi dan Alfan,belanja bulanan. Kamu tidak perlu ikut,temanin ibu saja". Perintah bu Norma, langsung di angguki Adelia.
"Adelia,siram kepala ibu. Sudah perih ini, cepat,cepat!". Pintanya yang sudah terasa perih di mata karena shampo, Adelia tersenyum smrik.
Brakkk...
Alfan,menggebrak meja makan.Karena Devi,tidak becus menyiapkan bekal makanan untuk di bawa ke kantor. "Astaga Devi,kamu harus belajar dari mbakmu. Masa menyiapkan bekal makanan, tidak bisa. Seharusnya,kamu susun yang rapi dong. Mana sayur,nasi, ikan. Masa acak Adul seperti ini,".
"Maaf mas,aku bakalan belajar dari mbak Adelia". Jawab Devi, tertunduk dan menangis kesegukan. Duhh... Adelia, Adelia lagi.
"Ya sudah, tidak ada bekal hari ini. Ayo,kita berangkat kerja dan hampir telat." Bentak Alfan, bergegas dan ikuti Devi.
Adelia, tersenyum sumringah mendengar suaminya membentak adik madunya itu. Sungguh kebahagiaan yang tiada terkira, menyakiti Devi adalah tujuannya.
Alfan,pamit dulu kepada ibu dan Adelia. "Jaga ibu baik-baik yah,dek. Aku mempercayai dirimu,cuman kamu yang aku percaya". Alfan, mencium kening Adelia.
Adelia, mencium punggung tangan suaminya dan tersenyum manis. Itupun mampu membuat Devi,cemburu dan iri. "Tenang saja mas, aku selalu menjaga ibu dengan baik. Tidak sepertimu,menjaga hati untukku saja tak mampu". Adelia,membuang muka ke arah lain.
"Maafkan mas,dek. Janji akan berubah dan berbuat adil. Selebihnya ajarkan Devi, menjadi istri yang baik. Makasih banyak, sudah menyayangi ibuku". Lagi-lagi Alfan mencium kening Adelia.
"Aduhhh...Ibu merasa senang, karena melihat kalian akur dan harmonis seperti ini. Ya sudah,pergi sana. Takutnya nanti telat loh,jangan lupa Devi di ajarin jangan malas-malasan". Sahut bu Norma,merasa senang karena Adelia masih akur dengan anaknya.
Tenang saja bu, cuman sementara kok akurnya. Setelah nanti,babay! Aku pamit pergi,dari kehidupan kalian.Batin Adelia, tersenyum manis.
Adelia dan bu Norma, mengantar Alfan dan Devi ke teras rumah. Tatapan orang-orang sekitar, begitu tajam. Bisik-bisik tetangga, mulai tersebar. Bisa jadi mereka mengatakan, Adelia memang bodoh dan mau bertahan bersama suaminya poligami.
Tetap saja, Adelia tak menghiraukan ocehan mereka. Baginya tidak penting,yang menjalankan biduk rumah tangga adalah dia. Untuk saat ini,dia membiarkan kalah. Untuk melakukan sesuatu, pelakor harus di balas jangan di biarkan.
**************
Selepas ibu mertuanya, tertidur pulas. Tak lupa Adelia, memberikan obat tidur. Agar dia tidak terganggu dengan misinya itu, semoga berjalan dengan lancar.
Kamar suami dan adik madunya,tak terkunci. Dia langsung menyelinap masuk kedalam, sesuatu yang di cari. Membuka laci-laci dan isi lemari. Matanya tertuju sebuah fotocopy KTP, Devi. Dia langsung mengambilnya, suatu hari nanti pasti berlaku.
Dia membuka koper besar,di dalamnya ada aset-aset sertifikat rumah. "Sertifikat rumah? Tapi,punya siapa yah? Kok Devi, memiliki sertifikat rumah dan ada dua". Gumam Adelia, ingin sekali mengambil. Tetapi,dia sangat takut ketahuan oleh Devi. "Aku foto dulu, mencari informasi dimana letak rumah ini".
Adelia, beraksi di kamar ibu mertuanya. Ketemu sertifikat rumah, tempat tinggal ini. Dulu tanah ini milik bersama sang suami,hasil tabungan mereka berdua. Namun uangnya lebih banyak Adelia,lalu di bangun rumah atas nama ibu mertuanya. Di balik sertifikat rumah,mata Adelia membulat sempurna. Karena nama sertifikat rumah ini, bukan nama ibu mertuanya. Dia baru saja tau,karena belum melihat sertifikatnya
"Aku akan balik nama,atas rumah ini. Akan aku jual nantinya,aku gunakan identitas Devi. Biar kamu yang di salahkan,". Gumamnya tersenyum smrik.Namun Adelia, memikirkan kembali. Bagaimana caranya membalikkan nama? Pasti bakalan ketahuan nantinya.
Tak hanya itu saja, Adelia mencari-cari lagi. Dia menemukan sebuah kotak kecil,lalu membukanya. Matanya terbalalak melihat sesuatu,di dalam kotak kecil. "Ini adalah kalung emasku,iya ini sempat hilang dulu. Kalung emasku,yang hilang di acara adiknya mas Alfan. Rupanya ibu,mencuri dari dalam tasku. Sialan,kenapa aku baru sekarang mencarinya? Segera mungkin aku ambil,lalu menggantikan yang palsu". Gumamnya, hatinya terasa teriris-iris atas kebohongan ibu mertuanya selama ini.
Sudah selesai mencari sesuatu, sudah waktunya Adelia bersikap biasa saja. Merapikan tempat yang di acak-acaknya tadi,takut ketahuan bisa gawat.
"Adelia! Adelia!".Suara ibu mertuanya, berteriak-teriak memanggil namanya.
"Ada apa bu,?". Tanya Adelia,membawa lipatan baju ibu mertuanya.
"Gak papa,ibu kira kamu kabur dan meninggalkan ibu". Bu Norma,yang gelabakan karena menantunya tidak ada disamping.
"Gak bakalan kabur kok,bu. Asalkan aku di gajih perbulannya,ibu tidak ngulanjak. Adelia, tetap di rumah ini". Kata Adelia, tersenyum sumringah. Tidak sabar untuk membuka kedok ibu mertuanya, diam-diam mencuri perhiasan emasnya dulu.