Jalan hidup ini bagaikan roda. Kadang di atas kadang di bawah. itulah yang terjadi pada seorang wanita yang tidak muda lagi.
Namun demi buah hatinya ia berusaha bertahan. yang dipikirkan bagaimana supaya anaknya bisa sekolah dan bertahan hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husnel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ibu Biang Gosip
Satu Minggu Ben tidak ada menemui Nabil. Mereka hanya berbagi lean. Karena Ben sibuk di kantor pusatnya mengurus pernikahannya. Bolak balik Bogor Jakarta ternyata lelah juga. Makanya Ben tidak datang mengunjunginya.
Malam Minggu Ben datang menemui kekasihnya yang juga memberikan KTP Nabil takutnya diperlukan. Ia juga memberikan surat lanjutan kepengurusan surat Nikah ke KUA di kantor kecamatan dimana Nabil tinggal.
"Ni suratnya yah." Ben menyerahkannya pada Hendra dan tersenyum melihat surat pihak mempelai pria sudah separuh jalan. Dan ia akan melanjutkan ke KUA di daerahnya.
"Tapi Yah. Ayah ingin bertemu. Katanya ada yang mau di bicarakan. Jika Ayah tidak keberatan Besok Ben jemput jam 10. Pagi."Hendra pun setuju.
Ben tidak melihat tunangannya. " Nabil di kamarnya. Sebentar ya Bunda panggil dulu." Mei pun beranjak.
Mei mengetuk pintu anaknya." Kak. Ada nak Ben nih." Nabil membuka pintu kamarnya. Terlihat Ben tersenyum padanya.
"Ya Bund. sebentar." Nabil pun keluar setelah mematikan laptopnya.
Hendra dan Mei memberikan kesempatan pada keduanya untuk berbicara. Kedua orang tua itu pun beranjak ke dalam dimana ada televisi. Nia dan Tata sedang nonton kartun.
Mereka berdua tidak tahu kalau Ben yang datang.
"Kangen.. Nih sama calon istri.." Goda Ben.
Nabil hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Ben yang kadang di luar nalarnya.
Ia pun mengambil KTP yang di berikan Ben.
"Udah selesai Bang.!" Tanya Nabil formal.
"Udah. Nunggu dari KUA di sini aja lagi. Palingan Minggu depan selesai. Ke apa nggak sabar ya nunggu 3 bulan lagi." Goda Beni.Nabil memukul lengan Ben yang duduk di sampingnya.
"Dek. Udah siapkan jadi istri Abang." Tanya Ben serius.
"Belum." Jawab Nabil menundukkan wajahnya.
Ben mengangkat wajah Nabil menunduk. " Lihat Abang dek. Benar adek belum siap.?"
Nabil melepaskan tangan Ben yang ada di dagunya." Iya lah Bang. Kan masih 3 bulan lagi.. Sabar ya Bang.. Adek nggak kan lari juga dengan ATM Abang." Canda Nabil.
"Eh.. Mana tau juga kan.. Malas lihat wajah Abang yang udah kayak Om-om." Sindir Ben yang ingat ucapan Jo.
Nabil terkekeh." Iya. Om-om nggak sadar diri, masak sukanya sama daun muda. Awas saja kalau Abang selingkuh. Ntar ku potong tuh senjatanya." Gertak Ben. Yang spontan menutupinya. Nabil terkekeh geli lihat tingkah Ben yang lucu baginya.
"Teganya." Ben pura-pura sedih. " Oh ya dek. panggilkan Ayah Bunda. Abang mau pulang nggak enak sama tetangga adek yang kepo." Ben terkekeh melihat wajah jutek kekasihnya.
Ben pun pulang setelah pamit pada kedua orang tuanya Nabil dan juga adik-adiknya yang baru sadar setelah mendengar tawa Ben bersama Kakaknya.
"Eh. Kok Abang nggak kalau dari tadi." Nia merajuk. Ben pun menggendongnya sampai ke luar rumah. Ben membawa Nia ke kedai depan dimana tempat Mei dan keluarganya belanja kebutuhan masak dan lainnya.
"Wah.. Nia sama siapa nih gendong.?" Tanya seorang ibu yang juga belanja. Banyak nya sih gosip.
"Ama Bang Ben." Jawab Singkat Nia. Karena ia sibuk milih kue yang ada di etalase dan meja.
"Baik ya Bang Ben nya. Mau ajak dek Nia belanja." Ujar ibu itu kepo.
Ben hanya diam saja. ia hanya mengangguk saja saat bertatap muka dengan orang di sana.
"Bang Ben kerja melaut berapa gajinya.?" Kepo ibu itu lagi.
Ben kaget di beri pertanyaan begitu. Orang tua dan l Mertuanya saja tidak pernah bertanya tentang gajinya. Ini bukan siapa-siapa nya malah nanya.
"Berapakah Buk. Hanya cukup untuk makan dan lainnya." Jawab Ben setelah menetralkan hatinya yang jengkel.
"Kasihan Buk Mei. Masak anak gadisnya mau di nikahkan dengan pemuda kere kayak gini. Padahal sebelumnya ada orang kaya yang mau dengan Nabil bahkan mau kuliah kan dia sampai tamat. Eh malah di tolak. Di kira gampang ya dapat cowok tajir kayak Pak Juna. Walaupun duda. Tapi kan dia kaya melintir." Oceh ibu itu pada ibu yang lain tak terima. Karena Ia sendiri yang menanyakan pada Mei. Dan tanpa pikir Nabil menolaknya.
Mendengarnya,hati Ben panas. Mukanya memerah bak kepiting rebus. Tadi ia tidak mau membagikan diri.
"Udah dek. Kita pulang yuk. Berapa buk." Ben pun menyerahkan uang seratus ribu dan pergi.
"Eh... Ini kembaliannya dek.." Ibu pemilik warung sampai berteriak. tapi Ben acuh saja. Hatinya benar-benar panas saat ini.
Ibu warung hanya menarik nafas dalam. "Udah. Simpan aja dulu. Besok Mei butuh belanja kasih aja." Ide Ibu yati pada pemilik warung berma kar.
Buk Kar pun mengangguk. Membenarkan ide Bu Yati yang merupakan tetangga Mei yang kebetulan belanja juga. Ia sebenarnya kesal juga mendengarkan ucapan Ibu-ibu yang kepo biang gosip tersebut.