"Kaiden?"
Savira Azalea biasa dipanggil Zea, umurnya 21 tahun lebih berapa bulan. memilih merantau ke kota demi meninggalkan keluarga toxic nya, Zea justru bertemu kembali dengan mantan pacarnya Kaiden, sialnya Kaiden adalah anak dari majikan tempat Zea bekerja.
"Zea, kamu mau kan balikan lagi sama aku?"
"enggak Kai, aku gak bisa kita udah berbeda"
"enggak Ze, enggak!. kamu tetep Zea-nya Kaiden. gadis yang aku cintai sedari dulu. kamu dan hadirnya berarti dalam hirup aku Ze"
"kisah kita memang indah, tapi tidak untuk diulang"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nsalzmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
"Arkhhh...."
Kaiden berteriak mengeluarkan segala rasa emosinya, semenjak kepergian Vandra dan Zea, entah kenapa dadanya terasa sakit dan perih. Cemburu? Itu pasti, karena bagaimanapun keberadaan Zea didalam hati Kaiden itu masih ada. Mungkin abadi.
Berulang kali Kaiden mengusap wajahnya dengan kasar, "Bolehkan aku egois." ucapnya lirih. Tangannya bergetar, didalam hatinya sana tidak ada sepersen pun keberadaan nama Nesha. Wanita yang setahun ini sedang ia usahakan untuk sebuah kata cinta.
Drtt... Drtt...
Ponsel Kaiden yang berada di saku kantong celananya bergetar lama, menandakan ada panggilan yang masuk, ia segera merogoh ponsel dan tertera nama 'Nesha' dilayar, ia menekan tombol daya, tak ada minat menjawab.
Hingga berulang kali pun layar hp masih menyala dengan panggilan 'Nesha' dilayar. Memilih cuek dan masuk ke dalam kamar mandi, mungkin dinginnya air bisa mendinginkan bara apinya. Sesak, sakit, cemburu dan emosi. Semua bercampur jadi satu.
Waktu siang dimana Nesha menyalahkan Zea perkara makan siang, Kaiden jadi tidak berani hanya sekedar bertanya, lebih ke rasa malu karena punya pacar yang suka malu-maluin.
Hampir sejam Kaiden berendam, sekarang dirinya merasa lebih relaks. "Wangi bajunya beda." gumam Kaiden saat menghirup aroma pakaiannya.
Bibirnya mengulas senyum tipis, ini adalah aroma pakaiannya saat masih SMA di Semarang dulu. Aroma yang selalu Zea suka. "Kamu suka ayu terus wangi ini kan Ze." ucapnya bangga sambil tersenyum lebar.
Drtt... Drttt...
Ponsel yang berada diatas kasur bergetar lama, muncul nama dilayar 'Kak Vandra'.
"Tumben nih nelpon." ucapnya dengan senyum meragukan
"Halo." ucapnya saat mengangkat telepon
"Kai papa nyuruh gue buat balik ke kantor. Bisa jemput Zea gak?. Dari tadi pesen taksi banyak yang can-".
"Oke. Sherlock." Jawab kaiden yang langsung memutuskan panggilan
"Yessss." Serunya berteriak
Ia langsung bersiap, menyisir rambut, menyemprot parfum keseluruhan tubuhnya. Keluar kamar sambil bersiul, "Aku datang sayang."
***
Disini, ditempat yang berbeda. Zea sedang duduk manis, dengan tangan yang sedang dikutekin sama mbak nya. Sedari tadi ia tak berhenti tersenyum, merasa wajahnya fresh. Vandra benar-benar memanjakannya layaknya seorang pacar.
Ah, mungkin jika Zea orang berada, dia tidak akan sebaper ini. "Ya Allah, wajahku.jadi cerah banget." batinnya. Posisi duduknya pas banget menghadap cermin. Memantulkan wajahnya yang terasa lebih cerah.
"Sayang, aku pergi sekarang ya. Nanti kamu dijemput sama Kaiden." ucap Vandra yang baru masuk kedalam dan berdiri disamping Zea.
Menyengaja memanggil Zea dengan panggilan sayang, karena merasa berdua sedang latihan pacaran.
Senyum Zea luntur, berganti rasa cemas dan takut. "Mas, Zea pulang naik taksi aja ya." Pinta Zea
"Gak usah sayang." Vandra mengelus puncak kepala Zea, "Ntar kamu sama Kaiden' saja." lanjutnya lagi
"Emm.... Mas Kaiden' apa gak sibuk mas?" tanya Zea yang menatap lembut ke arah Vandra
Vandra yang masih sibuk mengetik pesan, hanya melirik sebal.
Zea jadi menipiskan bibir, "Zea takut, ntar Nesha tau kalau pacarnya anterin saya." Cicit Zea
Vandra menarik nafasnya,"Gak usah takut, dia gak akan tau."
Zea mengangguk. "Kalau nanti Zea dilabrak mas-"
"Kan cuman dijemput Ze, lagian kamu kan PACAR saya." jawab Vandra menekan kalimat terakhirnya
Okelah Zea menurut, jujur saja Zea kena mental karena dikata-katain kala itu sama Nesha. Memang akan menjadi masalah jika Nesha sampai tahu, tapi kan tadi Zea sudah menawarkan opsi lain.
"Aku pergi ya sayang." ucap Vandra yang memberikan flying kiss.
Zea hanya mengangguk, "I love you." balasnya tanpa suara.
Diluar sana Vandra tersenyum, "Asik juga yang namanya pacaran."
Mobil hitam Alphard memasuki area parkir dan berhenti tepat didepan Vandra.
Pak Mudin keluar dengan langkah tegasnya. "Tuan sudah ditunggu oleh Bapak."
Vandra mengangguk, ia masuk saat pintu mobil langsung dibukakan oleh pak Mudin.