Ibrahim anak ketiga dari pasang Rendi dan Erisa memilih kabur dari rumah ketika keluarga besar memaksanya mengambil kuliah jurusan DOKTER yang bukan di bidangnya, karena sang kakek sudah sakit-sakitan Ibrahim di paksa untuk menjadi direktur serta dokter kompeten di rumah sakit milik sang kakek.
Karena hanya membawa uang tak begitu banyak, Ibrahim berusaha mencari cara agar uang yang ada di tangannya tak langsung habis melainkan bisa bertambah banyak. Hingga akhirnya Ibrahim memutuskan memilih satu kavling tanah yang subur untuk di tanami sayur dan buah-buahan, karena kebetulan di daerah tempat Ibrahim melarikan diri mayoritas berkebun.
Sampai akhirnya Ibrahim bertemu tambatan hatinya di sana dan menikah tanpa di dampingi keluarga besarnya, karena Ibrahim ingin sukses dengan kaki sendiri tanpa nama keluarga besarnya. Namun ternyata hidup Ibrahim terus dapat bual-bualan dari keluarga istrinya, syukurnya istrinya selalu pasang badan jika Ibrahim di hina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
"Maaf semuanya, semalam author ketiduran jadi cuma up bab 9 setengah bab, tadi sudah di perbarui jadi tolong baca ulang"
.
.
"Kenapa Arham ingin bercerai?"
Arumi menyayangkan keputusan Arham yang menurutnya gegabah, apalagi pernikahan Arham dan Mona baru hitungan hari. Arumi langsung menghubungi Arham, panggilan berdering tapi tak kunjung di terima Arham hingga panggilan ke tujuh baru tersambung.
"Hallo, Assalamualaikum Mbak"
"Walaikumsalam, kamu dimana sekarang?" Arumi tak langsung mempertanyakan pesan yang di kirim Arham
"Sedang di luar, Mbak. Lagi menenangkan pikiran"
"Memangnya kamu tidak bekerja, lalu di mana istrimu?" tanya Arumi, tak ada jawaban dari Arham namun terdengar helaan napas.
"Arham, kamu masih di sana kan?"
"Iya, Mbak. Aku sedang pusing, di rumah ada masalah Mbak Laras yang dinyatakan bersalah oleh pihak polisi. Sementara Mona, dia tidak mau di ajak pulang sebelum aku membelikannya rumah baru. Aku pusing Mbak, Aku stres" ucap Arham terdengar sangat sedih
"Kamu ke rumah Mbak sekarang, kita cari solusi bareng-bareng" titah Arumi
"Baik, Mbak"
Arumi menghembuskan napas panjang merasa kasian dengan Arham, sepertinya benar apa yang di katakan suaminya waktu itu. Arham berbeda dari ibu dan saudaranya yang lain, usia Arham dan Arumi terpaut tiga tahun.
Dulu Arumi dan Arham sangat dekat tapi Arhan berubah setelah bapak mereka meninggal, apalagi semenjak Arumi menikah dengan Ibrahim tentu Arumi tak bisa lagi memantau pergaulan Arham.
Sembari menunggu Arham datang, Arumi memutuskan untuk makan terlebih dahulu. Tadi Arumi juga sudah menghubungi suaminya jika Arham akan berkunjung ke rumah mereka, suaminya hanya berpesan agar tak terlalu memikirkan masalah Arham. Sebagai istri yang baik, Arumi tentu menurut. Untuk masalah yang di hadapi Arham tidak terlalu berat, jadi Arumi akan membantu sebisanya saja.
Tok....Tok....Tok
"Assalamualaikum Mbak" terdengar suara pintu di ketuk dan di susul dengan suara Arham
"Walaikumsalam" jawab Arumi sembari membukakan pintu lalu Arumi mempersilahkan Arham masuk
"Mas Ibrahim masih di kebun, Mbak?"
"Iya masih di kebun, kamu mau minum apa?" tanya Arumi
"Gak usah, Mbak. Aku boleh numpang istirahat gak, dari semalam aku belum tidur"
Wajah Arham memang terlihat pucat, bahkan lingkar matanya menghitam. Arumi pun mempersilahkan Arham untuk istirahat di kamar tamu, yang memang setiap hari Arumi bersihkan. Arham mengangguk, lalu dengan langkah gontai menuju kamar yang di maksud Arumi.
"Sebenarnya aku penasaran, tapi sudah kasian juga liat Arham kayak gitu" gumam Arumi, karena bingung mau melakukan apa Arumi memilih menonton TV.
Ting
[Dimana Mas Arham? Saya tahu pasti Mas Arham ada di rumah Mbak, tolong Mbak sampaikan pada Mas Arham. Jika dia tidak mau membelikan rumah yang aku inginkan, lebih kita bercerai saja karena aku gak mau punya suami miskin]
Mata Arumi melebar membaca pesan yang masuk di HP-nya, Arumi tak percaya mendapat pesan seperti itu dari adik iparnya yang setau Arumi ketika bertemu terlihat anggun dan sangat santun.
[Memangnya kamu itu sekaya apa sih? Sampai mengancam bakal mencerai Arham, apa kamu lupa dengan perjuangan Arham ketika hendak mempersunting kamu? Memangnya kamu itu bidadari sampai harus di perjuangkan sampai titik darah penghabisan, ingat di atas langit masih ada langit. Jangan sombong dan sok kaya, di dunia bukan kamu saja yang kaya]
Arumi tersenyum puas membalas pesan dari adik iparnya itu, Arumi juga kesal mengapa bisa Arham menikah dengan wanita model begitu. Arumi bahkan menggerutu Arham yang tampan, bisa mendapatkan istri seperti kuntilanak.
"Tapi aku gak sabar menunggu balasan dari si kuntilanak" ucap Arumi terkekeh geli
[Gak usah ikut campur, Mbak. Saya memang bukan bidadari tapi yang mau sama saya itu banyak, bahkan sudah ada yang mengantri kalau sudah jadi janda]
Hah, Arumi melongo membaca balasan pesan dari Mona. Kok ada wanita model begini, yang terlalu percaya diri.
[Hahaha, kok ada wanita model seperti kamu ini. Saya jadi setuju Arham bercerai dengan kamu, karena Saya gak mau Arham jadi mayat hidup jika terus bersama wanita serakah seperti kamu]
Arumi tertawa puas, ternyata berbalas pesan dengan Mona membuat moodnya jadi membaik. Namun Arumi tidak tau, kalau Mona justru kesal mendapat balasan yang menohok dari Arumi.
[Baik, saya juga tidak mau hidup sama laki-laki miskin yang tidak bisa memperjuangkan kebahagiaan istrinya]
"Mbak ada makanan gak?"
Arumi terkejut mendengar suara Arham, padahal baru saja Arumi hendak membalas pesan Mona. Arumi pun menyuruh Arham langsung ke dapur di sana sudah ada lauk pauk yang di masaknya pagi tadi, Arumi juga menyuruh Arham makan banyak-banyak.
"Baiklah, Arham bakal habisin semua makanan yang sudah Mbak masak" Arham langsung melangkah ke arah dapur
"Ck anak itu"
Arumi geleng-geleng kepala tapi Arumi juga senang akhirnya Arham adiknya yang lucu dan menyebalkan sudah kembali.
.
.
.
Di tempat lain Ibunya Arumi dan Arka sedang bingung, mereka juga tidak menyangka kalau Laras dan sepupunya lah yang telah mencuri sapi dan kambing pemberian dari Ibrahim.
"Mas, maafin aku. Aku butuh uang buat modal butikku, aku terpaksa. Saat itu aku mau meminta padamu, tapi kamu bilang sudah tidak memiliki uang. Karena uang simpanan sudah terpakai buat bantu acara pernikahan Arham, jadinya aku terpaksa harus melakukan pencurian itu" kata Laras dengan air mata berderai
Arka terdiam, mengingat kembali ketika Laras meminta uang untuk modal butiknya. Saat itu Arka memang tak memiliki uang, tapi mengapa Laras harus sampai mencuri sapi sama kambing milik ibunya.
"Arka, kita harus membebaskan Laras. Kamu tidak mau kan jadi omongan satu kampung, Ibu akan meminta ini di selesaikan secara kekeluargaan. Ibu yakin ini pasti bisa, apa kamu tidak kasihan melihat Laras harus tidur tanpa alas dan apa kamu mau Laras di cap sebagai mantan narapidana?" kata Ibunya Arumi terus membujuk Arka
Arka menghela napas panjang, Arka juga tidak mau istrinya sampai mendekam di penjara. Arka pun setuju dengan saran ibunya, karena ini demi kebaikan semuanya. Akhirnya sore ini juga mereka menyelesaikan kasus tersebut secara kekeluargaan, tapi tak semudah itu.
Ibunya Arumi dan Arka harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit demi membebaskan Laras, dan akhirnya Laras di nyatakan bebas. Ibunya Arumi rela mengeluarkan uang tidak sedikit demi kebebasan Laras, selain tak mau jadi bahan omongan orang satu kampung.
Meski Laras di nyatakan bersalah, Ibunya Arumi juga tidak mau nama keluarganya tercoreng. Bagi Ibunya Arumi nama keluarganya lebih penting dari apapun itu, makanya jika terjadi sebuah kesalahan sebisa mungkin beliau akan menutupinya bagaimana pun caranya.
happy ending juga....
cerita yg bagus