Pasti ada asap, makanya ada api. Tidak mungkin seseorang dengan tiba-tiba membenci jika tidak ada sebab.
Itu yang di alami Adara gadis 25 tahun yang mendapatkan kebencian dari William laki-laki berusia 30 tahun.
Hanya karena sakit hati. Pria yang dulu mencintainya yang sekarang berubah menjadi membencinya.
Pria yang dulu sangat melindunginya dan sekarang tidak peduli padanya.
Adara harus menerima nasibnya mendapatkan kebencian dari seorang yang pernah mencintainya.
Kehidupan Adara semakin hancur dikala mereka berdua terikat pernikahan yang dijalankan secara terpaksa. William semakin membencinya dan menjadikan pernikahan itu sebagai neraka sesungguhnya.
Mari kita lihat dalam novel terbaru saya.
Apakah 2 orang yang saling mencintai dan kemudian berubah menjadi benci. Lalu benci itu bisa kembali berubah?
Terus di ikuti dalam Novel ini. Jangan lupa like, koment dan subscribe.
Follo Ig saya.
ainunharahap12.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14 Persiapan Pernikahan.
"Sekarang aku mau minta kepadamu untuk membatalkan pernikahan itu!" tegas William dengan matanya melotot yang sangat berharap Adara mengabulkan permintaannya.
Adara terdiam dengan bola mata yang berkeliling yang melihat pria di hadapannya itu. William melepaskan cengkraman tangan itu dan langsung berlalu dari hadapan Adara.
"Maaf! Aku tidak bisa melakukan hal itu," ucap Adara membuat langkah William terhenti dan kembali membalikkan tubuh.
Wajah William mengeras, "kau mengatakan apa?"
"Aku tidak bisa menolak permintaan Nenek. Aku tidak bisa membatalkan pernikahan di antara kita berdua!" ucap Adara dengan suara rendah yang menundukkan kepala yang tidak berani menetap dua bola mata William yang berapi-api.
Pria itu menyergah napas kasar, berusaha mengendalikan diri. Jika tidak berusaha untuk tenang maka ruangan itu mungkin bisa ikut terbakar oleh dirinya karena mendengarkan pernyataan Adara yang seolah menantangnya.
"Ulangi sekali lagi perkataanmu?" ucap William yang memberikan kesempatan.
"Maafkan aku!" kata itu yang diucapkan Andara dengan menelan ludah dan kepala yang kembali tertunduk.
Perasaan Adara menjadi tidak tenang dan takut. Selain mencemaskan sang Ibu yang masih berada di rumah sakit, ia semakin dibuat bimbang dengan keputusannya saat ini. Apakah menikah dengan pria itu adalah pilihan yang tepat? Lalu bagaimana dengan Nenek yang sudah membantu mengatasi ibunya. Adara tahu William tidak menginginkan pernikahan. Lalu apa dia punya pilihan?"
"Cih!" suara dengusan nafas yang terdengar begitu sangat merendahkan dirinya, dengan William yang tersenyum getir yang seolah tidak tahu harus berbicara apa lagi
"Aku benar-benar baru pertama kali melihat wanita yang tidak punya harga diri seperti itu!" Adara tidak peduli lagi mau seberapa banyak William memberikan hinaan kepadanya. Karena pasti dia mempunyai alasan dan memang tidak bisa membatalkan pernikahan itu.
"Baiklah! jika kau memang begitu ingin sekali menikah denganku, aku tidak akan mempermasalahkan hal itu. Kau yang sudah menantangku Adara. Jadi kau harus siap-siap dengan semua keputusan yang kau ambil!" tegas William yang langsung pergi dari hadapan Adara.
Adara diam terpaku yang melihat kepergian William. Adara tidak dapat berbuat apa-apa. Dia sekarang hanya pasrah dengan apapun yang akan di lakukan William nantinya.
Karena apapun itu dia sama sekali tidak bisa bertindak apapun. Adara hanya bisa hidup dalam kepasrahan. Posisi yang sangat sulit yang saat ini di hadapi Adara yang memang tidak bisa melakukan apapun selain mengikuti alur.
William mengatakan setuju di depan Nenek dan ternyata tetap juga masih berusaha ingin menghindari pernikahan itu. Memberikan kesempatan kepada Adara dan sama sekali tidak dipedulikan Adara yang membuat William emosi.
*******
Karena pernikahan William dan Adara yang semakin dekat yang akhirnya membuat mereka melakukan meeting privasi dengan bertiga yang pasti didampingi dengan Nenek. Pertemuan itu diadakan di salah satu Restaurant mewah.
William malam ini terlihat begitu kesal, saat sebelumnya dirinya disuruh untuk menjemput Adara yang membawanya ke hadapan Nenek.
Wanita tua yang dipanggil Nenek itu melihat Adara dari ujung kepala hingga ujung kaki, seolah tampak menilai penampilan calon menantunya itu. Hal itu membuat Adara sangat gugup, apalagi tatapan Nenek sangat intens. Gadis itu hanya tertunduk, dengan kedua tangan yang saling meremas.
Karena Nenek sebelumnya sudah mengatakan kepada Adara bahwa itu pertemuan penting, Adara tidak mungkin berpenampilan biasa dan dia takut jika itu pertemuan dengan tamu-tamu Nenek. Dia juga tidak ingin mempermalukan Nenek. Jadi dapat dikatakan pertemuan malam ini cukup niat sekali.
"Terima kasih Adara! kamu memenuhi undangan saya," ucap Nenek yang membuat Adara mengangguk pelan dan sementara wajah datar William yang sejak tadi ditunjukkannya, baru saja sampai dan sudah sangat bosan yang ingin buru-buru pergi.
William memang tidak pernah memperlihatkan wajah manis. Dia sepertinya orang yang tidak punya semangat hidup. Padahal calon pengantin. Bagaimana bisa di katakan calon pengantin. Wanita yang akan menikah dengannya saja adalah wanita yang sangat dia benci.
"Nenek juga berterima kasih kepada kamu William. Kamu sudah meluangkan waktu untuk menjemput Adara. Nenek tahu kamu begitu sibuk dengan semua pekerjaan kamu," ucap nek.
"Iya, Nek," jawab William singkat.
"Kalau begitu kalian berdua duduklah! jangan hanya berdiri saja!" ucap Nenek yang kembali duduk dan kemudian disusul William dan Adara yang duduk bersebelahan.
Nenek yang awalnya sudah memesankan beberapa menu makanan dan saat William dan Adara datang dua pelayan wanita langsung menghidangkan makanan itu di atas meja.
"Jadi ini hanya pertemuan untuk kami bertiga saja, syukurlah jika tidak ada yang lain," batin Adara yang merasa lega.
"Langsung saja? apa tujuan Nenek memanggilku ku ke tempat ini?" tanya William yang tidak ingin basa-basi.
"Pelayan belum saja selesai menghidangkan makanan dan kamu langsung bertanya ke arah sana. Apa kita tidak bisa makan sebentar," ucap Nenek.
"Nenek tahu jika pekerjaanku sangat banyak. Aku tidak punya waktu untuk makan seperti ini," jawab William.
"Sekali lagi Nenek mendengar kamu berbicara kurang sopan seperti itu, jangan salahkan Nenek akan bertindak lebih tegas kepada kamu!" tegur Nenek dengan penegasan, William pasti malu yang mendapatkan peneguran itu di depan Adara dan mungkin ini bukan sekali saja dilakukan Nenek.
"Terima kasih!" ucap Nenek pada dua pelayan itu saat tugas mereka sudah selesai.
"Adara kamu makanlah!" titah Nenek dengan ramah. Adara menganggukkan kepalanya dan dia hanya meneguk air putih yang memang tiba-tiba saja tenggorokannya begitu kering dan mungkin karena suasana itu juga sedikit sangat menegangkan.
William yang kembali dipenuhi dengan rasa kekesalan dan juga sedang minum, dan sopan santunnya tetap saja tidak berubah yang langsung makan tanpa ada memerintahkan. Padahal adab dan attitude di keluarga mereka menjadi nomor satu ditanamkan. William biasanya juga tidak akan berani makan sebelum Nenek makan.
Nenek juga percuma harus menegur cucunya itu lagi yang semakin lama semakin keras kepala. Semakin ditegur dan bukannya semakin berubah dan malah semakin menjadi-jadi.
Ambar juga pada akhirnya mulai makan, mereka makan sejenak. Agar tidak langsung mengarah pada obrolan yang sepertinya sangat serius.
"Pernikahan kalian akan segera dilaksanakan. Nenek akan menyiapkan segala sesuatu. Adara kamu tidak perlu repot-repot atau tidak perlu memikirkan pernikahan kamu. Semua akan menjadi tanggung jawab Nenek," ucap Nenek sembari mengunyah makanan itu.
"Tidak ada yang perlu dipersiapkan," sahut William yang langsung protes.
"Apa maksud kamu? kamu masih ingin menolak pernikahan ini?" tanya Nenek.
"Aku sudah setuju untuk menikah dengannya, tetapi bukankah pernikahan juga harus sesuai dengan pendapatku. Ini pernikahanku dan aku tidak menginginkan pernikahan yang dibuka secara umum. Aku ingin pernikahan ini secara private dan tidak perlu publik tahu!" tegas William yang memberikan pendapatnya.
"Kamu bilang pernikahan secara privat?" sahut Nenek yang pasti terkejut yang tidak setuju dengan permintaan William.
"Kenapa dia meminta pernikahan diadakan secara privat. Apa mungkin dia tidak ingin orang-orang tahu bahwa dia telah menikah dan apa mungkin karena ini juga untuk menjaga hubungan dia dengan kekasihnya," batin Adara bertanya-tanya.
"Permintaan William kamu sangat tidak masuk akal William. Bagaimana mungkin kamu memikirkan pernikahan yang secara privat. Kamu lupa jika kalian berdua sudah nenek perkenalkan dengan rekan bisnis nenek,"
Bersambung.