Boqin Changing, Pendekar No 1 yang berhasil kembali ke masa lalunya dengan bantuan sebuah bola ajaib.
Ada banyak peristiwa buruk masa lalunya yang ingin dia ubah. Apakah Boqin Changing berhasil menjalankan misinya? Ataukah suratan takdir adalah sesuatu yang tidak bisa dia ubah sampai kapanpun?
Simak petualangan Sang Pendekar Dewa saat kembali ke masa lalunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Boqin Changing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertamu ke Rumah Boqin Changing
Sambil berlari menuju rumah Boqin Changing, Wang Tian terus memperhatikan gerakan anak itu. Ia melihat bahwa ilmu meringankan tubuh yang diperagakan oleh Boqin Changing telah dikuasai dengan sangat baik. Gerakannya tampak ringan, efisien, dan nyaris tanpa cela.
Wang Tian sempat berpikir bahwa Boqin Changing pastilah anak dari salah satu pendekar suci. Bakat seperti ini biasanya merupakan warisan darah dari orang tua yang luar biasa.
Saat mereka tiba di rumah, kedua orang tua Boqin Changing sudah ada di sana. Mereka baru saja pulang dari ladang, dan merasa heran karena biasanya Boqin Changing sudah berada di rumah pada jam seperti ini. Ketika melihat anaknya datang bersama seorang pria paruh baya, mereka langsung menyadari bahwa seorang tamu telah datang.
“Chang’er, siapa pria yang bersamamu itu?” tanya Boqin Feng kepada anaknya.
“Ah, Ayah, perkenalkan. Beliau adalah Senior Pendekar Wang Tian. Kami kebetulan bertemu di jalan.”
Wang Tian memberi hormat. “Salam hormat, Senior. Nama saya Wang Tian, salah satu Tetua dari Sekte Dua Pedang Petir.”
Akan tetapi Wang Tian merasa sedikit janggal. Kedua orang tua Boqin Changing sama sekali tidak memancarkan aura pendekar. Mereka tampak seperti rakyat biasa yang tidak memiliki latar belakang dalam seni bela diri.
“Wah, Tetua dari Sekte Dua Pedang Petir. Saya cukup sering mendengar tentang sekte itu ketika berada di kota. Merupakan suatu kehormatan bisa bertemu dengan Anda, Tetua,” ujar Boqin Feng dengan sopan.
Boqin Feng lalu mengundang Wang Tian masuk ke dalam rumah. Mereka duduk dan mulai mengobrol, sementara Ehuang Baiye, ibu Boqin Changing, pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan. Boqin Changing sendiri menuju kamarnya untuk mengambil kantong kulit berisi pil penyembuh tingkat rendah miliknya.
Tak lama kemudian, Boqin Changing kembali dan menyerahkan pil penyembuh itu kepada Wang Tian. Boqin Feng tidak keberatan, karena ia tahu tamu mereka sedang dalam kondisi terluka. Obrolan ringan pun kembali berlanjut antara Wang Tian dan Boqin Feng, sementara Boqin Changing dipanggil ibunya ke dapur untuk membantu menyiapkan hidangan.
Setelah merasa cukup dengan basa-basi, Wang Tian akhirnya mulai membuka topik yang sesungguhnya menarik perhatiannya.
“Saudara Feng, saya harus mengakui, saya sangat iri. Anak Anda benar-benar berbakat luar biasa.”
“Pendekar Tian, tolong jangan menggunakan panggilan saudara dan senior kepada saya. Saya ini hanya seorang petani biasa. Tapi... apakah benar anak saya berbakat? Padahal dia baru memulai jalan sebagai pendekar setahun yang lalu,” jawab Boqin Feng dengan jujur.
Wang Tian tercekat. Fakta baru kembali ia temukan bahwa Boqin Changing baru belajar bela diri selama satu tahun terakhir. Jika hanya dalam waktu singkat ia sudah mencapai ranah ini, bagaimana jika diberi waktu bertahun-tahun? Wang Tian mulai membayangkan, anak ini bisa saja menjadi salah satu pendekar terkuat di kekaisaran di masa depan.
“Kalau begitu, izinkan saya memanggil Anda Saudara Feng, jika tidak keberatan. Dan tolong, jangan panggil saya pendekar. Cukup panggil saya Saudara Tian. Saya rasa itu akan membuat kita lebih akrab.”
Boqin Feng awalnya menolak tawaran itu. Rasanya tidak sopan jika orang biasa seperti dirinya menyebut seorang pendekar sebagai saudara. Namun, setelah Wang Tian terus membujuk, akhirnya ia setuju.
Beberapa saat kemudian, Ehuang Baiye meletakkan makan siang untuk mereka berempat. Mereka pun makan bersama, hanya berbincang ringan karena baik Wang Tian maupun Boqin Changing tidak menceritakan insiden yang terjadi di hutan sebelumnya.
Usai makan, Boqin Feng menawarkan kamar tamu mereka untuk Wang Tian beristirahat. Ia bahkan menyarankan agar Wang Tian menginap semalam di rumah mereka. Bagi seorang petani biasa, menjamu seorang pendekar adalah sebuah kehormatan besar.
Wang Tian pun menerima tawaran itu. Ia memang masih menyimpan rasa penasaran terhadap anak kecil yang telah menyelamatkannya. Ia juga ingin mencari tahu lebih jauh tentang latar belakang Boqin Changing dari penduduk desa sekitar. Dalam hatinya, Wang Tian mulai serius mempertimbangkan kemungkinan merekrut anak ini ke dalam sektenya.
Di sisi lain, Boqin Changing sama sekali tidak menyadari bahwa gurunya mulai tertarik padanya. Ia masih sibuk menyusun rencana agar Wang Tian bersedia mengangkatnya kembali sebagai murid di kehidupan keduanya ini. Ia tahu, di kehidupan pertamanya, gurunya sebenarnya tidak terlalu tertarik menerimanya sebagai murid karena bakatnya yang biasa-biasa saja. Jika bukan karena hutang budi kepada ayahnya, mungkin Wang Tian tidak akan pernah bersedia memenuhi permintaan itu.
😂😂😂✌️