Naya seorang wanita yang ceria seketika berubah hidupnya setelah mengalami kecelakaan kerja. Tak hanya mengalami kelumpuhan, satu persatu nasib malang mulai hadir di hidup Naya. Meskipun atasan tempat Naya bekerja bertangung jawab atas Nanya namun itu tidak mampu membuat hidup Naya lebih baik.
Lalu bagai manakah Naya menjalani hidup dengan nasibnya yang malang itu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ini Dari Mama
(chapter ini author buat dari sudut pandang Damar ya)
Damar berjalan santai sambil mengangkat tubuh Naya, seolah tanpa beban dan seolah tak ingin waktu cepat berlalu. Begitu tiba di kamar, Damar langsung meletakkan tubuh Naya di atas tempat tidur.
"Maaf." ucap Naya lirih
Damar menatap wajah Naya ketika mendengar ucapan wanita itu.
"Aku tidak tahu bapak ulang tahun hari ini." lanjut Naya lagi.
"Memangnya jika tahu, kau ingin memberikan ku hadiah ?" tanya Damar sambil mendudukkan tubuhnya di tepi tempat tidur.
Rasanya Damar masih belum puas memandang wajah Naya sejak tadi. Gaun merah maroon yang di kenakan oleh wanita itu sangat kontras dengan kulit putihnya. Di tambah lagi dengan perhiasan dan sedikit sentuhan make up di wajahnya membuat kecantikan Naya bertambah.
"Tentu saja." jawab Naya jujur.
Jika saja Naya tahu lebih awal, setidaknya ia bisa meminta bantuan Aulia untuk membelikan kado.
"Kau bisa memberikannya lain kali. Aku akan menagihnya nanti." kata Damar sambil beranjak untuk membuka pintu karena ada yang datang.
Pak Maman dan Bi Tatik masuk sambil membawakan kado-kado yang tadi di berikan untuk Damar.
"Letakkan saja di tempat tidur." perintah Damar.
Setelah pak Maman dan Bi Tatik keluar, Damar kembali duduk di tepi tempat tidur.
"Kau ingin buka yang mana dulu ?" tanya Damar tiba-tiba yang membuat Naya terkejut.
Damar masih ingin berlama-lama bicara dengan Naya, jadi dia sengaja membuka kado-kadonya malam ini juga.
"Hah, ini kan kado bapak. Terserah bapak saja." jawab Naya yang merasa tidak pantas untuk membuat keputusan.
Damar kemudian mengambil satu kado secara acak. Kado yang paling kecil yang di berikan oleh papanya.
"Ini dari papa." kata Damar sambil membuka bungkusan kado yang ternyata isinya sebuah pulpen.
Kemudian Damar mengambil kado yang bungkusnya paling besar dari kado-kado yang lain dan membukanya. Kado dari Revan yang isinya adalah sepasang sepatu.
Selanjutnya Damar mengambil kado dari mama Maudy dan membukanya.
"Apa ini ?" Damar mengeluarkan sesuatu yang terasa seperti kain.
Kemudian ia membentangkan kain itu untuk melihat lebih jelas. Ternyata sebuah lingerie berwarna merah.
Astaga, mama usil sekali. Batin Damar.
Meskipun terkejut tapi wajahnya tetap terlihat tenang. Sementara Naya langsung menunduk malu.
"Ini dari mama." kata Damar sambil menyimpan kembali baju haram itu.
Damar tahu Naya pasti malu melihatnya karena itu Damar segera menyimpannya kembali. Damar pun tak ingin berlama-lama melihat lingerie itu, takut muncul pikiran kotornya dan membayangkan Naya memakai lingerie itu.
"Ini dari Aulia." ucap Damar sambil mengambil kado berikutnya.
"Ah, kekanak-kanakkan sekali." lanjut Damar setelah berhasil membuka kado dari Aulia.
Damar sengaja berkata demikian untuk menghilangkan kecanggungan yang Naya rasakan gara-gara kado dari mamanya tadi. Dan benar saja, Naya kembali mengangkat wajahnya mendengar ucapan Damar, ingin melihat Kado apa yang di berikan oleh Aulia, yang ternyata isinya berupa sepasang piyama tidur berwarna pink ala-ala Korea.
"Sudah habis." kata Damar sambil mengumpulkan kertas-kertas kado yang berserakan di ujung kaki Naya.
"Masih ada satu lagi pak." tunjuk Naya pada sebuah kotak kado yang tidak terlalu besar yang terlindung di bawah tumpukan-tumpukan kertas tadi.
"Oh ini dari Rosa." Damar hampir melupakan jika tadi Rosa juga ikut makan malam dengan mereka.
Kemudian tangan Damar mulai membuka kertas kado itu yang isinya sebuah jam tangan yang mewah tentunya. Setelah itu Damar meletakkan kotak jam tangan itu bersama tumpukan barang-barang lain.
"Sekarang tidurlah." kata Damar sambil kembali mengumpulkan sampah kertas, kemudian membuangnya di tempat sampah.
"Ada apa ? mau ku bantu berbaring ?" tanya Damar yang melihat Naya masih duduk.
"Tidak, pak. Aku ingin ganti baju dulu." beritahu Naya.
Damar kemudian berjalan menuju lemari untuk mengambilkan pakaian ganti untuk Naya. Ia ingin membatu menggantikan pakaian wanita itu, meskipun sebenarnya Damar masih ingin terus melihat Naya memakai gaun itu sepanjang malam.
"Ayo, aku bantu." Damar meletakkan piyama itu di atas tempat tidur, kemudian ia membantu membuka kalung yang tadi ia pasangkan di leher Naya.
Sementara cincin dan anting sudah Naya lepas sendiri.
"Aku sama perawat saja." kata Naya cepat.
Damar hanya menjawab dengan anggukan sambil tangannya membuka gelang di tangan kiri Naya. Untuk kesekian kalinya Naya menolak bantuan darinya untuk menggantikan pakaian. Padahal Damar merasa bisa melakukan tugas itu. Hanya mengganti pakaian kan, apa susahnya.