Demi bakti ku kepada Ayah aku bersedia memenuhi keinginannya untuk menikah dengan lelaki pilihan Ayah ia juga alah satu orang kepercayaan Ayah, namun kini ia membawa mawar lain masuk kedalam rumah tangga kami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EVI NOR HASANAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tiga Puluh Satu
Pistol Masa Depan
Aku mau masukin adegan action ya di eps ini.
Rumah Sakit
Saat ini Ambar sedang berada di rumah sakit untuk menemani temannya yabg sedang sakit dan kebetulan orang tua Nadin baru sampai saat esok hari.
Jam sudah menunjukkan pukul 12.00 tepat namun mata Ambar sama sekali tidak mau terpejam, ia memutuskan untuk menonton serial drakor yang menjadi favoritnya.
Sudah habis entah berapa episode yang sudah di tonton oleh Ambar tidak membuat matanya terpejam akhirnya ia memilih untuk pulang saja, bahkan Nadin sempat menanyakan apakah Ambar yakin akan pulang selarut ini jam sudah menunjukkan pukul 01.00 yang berarti hari sudah berpindah ke hari berikutnya.
Ambar hanya tersenyum menanggapi omelan temannya itu, memang ada sedikit rasa khawatir di benak Ambar pasalnya ia hanya sendirian tapi mau bagaimana lagi jika ia meneruskan untuk tetap tinggal di rumah sakit ia pun tidak dapat memejamkan mata.
Bisa jadi sampai besok pagi pun Ambar tidak akan tidur, ia memutuskan lebih baik ia pulang saja.
Ambar segera masuk ke mobilnya dan menyalakan mesin meninggalkan rumah sakit, sudah lumayan jauh ia meninggalkan area rumah sakit tapi ini baru setengah jalan dari arah ke rumahnya ia di kejutkan dengan suara tembakan yang seolah bersahutan.
Ambar menepikan mobilnya lumayan jauh ia mematikan mesin mobilnya dan keluar berjalan mengendap-endap, ia hanya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Ambar melihat ada beberapa orang berpakaian serba hitam mereka saling tembak satu sama lain, Ambar yang ketar ketir pun berusaha untuk menjauhkan dirinya perlahan dari arena tersebut.
Baru saja beberapa langkah ia mundur ia sudah di kejutkan oleh peluru yang melesat tepat di samping telinganya dan membuat ia segera menunduk ternyata peluru tersebut menembak seseorang yang berada di belakang pohon yang kurang lebih berjarak satu meter darinya.
Ia segera menormalkan kembali nafasnya yang sempat tercekat, bagaimana tidak hampir saja ia bertemu malaikat maut jika saja ia tidak segera merunduk.
Ambar masih berjongkok dengan berlindung pada body mobil yang entah milik siapa, kini ia memberanikan diri berjalan setengah jongkok meninggalkan area tersebut, namun baru saja ia akan menegakkan tubuhnya ia merasa seperti ada yang menarik bahunya dan ia pun melihat tato berbentuk naga yang melilit di lengan yang kini mendekap tubuhnya.
Lelaki tersebut memeluk Ambar, Ambar sendiri tidak tahu siapa lelaki yang asal memeluk dirinya. Ambar berjanji jika ini sudah selsai ia akan menjitak kepala lelaki yang sengaja memeluknya.
"Jangan bergerak kita sedang di kepung oleh senjata tolong bantuannya" ucap pria itu dengan suara terengah-engah.
Ambar kini paham akan situasinya ini seperti di film Fast and Furious yang sering ia tonton bersama Alfa dan Mona, ia pun segera menarik nafas dan menenangkan dirinya.
Hanya bau parfum yang bercampur anyir dar4h yang di hirup oleh Ambar, namun bau parfum pria tersebut sudah bisa membuat Ambar tenang ia pun merasakan debaran jantung pria itu berpacu dengan cepat.
"Tu tuan di belakang anda ada seseorang yang siap menembak apa yang harus saya lakukan?" ucap Ambar gemetar.
"Di pinggang sebelah kiri, aku menyimpan pist0l ambilah itu untuk melindungi ku dan aku berjanji akan melindungi mu. Kamu bisa kan menggunakan pist0l?" ucap pria tersebut.
Ambar hanya mengangguk ia pernah belajar menembak namun itu sudah sangat lama sekali sudah ia tinggalkan, namun jika caranya ia masih sangat ingat jadi tidak ada salahnya ia mencoba.
Ambar segera meraba pinggang pria tersebut hingga terdengar suara desahan dari pria itu.
"Ahhh...."
"Tuan anda kenapa?"
"Bukan yang itu bodoh itu pist0l masa depan ku agak ke kanan sedikit" ucap pria tersebut.
Ambar sempat merutuki kebodohannya mengapa ia langsung meremat benda yang ia yakini sebuah pistol?
Ambar sejenak melupakan itu ia segera mencari keberadaan pist0l sungguhan yang bisa menembak orang-orang itu.
Ia sudah menemukan nya ia pun segera Menarik pelatuknya dan mengaktifkan pin tembak, ia siap dengan senjatanya.
Ambar semakin waspada akan keberadaan orang di sekitarnya kini yang dapat ia percaya hanyalah diri sendiri dan... Ah apakah pria itu dapat ia percaya?
Sudah lah kini mereka berdua pun saling melindungi.
"Dengar aba-aba dari ku peluru yang kamu pegang sudah berisi lima buah peluru pastikan kamu menembaknya dengan tepat, kini peluru ku pun hanya tersisa lima buah sedangkan musuh sekitar lima belas orang kamu bunuh lima dan aku bunuh lima dengan pist0l sisanya biar aku hadapi. Aku mulai dari hitungan lima empat tiga dua satu"
Dor...
Dor...
Dor...
Bugh...
Dor...
Buagh...
Dor...
Buagh..
Bugh...
Bugh...
"hah hah... " nafas pria itu tersengal-sengal karena selain menembak ia pun menghajar musuh-musuh nya.
Jangan lupakan Ambar ia yang merupakan sabuk hitam taekwondo pun tak luput dari sasaran bogem mentah pria yang akan menembakkan peluru padanya, beruntung ia selalu menggunakan celana jeans nya meski pun ia wanita ia lebih suka menggunakan celana ketimbang rok.
Nafas keduanya kini tersengal-sengal mereka duduk bersama di kap mobil Ambar, mereka meminum air putih yang sudah Ambar keluarkan dari mobilnya.
Di saat Ambar menatap kearah belakang pria itu Ambar melihat siluet seseorang yang tengah membidik pist0l ke arah pria yang berada di depannya kini.
Sontak Ambar pun segera membidik kan pistolnya tepat di depan wajah pria ini, lelaki itu pun melotot.
Dor...
Pria itu segera menunduk dan benar saja wanita itu tidak segila yang ia pikirkan, ia menoleh ke belakan ada satu orang yang masih tersisa.
"Ahhh... Sialan ku kira kamu akan membunuh ku" ucap pria tersebut masih memegangi dadanya.
Ambar menatap jengah pada pria yang berbadan tegap, tubuh berisi dan jangan lupakan roti sobeknya.
Menurut Ambar roti sobek milik pria ini lebih banyak dari pada milik mantan suaminya dulu sekitar delapan buah roti sobek.
"Memangnya aku ada tampang pembunuh?" ucap Ambar serius.
Mengenai pria yang sedang bersamanya Ambar pun tidak mengetahui siapa dia dari mana asalnya dan mengapa ia terjebak baku tembak?
Ambar menepis pertanyaan itu semua ia hanya menikmati mengobrol dengan pria yang ia sama sekali tidak kenal dan lelaki selain Rendi dan Alfa tentunya.
Tidak terasa adzan subuh berkumandang membuat Ambar seketika mengingat alasannya awalnya mengapa ia pergi dari rumah sakit.
Ambar menepuk jidatnya.
"Astaga sampai sudah adzan ya Allah aku belum tidur malam ini hu hu..." ucap Ambar diiringi suaranya seperti menangis.
"Ada apa?" ucap pria itu.
"Aku belum ada tidur untuk malam ini dan lagi besok aku ada rapat dengan kolega dari kuar negri, astaga apa aku tidak mengantuk nantinya?"
"Hm... Pulanglah dan segera beristirahat setidaknya lima menit saja pejamkan matamu" ucap pria itu sambari meminggirkan tubuhnya dari body mobil milik Ambar.
"Apa tidak apa-apa aku meninggalkan mu sendiri di sini?" ucap Ambar khawatir.
"Tidak apa aku sudah menghubungi supirku mungkin sebentar lagi ia sampai"
Belum lama pria itu menutup mulutnya mobil hitam jenis mazda RX-7 membunyikan klaksonnya.
Pria tersebut segera berjalan meninggalkan Ambar yang masih mematung saat pria itu sudah memegang handle pintu, ia menoleh dan berbalik mendekati Ambar.
Muahh... Satu kecupan tepat di kening Ambar.
"Kamu wanita ku kamu milik ku tidak akan aku biarkan siapa pun yang menggangu mu hidup dengan tenang" setelah memberi kecupan dan berkata seperti itu pria tersebut melangkah masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Ambar yang masih mematung.
Tin...
Suara klakson yang menyadarkan Ambar, ia merasakan desiran darahnya mengalir cepat. Sudah lama ia tidak mendapatkan hal seperti ini semenjak ia berpisah dari mantan suaminya.
Ambar memegangi keningnya bekas ciuman pria asing tadi sembari mengemudi, namun ia masih merutuki kelancangan pria tadi.