“Kuberi kau dua ratus juta satu bulan sekali, asal kau mau menjadi istri kontrakku!” tiba-tiba saja Alvin mengatakan hal yang tidak masuk akal.
“Ha? A-apa? Apa maksudmu!” Tiara benar-benar syok mendengar ucapan CEO aneh ini.
“Bukankah kau mencari pekerjaan? Aku sedang membutuhkan seorang wanita, bukankah aku ini sangat baik hati padamu? Kau adalah wanita yang sangat beruntung! Bagaimana tidak? Ini adalah penawaran yang spesial, bukan? Kau akan menjadi istri seorang CEO!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irna Mahda Rianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Pesta di Malam Hari
Selepas alvin pulang dari luar negeri, ia mulai disibukkan kembali dengan urusan bisnisnya. Alvin harus mengagendakan ulang beberapa proyek dan pertemuan yang tertunda, akibat perjalanan kemarin.
“Malam ini ada undangan pesta makan malam di kediaman CEO Samudra Grup, Tuan. Bukankah kau harus menghadirinya? Ini adalah peluang besar, bukankah kita akan menjalin kerjasama dengan mereka? Kau harus bisa meraih respect dari keluarga mereka. Semua jajaran CEO besar pun pasti akan datang di pesta itu malam ini!” sekretaris Doni memberikan saran.
“Tentu saja, Samudra Grup memiliki pengaruh besar dalam dunia bisnis ini. Kita harus menghargai mereka. Siapkan semuanya, aku akan datang,”
“Dengan?”
Alvin mengerutkan dahinya, “dengan apa? Ya tentu saja denganmu!”
“Tuan muda, kau harus ingat, kini statusmu telah berubah. Kau sudah memiliki pasangan, kau sudah beristri! Tentu saja kau harus membawa serta istrimu.” jelas sekretaris Doni.
“Sial, kenapa aku bisa lupa? Iya juga, mereka mengira aku sedang hangat-hangatnya dengan istriku, 'kan? Pasti akan jadi perbincangan besar jika aku tak membawanya! Ngomong-ngomong, di mana dia?”
“Kurasa dia berada di rumah kontrakannya. Sesuai instruksimu, dia tidak diperbolehkan keluar rumah. Karena semua kebutuhannya sudah aku berikan untuk lima hari, selama kau pergi, Tuan,”
“Jika pesta itu mulai pada pukul tujuh malam, sebaiknya kau bawa dia ke apartemenku pukul empat sore! Kau harus mengajarkan tatakrama, bagaimana menjadi seorang istri konglomerat! Jangan sampai dia mempermalukanku!” perintah Alvin.
“Baik, Tuan. Kau akan pulang dari kantor pukul berapa?” tanya sekretaris Doni.
“Sepertinya jam lima sore.”
“Baik, Tuan muda.”
.
Sesuai perintah dari sang CEO, sekretaris Doni pun datang menuju rumah kontrakan Tiara. Sesampainya di sana, sekretaris Doni malah bertemu dengan Dila, bukan dengan Tiara.
“Selamat siang, saya ingin menjemput Nona Tiara menuju apartemen.”
“Siapa ya? Apakah kamu CEO yang menikahi Tiara? Tampan sekali …,” Dila melongo, terpana melihat ketampanan sekretaris Doni.
“Saya sekretaris Doni, ditugaskan oleh Tuan muda untuk menjemput Nona Tiara.” Jawab Doni.
“Astaga, hanya sekretaris! Sial, kutarik lagi ucapanku, fiuh, fiuh. Tunggu sebentar, Tiara sedang di toilet!”
“Baik, saya akan menunggu di mobil!”
“Lu gak mau masuk? Cuma sekretaris doang juga belagu amat!”
“Maaf, Nona, baiklah saya akan menunggu di dalam,”
“Nah, gitu dong! Rumah kita juga gak jelek-jelek amat lagi!”
Dila dengan kejutekannya membuat sekretaris Doni merasa tak nyaman. Selepas Tiara keluar dari toilet, sekretaris Doni menjelaskan maksud dan kedatangannya.
Tiara refleks kaget, lagi-lagi ia harus dihadapkan pada kejadian yang tak pernah disadari sebelumnya. Kehidupannya sungguh out of the box. Apalagi ini? Pertemuan besar dengan rekan kerja Alvin? Kenapa Tiara harus datang?
Pasrah, lagi-lagi Tiara harus menuruti apa yang dikatakan oleh sekretaris Doni. Akhirnya Tiara sampai di apartemen mewah termahal di kota ini. Apartemen dengan tipe suite room yang sangat megah dan mewah.
Tiara sampai tak berkedip saat ia baru pertaman menginjakkan kaki di apartemen milik Alvin. Luar biasa! Dindingnya sangat glossy, terdapat balutan emas yang membuat dekorasinya jadi mewah.
Ada juga perpaduan furniture dan lantai dari marmer. Sehingga membuat ruangannya nampak hidup dan modern. Terdapat aksen dekoratif dari pernak-pernik emas dan perak.
Kaca besar, jendela yang besar, juga lampu gantung dan tanaman hidup tertata rapi di dalam apartemen ini. Tiara takjub sekali dengan kemewahan yanh Alvin miliki. Jika boleh bertanya, seberapa kaya sih Alvin Gunadi Raharja ini?
Satu jam kemudian, Alvin tiba di apartemennnya, dan Tiara sudah siap dengan gaun cantiknya. Alvin menyeringai melihatnya, seperti ekspresi mengejek pada Tiara.
“Kau akan memakai gaun ini?”
“Iya, menurutku ini yang paling sopan dan elegant!”
“Ck, Seleramu buruk!”
“Lalu aku harus pakai gaun yang mana?” Tiara menghela napas.
“Pakai yang lain! Cepat!”
“Baiklah,”
Tiara memerlihatkan gaun baru yang dipakainya, hingga tiga kali bolak-balik menggantinya. Namun, Alvin selalu mengatakan jika gaunnya jelek dipakai Tiara. Akhirnya, Tiara mengenakan mini dress berwarna putih tulang, dengan leher v-neck.
Dress-nya sangat terbuka, apalagi di bagian dada. Baru kali ini dress yang dipakai Tiara terlihat menonjolkan dadanya. Dada yang padat berisi, hingga membuat Alvin menelan ludahnya berkali-kali.
“Ini gaun terakhir! Aku harus memakai yang mana lagi? Dari sekian gaun, hanya gaun ini yang sangat terbuka! Aku tak percaya diri mengenakannya!”
“Bagus, gaun ini saja! Cocok untuk postur tubuhmu, dan warnanya aku suka!”
Tiara sangat marah, marah sekali. Alvin selalu saja menyukai apa yang tidak ia suka. Namun apa boleh buat, Tiara tak bisa menolak permintaannya. Apapun yang Alvin inginkan, harus ia penuhi.
.
Akhirnya, Alvin dan Tiara sudah sampai di pesta mewah keluarga Samudra. Banyak sekali para petinggi perusahaan yang hadir. Semua memang memanfaatkan kesempatan ini dengan baik, mengingat, jika Samudra Grup begitu memiliki power yang kuat dalam dunia bisnis mereka.
Beberapa tamu ada yang menyapa Tiara dan Alvin, karena mereka masih pengantin baru. Terlihat, banyak pandangan mata yang tertuju pada mereka berdua. Alvin berjabat tangan dengan para pemimpin muda sebayanya. Ada juga rekan bisnis orang tuanya yang masih belum pensiun, hadir di acara ini.
“Pengantin baru, sungguh romantis sekali. Kalian berdua sangat serasi! Alvin, kau memang hebat memilih pasangan! Dia cantik dan anggun. Memang keturunan Gunadi tak pernah salah memilih wanita!” sapa seorang pria paruh baya dari Bimatara Grup.
“Ah, Om Bima bisa saja. Apa kabar Om? Mama dan Papa pasti merindukan Om Bima! Sudah lama sekali kita tidak berjumpa,” Alvin begitu ramah pada teman papanya.
"Baik, aku sangat baik. Kau sudah hebat sekarang! Aku salut pada kerja keras dan kemampuanmu, Vin!"
"Terima kasih, Om. Om juga luar biasa!"
Beberapa orang yang sedang berdiri dihadapan Alvin dan Tiara, sesekali mereka melihat tubuh Tiara, dan pandangan mereka malah tertuju pada bagian dadanya.
Alvin merasa terusik. Dia tak sengaja melihat beberapa pria memerhatikan bagian dada Tiara. Hal ini sangat menyebalkan baginya. Kenapa semua pria seperti itu? Sementara dirinya, merasa biasa saja melihat Tiara.
Alvin berbisik pada Tiara, “senang sekali ya, jadi pusat perhatian pria-pria!”
“Apa sih maksudmu?”
“Sial, kenapa kau harus mengenakan gaun seperti ini? Lihatlah! Mereka terus menatapmu!”
“Suruh siapa aku harus memakai gaun ini! Kau yang menyuruhku Tuan muda!” Tiara sangat kesal.
Alvin melepaskan jas-nya, lalu memakaikan jas miliknya pada bahu Tiara, “pakai ini, dan jangan sampai kau lepaskan sampai di rumah!”
Deg, hangat sekali jas ini. Batin Tiara.
“Baik, Tuan.”
“Bodoh! Jangan panggil aku tuan di sini! Nanti mereka curiga! Panggil aku Mas, atau suamiku!” Alvin mendelik kesal.
“Ah, iya maaf, Mas. Aku lupa,” ingin rasanya Tiara muntah, ketika mengatakan hal tersebut.
Alvin sibuk berbincang dengan rekan bisnisnya. Tiara merasa kesal, lalu ia berpikir sejenak, lebih baik Tiara mencari makanan yang enak daripada harus menunggu Alvin berbincang yang bahkan ia tak mengerti obrolan apa yang sedang mereka bicarakan.
“Mas, bolehkah aku pergi ke tempat dessert itu? Sepertinya, aku ingin memakan waffle malam ini,” ujar Tiara dengan sangat manja.
Alvin sedikit kaget dengan sifat manja Tiara. “Ah, iya sayang. Silakan, kau pasti bosan ya menemaniku. Pergilah, tapi jangan terlalu lama. Nanti aku bisa rindu jika kau tak ada disampingku!” Alvin pun membalas manjanya Tiara.
“Oh my God, Alvin Antariksa, kau manis sekali! Memang pengantin baru ini, membuat kita cemburu saja, ya,” tutur salah satu rekan bisnis Alvin.
Kurang ajar. Pandai sekali dia berakting. Batin Tiara lagi.
“Baik, sayang, aku ke sana dulu ya …” Tiara tersenyum manis, namun sudah dipastikan, ia sangat terpaksa melakukannya.
Tiara berjalan menuju jamuan makanan mewah para orang kaya ini. Sungguh, ini pertama kali dalam hidupnya bisa menikmati semua kemewahan ini tanpa beban apapun.
Tiara mengambil sebuah piring kecil, karena sejak tadi ia ingin memakan waffle. Saat ia sedang mengambil dessert, tiba-tiba kaki Tiara terkilir, ia hampir jatuh karena mengenakan heels ukuran sepuluh senti meter.
“Aauwwhh,”
Tiba-tiba, sudah ada sosok pria di belakang Tiara dengan refleks menolongnya.
“Hati-Hati, Nona,” pria itu tak sadar jika wanita didepannya akan terjatuh. Untung ia pun sigap menolongnya, dan menjatuhkan minuman yang sedang ia pegang.
Saat mata mereka beradu, betapa kagetnya Tiara, melihat siapa yang tengah memegang tangannya saat ini. Deg. Pria yang selama beberapa bulan ini selalu ia tangisi, kini berada tepat didepan matanya.
“K-kau!” mata Tiara membelalak kaget, sungguh tak menyangka, jika ia dan pria yang sangat dibencinya, dipertemukan kembali di tempat seperti ini.
“Astaga, T-Tiara …” pria itu tak menyangka, jika ia ternyata menolong Tiara.
Hardy Satria, ia tak sadar, jika wanita didepannya adalah Tiara. Jika Hardy tahu itu adalah Tiara, Hardy lebih memilih untuk menghindar dan tak menampakkan wajahnya dihadapan Tiara.
“Ke mana saja kamu? Hardy, bisa-bisanya kau berada di sini, dan menampakkan diri dihadapanku!” air mata Tiara tak terbendung lagi, sakit sekali rasanya, menatap Hardy nampak baik-baik saja dihadapannya.
“T-Tiara, hentikan, jangan menangis. Cukup, Tiara. Kau akan membuat kita jadi pusat perhatian, jika kau seperti ini padaku!” Hardy memegang tangan Tiara.
“Aarghh, lepas!” Tiara menepis tangan Hardy.
Hardy melihat ke kiri dan ke kanan. Sudah terlanjur basah ia ketauan oleh Tiara. Sebelum semua orang menyadari hal ini, akhirnya Hardy menarik tangan Tiara. Memaksa Tiara untuk ikut dengannya. Hardy membawa Tiara ke tempat yang sepi, sedikit jauh dari tempat berlangsungnya pesta.