Viola Maharani, wanita berusia 27 tahun ini terkenal karena profesi nya sebagai seorang wanita penghibur. Pekerjaan ini sudah di geluti nya sejak Vio, begitu panggilan nya, masih duduk di bangku kuliah..
Tidak main main, semua client nya bukanlah orang sembarangan. Selain di kenal sebagai primadona nya para kupu kupu malam, vio juga di kenal sangat selektif dalam menerima pelanggan nya. Wanita itu hanya akan menerima tawaran dari client yang bisa membayarnya dengan nilai yang fantastis..
Sebenarnya kenapa seorang Viola yang memiliki paras cantik dan hidup yang nyaris sempurna itu bisa terjerumus ke dalam dunia malam, lalu bisakah vio terlepas dari kehidupan nya yang kelam ini ??
💜
Hai..
Selamat datang di karya ke-7 dari Autor ratu_halu
Menerima kritik dan saran dengan bahasa yang sopan 🙏
Happy Reading 🥳
Enjoy 🔥
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ratu_halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34
Pukul 3 dini hari viola terbangun. Vio merasa badan nya terasa segar. Dia tak pernah merasakan tidur selelap itu..
Vio mengerutkan dahi nya ketika merasakan ada sensasi berat di atas perutnya. Tubuh nya langsung kaku ketika melihat sebuah tangan penuh dengan urat melingkar di atas perutnya. Rasa gugup kembali menyerang tatkala teringat kejadian semalam..
Sambil menahan nafas nya, vio mencoba mengangkat tangan besar itu untuk menyingkir dari perut nya sebab dia sudah tidak tahan ingin segera buang air..
"Eughh.." Zafian melenguh halus saat tangan nya berhasil vio turunkan dari tubuh nya, namun sedetik kemudian tangan tersebut kembali melingkar dan kini memeluknya lebih erat..
"Aku tak akan membiarkan mu pergi lagi!"
Viola tertegun di buat nya, dia langsung memeriksa apakah zafian tidur sambil bicara ataukah dia sebenarnya memang sudah bangun..
Tiba tiba zafian mengangkat kepala nya, menatap wajah viola dari bawah.. "Jangan coba coba untuk pergi lagi dari ku!!" Saking takut nya vio meninggalkan nya, zafian tidak tidur dengan nyenyak. Jadi saat vio menggerakkan tangan nya, zafi langsung bangun..
Zafian mendekatkan wajah nya pada wajah viola, seperti hendak mencium bibir wanita nya itu, namun vio segera menutup bibir zafi dengan telapak tangan nya..
"Lepaskan dulu tangan mu.. Aku sudah tidak tahan, mau ke toilet.." Dengan cepat vio kembali menyingkirkan tangan zafian, dia bergegas menuju kamar mandi sambil melilitkan selimut tebal di tubuh nya yang polos..
🖤
"Pakai baju ku dulu.. Besok pagi aku akan meminta pihak hotel mencarikan pakaian yang pas untuk mu.." Zafian meletakkan piyama tidurnya di atas bench,
"Tidak usah.. Aku bisa pakai gaun ini lagi.." Tolak vio halus, sejujurnya vio masih merasa canggung..
"Mau aku pakaikan atau kamu pakai sendiri ?" Zafian setengah memaksa membuat vio melipat bibir nya ke dalam. Dia tak bisa menolak lagi sebab zafi menampilkan wajah tegasnya..
"Baiklah.." Jawab vio pasrah kemudian mengambil setelan piyama itu lalu membawa nya ke kamar mandi..
"Mau kemana ? Pakai saja di sini, tidak usah malu.. Aku bahkan sudah melihat tubuh mu secara utuh.."
Vio menatap sinis ke arah zafian, membuat lelaki itu tersenyum lucu..
Tak ingin menanggapi ucapan zafi, vio pun masuk ke dalam kamar mandi untuk berganti baju..
Selang lima menit, viola sudah keluar dengan piyama berbahan satin milik zafi yang jelas kebesaran di tubuh nya. Viola melipat kedua lengan baju nya sampai siku karena terlalu panjang sampau menutipi jari jari nya..
"Sini.." Zafian menepuk sisi tempat tidur. Tanpa penolakan viola langsung naik dan berbaring di samping zafian dengan menjadikan lengan lelaki itu sebagai banyal nya..
"Apa masih ngantuk ?" tanya zafian..
Viola menggeleng pelan sebagai jawaban..
Zafian mencium kening viola dengan mesra..
"Boleh aku bertanya sesuatu.." zafian membuka percakapan..
Viola mengangguk tanpa suara..
"Dari mana kamu mengenal jeffry ?"
Viola menahan senyum nya, sepertinya vio bisa menangkap ada rasa cemburu di balik pertanyaan zafian tersebut..
"Apa kamu cemburu ?" Vio malah balik bertanya sebab dia ingin memastikan..
"Tentu saja. Apa kamu tidak bisa melihat nya ?" zafian sedikit terbawa suasana, dia jadi kesal karena teringat jeffry menyentuh dan memanggil viola dengan sebutan sayang di pesta itu..
Viola memiringkan tubuhnya, memainkan jemari nya di atas kulit liat zafian yang belum tertutup pakaian alias pria itu masih bertelanjang dada..
"Mami norma yang mengenalkan aku pada jeffry satu minggu yang lalu. Kamu ingat, ketika kita bertemu di depan lift apartemen malam itu..."
Zafian nampak tercenung, berusaha mengingat moment itu..
"Iya."
"Saat itu aku baru bertemu dengan jeffry. Dia meminta ku untuk menemani nya datang ke sebuah pesta.."
"Lalu ?"
"Awalnya aku ragu untuk menerima tawaran itu, sebab hati ku masih bimbang. Aku terus memikirkan mu, namun saat bertemu dengan kamu di lift malam itu, kamu terlihat cuek dan seolah tidak pernah mengenal aku. Ya sudah, malam itu juga aku langsung menghubungi mami untuk mengatakan bahwa aku bersedia menerima tawaran jeffry.."
Mendengar cerita viola, zafi jadi menyesal karena sudah berbuat hal itu. Padahal bisa saja saat itu zafian menculik vio dan membawa wanita nya itu masuk ke dalam apartemen nya. Mungkin dengan mengurung viola disana, mereka akan jauh lebih cepat berbaikan..
"Lalu kamu..." Kini viola yang balik bertanya.. "Darimana kamu mengenal jeffry ? e... Setauku, dia bukanlah seorang pengusaha seperti diri mu. Jeffry hanyalah anak dari seorang pengusaha dan di pesta itu jeffry juga hanya datang untuk mewakili ayah nya.."
"Aku tidak terlalu mengenal dia, tapi sejak pertama kali bertemu dia sudah memandang ku dengan tatapan permusuhan. Entah apa salah ku, aku juga tidak terlalu yakin.."
Viola manggut manggut, lalu dia kembali bertanya.. "Sepertinya masih ada lagi yang ingin kamu tau tentang aku ?!"
Zafian menatap vio ragu,
"Tanyakan saja.." Sambung viola lagi..
"emm... Obat itu.. Obat yang aku temukan di dalam tas mu.. Itu obat apa ?"
Viola terdiam seketika. Dia tak menyangka zafi menemukan obat miliknya. Selama ini vio menyembunyikan penyakitnya dari semua orang termasuk mami norma. Namun, kenapa dalam sekejap saja zafian bisa tau segala nya..
"Sebenarnya itu obat yang di resepkan psikaterku.. Haha.. Kamu pasti menganggap ku wanita gila kan setelah tau hal itu.." Viola tertawa sumbang, dia yakin setelah ini sikap zafian pasti akan berubah. Lagi pula lelaki mana yang mau menerima wanita depresi seperti dia...
"Ssst... Jangan bicara seperti itu!" Zafian menarik kepala viola dan memeluknya dengan erat..
"Depresi itu bukan berarti gila. Aku akan membantu mu untuk sembuh, sayang.. Percayalah padaku. Aku tidak akan pernah meninggalkan mu!"
Viola merasa terharu mendengar ucapan zafian. Wanita itu membalas pelukan zafian dan semakin membenamkan kepala nya di pelukan zafi..
🖤
Keesokan pagi nya, vio dan zafi hendak chek out dari hotel. Mereka sudah membuat rencana bahwa hari ini akan terbang kembali ke tanah air. Namun sebelum itu, zafi akan mengantar vio ke hotel tempat nya menginap dengan jeffry untuk mengambil koper serta barang nya yang lain..
Setelah mengurus segala administrasi dengan mandiri, sebab tak ada asisten yang menemani, zafi segera menggandeng vio menuju mobil..
Dalam perjalanan menuju hotel, zafian tak melepaskan genggaman nya dari tangan viola. Entah kenapa, zafian merasa ingin selalu memberikan perlindungan pada wanita nya. Dia tak ingin vio merasa sendiri atau bahkan kesepian lagi yang akan memicu depresi nya kambuh..
"Kamu tunggu saja di mobil, aku tidak akan lama.." Sesampai nya di depan hotel, viola langsung meminta zafian untuk tidak turun dan hanya menunggu dia kembali. Namun jangan harap hal itu dapat terwujud dengan mudah, sebab zafian langsung turun kemudian membukakan pintu mobil untuk wanita nya..
"Aku temani.." Ujar nya pada vio
Viola hanya bisa menghela nafas panjang, kemudian dia turun dan masuk ke lobi hotel bersama zafian..
"Viola..." Suara seorang pria yang memanggil nama vio, membuat vio dan zafian berhenti sejenak untuk menoleh ke sumber suara..
"Jeffry.." kata vio dengan suara kecil serta senyum tipis..
Sementara ekspresi zafian langsung berubah total. Mata nya nyalang seperti mata elang yang hendak menerkam mangsa nya..
Jeffry menghampiri viola..
"Kamu dari mana saja ? Aku menunggu mu semalaman.." Ucap jeffry berpura pura buta, meskipun sebelumnya dia sudah melihat betapa posesifnya zafian pada wanita itu sejak turun dari mobil nya..
"Maaf, jeff.. Aku tidak tau kalau kamu menunggu.." Viola merasa tidak enak karena dia datang ke singapura untuk bekerja, dan jeffry lah client nya..
Jeffry memaksakan senyum nya, "Ya, tidak apa apa.. Tapi, apa perut mu sudah baikan ? Kamu sudah ke dokter ?" Tanya jeffry yang sungguh sangat khawatir dengan keadaan viola. Semalam saja jeffry sengaja pergi sebelum pesta itu berakhir hanya demi memeriksa keadaan vio. Namun sayang, viola tak ada di kamar nya meski berulang kali jeffry mengetuk pintu kamar wanita cantik tersebut..
"Aku sudah baik baik saja, jeff. Terimakasih atas segala perhatian mu.."
"Sayang, apa masih lama ? Jangan sampai kita ketinggalan pesawat.." Zafi menyela obrolan jeffry dan viola. Sambil melirik ke arah jeffry dengan sinis, zafian mengingatkan viola agar tak bicara dengan lawan jenis terlalu lama..
Jeffry sangat terkejut mendengar panggilan sayang dari zafian pada viola. Sebab semalam terlihay mereka berdua seperti musuh bebuyutan yang tak mungkin akan berdamai..
"Jeff, maaf aku tidak bisa melanjutkan pekerjaan ini.."
"Ya.. Tidak masalah.." Jawba jeffry dengan seringai tipis di bibir nya..
"Terimakasih atas pengertian mu, jeffry.." viola merasa lega, ternyata jeffry memang lelaki baik..
"Tapi kamu harus ingat, siapapun yang melanggar kontrak, dia harus membayar 10 kali lipat dari nilai kontrak yang sudah di sepakati.."
Deg.
Viola menatap jeffry dengan tatapan tak percaya. Detik itu juga penilaian nya tentang jeffry langsung berubath total..
Zafian menaikkan satu sudut bibirnya, menatap jeffry dengan tatapan mengejek. Pria itu melepaskan tangan nya dari pinggang vio, kemudian mengeluarkan kartu nama dari dompet nya..
"Kirimkan berapa nilai rupiah yang harus aku bayar ke nomor yang tertera di kartu itu.. Katakan saja jika kurang, aku akan membayar sekalian dengan bunga nya!!" Zafi melemparkan kartu nama nya tepat du wajah jeffry setelah itu mengajak vio untuk segera pergi dari sana..
🖤