✰Rekomendasi Cerita "Introspeksi"✰
Nero, seorang pewaris perusahaan ternama, menikahi Aruna, gadis desa sederhana yang bekerja di perusahaannya. Cinta mereka diuji oleh keluarga Nero, terutama ibu tirinya, Regina, serta adik-adik tirinya, Amara dan Aron, yang memperlakukan Aruna seperti pembantu karena status sosialnya.
Meskipun Nero selalu membela Aruna dan menegaskan bahwa Aruna adalah istrinya, bukan pembantu, keluarganya tetap memandang rendah Aruna, terutama saat Nero tidak ada di rumah. Aruna yang penuh kesabaran dan Nero yang bertekad melindungi istrinya, bersama-sama berjuang menghadapi tekanan keluarga, membuktikan bahwa cinta mereka mampu bertahan di tengah rintangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Detia Fazrin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
She's My Wifeꨄ
...»»————> Perhatian<————««...
...Tokoh, tingkah laku, tempat, organisasi profesi, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif dan dibuat hanya untuk tujuan hiburan, tanpa maksud mengundang atau mempromosikan tindakan apa pun yang terjadi dalam cerita. Harap berhati-hati saat membaca....
...**✿❀ Selamat Membaca ❀✿**...
Selanjutnya, Takdir Cinta yang Rumit
Amara menatap ibunya, Regina, yang baru saja turun dari anak tangga dengan ekspresi wajah penuh kemarahan. Amara langsung menghampiri dan bertanya dengan penuh rasa penasaran, “Ibu, bagaimana hasilnya? Apa Ibu berhasil membujuk Kak Nero?”
Regina menggelengkan kepala dengan wajah kesal, “Nero memang keras kepala. Dia tak bisa dibujuk, Amara. Tapi itu bukan berarti kita akan menyerah. Kalau dia tak bisa dibujuk, kita harus menghancurkan perasaannya pada gadis kampung itu.”
Mendengar itu, Amara membelalakkan matanya. “Jadi... dugaan Amara benar? Kak Nero benar-benar menyukai Aruna? Gadis kampung itu?” Amara terdengar sangat tak percaya.
Regina mengangguk pelan. "Ya, Nero benar-benar menyukai Aruna, gadis yang hanya bekerja sebagai administrasi di perusahaan kita. Astaga, Nero benar-benar membuatku tak habis pikir."
Amara merasa marah sekaligus bingung. “Kenapa dia bisa jatuh cinta pada gadis biasa seperti itu, Bu? Padahal dia bisa memilih perempuan seperti Luna atau Bianca yang jelas-jelas lebih sempurna.”
Regina mendesah, menenangkan dirinya sejenak sebelum berkata, “Amara, kita tidak boleh gegabah. Nero sudah memperingatkan bahwa jika kita berani mengusik Aruna, dia tak akan segan-segan memecat mu dari kantor cabang. Kita harus bertindak cerdik. Satu langkah yang salah, dan kita bisa kehilangan segalanya.”
Amara mengerutkan kening, namun dia tahu ibunya benar. “Jadi apa yang harus kita lakukan, Bu?”
Regina tersenyum tipis. “Untuk sekarang, kita tak perlu bertindak. Kita biarkan dulu situasinya berkembang. Tapi percayalah, pada waktunya, kita akan menghancurkan hubungan mereka tanpa perlu membuat Nero menyadarinya.”
Sebelum Amara bisa menjawab, Aron, adik bungsu mereka, bersiul sambil berjalan mendekat. “Kalian berdua kenapa terlihat begitu serius? Apa yang sedang kalian bicarakan?”
Amara segera menarik Aron ke kamarnya, meninggalkan ibunya yang tetap berada di ruang tamu. Begitu pintu tertutup, Amara menatap Aron dengan serius. “Aron, kau tak akan percaya dengan apa yang baru saja aku ketahui.”
Aron mengerutkan dahi, penasaran. “Apa? Ada apa sebenarnya?”
Amara menarik napas panjang. “Kak Nero... dia sedang jatuh cinta.”
Aron mengangkat alisnya. “Apa? Dengan siapa? Luna? Bianca?”
Amara menggeleng. “Bukan. Dia jatuh cinta pada Aruna.” katanya sambil meme perlihatkan foto Aruna.
“Aruna?” Aron tercengang. “Apa dia gadis kampung itu? Yang hanya seorang administrasi?”
Amara mengangguk. “Ya, tepat sekali. Kak Nero benar-benar tergila-gila padanya.”
Aron langsung duduk di tepi tempat tidur, mencoba mencerna informasi yang baru didengarnya. “Ini tidak masuk akal. Kak Nero seharusnya memilih seseorang yang bisa membawa keuntungan bagi keluarga kita. Luna atau Bianca jelas pilihan yang lebih baik. Kalau sampai dia serius dengan gadis itu, ini akan menghancurkan nama keluarga kita.”
Amara setuju sepenuhnya. “Itulah yang membuat Amara dan Ibu sangat khawatir. Kita tidak bisa membiarkan itu terjadi. Tapi Ibu bilang kita harus berhati-hati karena Nero bisa melakukan apa saja jika dia merasa kita mencoba menghalangi hubungannya dengan Aruna.”
Aron menghela napas berat, tampak berpikir. “Kita memang harus sangat hati-hati. Tapi kita tidak bisa diam saja. Kita harus mencari cara untuk memisahkan mereka sebelum Nero semakin terikat dengan Aruna.”
...***...
Sementara itu, di tempat lain, Nero duduk di sofa ruang kamarnya, masih teringat percakapannya dengan ibunya tadi. Dia tahu betul bahwa ibunya dan Amara tidak akan tinggal diam setelah mengetahui perasaannya pada Aruna. Namun, Nero sudah mantap dengan keputusannya. Dia tidak akan membiarkan siapa pun, bahkan keluarganya sendiri, merusak perasaannya pada Aruna.
Nero memandang ke luar jendela, merenung. Dia tahu hubungannya dengan Aruna tidak akan mudah. Dia adalah putra tertua keluarga Adrianus, salah satu keluarga paling berpengaruh di kota ini. Aruna, di sisi lain, hanyalah seorang gadis biasa yang bekerja di perusahaan keluarganya. Tapi Nero tidak peduli dengan perbedaan status itu. Baginya, Aruna adalah orang yang paling tulus, seseorang yang bisa membuatnya merasa tenang dan bahagia.
Pikirannya terhenti saat ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari Aruna masuk.
“Terima kasih untuk makanannya tadi. Biru sangat senang dengan camilannya. Semoga kamu tidak terlalu capek.”
Nero tersenyum tipis membaca pesan itu. Dia mengetik balasan, “Senang bisa membuatmu dan Biru bahagia. Jangan terlalu memikirkan apapun, aku hanya ingin kau merasa nyaman.”
Tak lama, Aruna membalas, “Aku merasa bersyukur punya teman sepertimu. Terima kasih lagi, Nero.”
Setelah membaca pesan itu, Nero menatap layar ponselnya, merasa ada sesuatu yang perlu dia lakukan. Sudah terlalu lama dia memendam perasaannya. Jika dia ingin menjaga Aruna dari ancaman keluarganya, dia harus jujur dengan perasaannya. Tapi bagaimana caranya mengatakan itu pada Aruna tanpa menakutinya?
Di lain sisi, Aruna juga sedang memikirkan Nero. Perhatian yang diberikan Nero padanya terasa sangat istimewa, tetapi Aruna tidak yakin dengan perasaan Nero. Apakah dia hanya menganggap Aruna sebagai teman baik, atau mungkin lebih dari itu? Namun, jika memang Nero memiliki perasaan padanya, Aruna tahu hubungan mereka akan menjadi sangat rumit. Nero berasal dari keluarga terpandang, sementara dirinya hanyalah gadis biasa dari kampung.
Aruna mencoba menghilangkan pikiran itu dan kembali fokus pada pekerjaannya. Namun, sesekali pikirannya kembali melayang ke momen-momen bersama Nero. Dia memang merasa nyaman berada di dekat Nero, tapi apakah ini cinta?
...***...
Keesokan harinya, Amara dan Aron duduk di ruang makan bersama Regina. Suasana di meja makan terasa tegang, meskipun tak ada yang berani membahas soal Nero dan Aruna secara langsung.
“Aku masih belum habis pikir bagaimana Kak Nero bisa jatuh cinta pada gadis seperti Aruna,” gumam Aron sambil mengaduk-aduk makanannya.
Regina memandangnya dengan tajam. “Kita tidak bisa meremehkan perasaan kakakmu, Aron. Nero sudah besar, dan dia tahu apa yang dia inginkan. Kita tidak akan menang dengan cara konfrontasi langsung.”
“Jadi apa yang harus kita lakukan?” tanya Aron.
Regina tersenyum licik. “Kita akan menunggu waktu yang tepat. Gadis seperti Aruna pasti punya kelemahan. Kita hanya perlu menunggu kesempatan itu muncul. Ketika saatnya tiba, kita akan memastikan bahwa Aruna tak lagi menjadi ancaman bagi keluarga kita.”
Amara mengangguk, setuju. “Ya, kita harus menunggu kesempatan itu. Tapi jangan terlalu lama, Bu. Kalau kak Nero semakin dekat dengannya, mungkin kita akan kehilangan segalanya.”
Regina mengangguk. “Tenang saja. Kita akan bertindak ketika saatnya tiba. Sementara itu, kita biarkan Nero berpikir bahwa semuanya baik-baik saja.”
Meski mereka sepakat untuk tidak bertindak gegabah, di dalam hati Amara dan Aron, ada rasa tak sabar untuk segera menjatuhkan Aruna dari kehidupan Nero. Namun mereka tahu bahwa tindakan yang salah sedikit saja bisa menghancurkan posisi mereka di hadapan kakak mereka yang keras kepala.
Malam itu, di sofa kamarnya, Nero duduk termenung memikirkan bagaimana dia akan mengungkapkan perasaannya pada Aruna. Sementara itu, tanpa sepengetahuannya, keluarganya sudah mulai merencanakan langkah-langkah untuk memisahkan dirinya dari gadis yang membuat hatinya jatuh cinta.
...➳༻❀✿❀༺➳...
sekarang sudah sibuk takut pergaulan anaknya.
bentar mereka keluarga tiri Nero kan? apa bedanya dengan Mereka yang hanya menikmati kekayaan ayahnya Nero
jangan sampai jadi fitnah kalau cuma berdua dengan Aron.
tetap semangat ya thor..