Visual Cast bisa cek Tiktok @Raline_Story 94
Menceritakan kisah wanita muda yang baru menyelesaikan pendidikan Spesialisnya dikairo. Ia terpaksa harus menikahi seorang CEO yang kejam, dan tidak tersentuh. Pria itu adalah calon suami kakaknya. Ia terpaksa menjadi wanita pengganti di pernikahan mereka. Karena sang kakak yang memilih kabur tepat dihari pernikahan mereka.
Ayyura dan Aydeen pernah bertemu berapa tahun yang lalu di Newyork sebelum Ayyura menutup dirinya seperti ini. Ayyura seakan tidak mengingat wajah Aydeen sama sekali. Sedangkan, Ayyura sudah mengenakan cadar saat ini, otomatis Aydeen belum bisa mengenali wajahnya Yura sekarang.
Yang penasaran bagaimana kelanjutannya?
silahkan dibaca gaes ..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raline_Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11 Perhatian
Setelah Ayyura mandi dan sudah berpakaian gamis lengkap tidak lupa dengan cadar yang selalu ia gunakan. Ahh .. lagi-lagi Aydeen kecewa mendapati sang istri mengenakan cadar saat didalam kamar.
"Kenapa Bang"? tanya Ayyura yang melihat Ekspresi kecewa terpatri diwajah tegasnya Aydeen.
Aydeen menghela nafasnya dia harus benar-benar ekstra sabar menghadapi istrinya ini.
"Hmm .. Tidak apa-apa, Sini"? panggil Aydeen agar menyuruh istrinya mendekat kepadanya.
Ayyura nampak gugup lagi, cukup lama ia berdiri di belakang walk in closet yang ada dikamarnya itu.
"Ay .. sini". panggil Aydeen lembut.
Mau tidak mau Ayyura mendekati Aydeen dan duduk disebelah suaminya. Aydeen menatap lekat mata indah dan sejuk itu, mata yang selalu bisa membuat orang lain merasa nyaman didekat Yura.
"Kita makan dulu ya". ujar Aydeen lagi-lagi dengan sangat lembut. Entah ada apa dengan suaminya ini.
Aydeen mengambilkan nasi dengan beberapa lauk yang telah disiapkan oleh sih mbok untuknya tadi.
"Aaaaa .. Buka mulutmu". Aydeen bermaksud ingin menyuapi Ayyura malam ini. Hatinya seakan luluh dengan ucapan dari kedua orang tuanya kemarin.
Ya benar, Fahri dan Hanna kemarin datang bertamu kerumahnya Aydeen. Mereka ingin melihat keadaan menantunya itu. Namun yang membuat kecewa dan marah Ayyura tidak mereka dapati disana. Fahri dan Hanna benar-benar murka dengan putranya Aydeen.
Banyak petuah dan nasihat yang diberikan kedua orang tuanya untuk Aydeen. Sampai akhirnya dirinya bisa berubah drastis selembut ini kepada Yura.
"Kenapa gak mau makan? gak suka sama lauk yang dimasak sih mbok? atau mau minta dimasakin ulang sesuai makanan yang Kamu suka". ucapnya dengan pandangan yang masih melekat pada Yura.
Yura gugup tidak tahu harus menjawabnya bagaimana "Hmm .. Aku .. Aku ..".
"Ada apa Yura? katakan"? tanya Aydeen lagi.
"Hmm .. Aku belum lapar Bang". dusta Yura akhirnya.
"Makan sedikit aja ya, habis itu minum obat".
"Nanti Yura akan makan sendiri Bang". cicit Yura.
"Hmm .. baiklah Aku tidak akan memaksamu".
"Sekarang lebih baik Kamu istirahat, Aku akan kembali kekamarku dulu untuk melanjutkan pekerjaanku yang belum selesai dikantor tadi".
"Iya Bang .. terimakasih". ucap Yura dengan senyum manis dibalik cadarnya.
"Kalau begitu Aku permisi dulu". ujar Aydeen lalu pergi dari kamarnya Yura, dengan membawa kembali semua makanan nya kebawah.
Aydeen penasaran kenapa istrinya tidak mau makan.
Sesampainya didapur, ia langsung mencari si Mbok.
"Mbok .. Mbok .. Mbok". teriak Aydeen.
"Iya tuan muda". jawab si Mbok yang sedari kecil mengurus keperluan Aydeen. Dia sengaja menyuruh si Mbok untuk ikut dengannya kesini. Karena ia ingin si Mbok yang mengatur semua keperluan rumah tangganya, karena Aydeen tidak percaya dengan pembantu-pembantu baru yang masih muda.
"Mbok .. Aku ingin bertanya? Apakah Ayyura sering tidak makan dirumah? Aku lihat dia seperti tidak suka dengan makanan dirumah ini". cicit Aydeen.
"Hmm .. Sebenarnya ini kali pertama Mbok masakin Nyonya muda. Nyonya tidak ingin orang lain memasakan makanan nya dan tuan, katanya urusan masak memasak biarlah menjadi urusan nyonya".
"Si Mbok hanya diperintahkan untuk mengurus rumah dan yang lain tuan muda". jawab si Mbok.
"Kenapa? Apa si Mbok tahu alasannya"?
"Gak tahu tuan muda, hanya saja nyonya muda pernah bilang ia minta maklumi privasinya saja".
"Hmm baiklah Mbok, terimakasih".
"sama-sama tuan muda". jawab si Mbok.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jam 11 malam cacing perutnya Ayyura keroncongan begitu berisik minta diberi makan.
"Hmm .. Aku lapar sekali". gumam Ayyura.
"Aku akan kebawah dulu untuk memeriksa ada bahan makanan apa didapur". ucapnya lagi.
Ayyura pun segera turun dari dalam kamarnya.
Menuju dapur yang menjadi kebahagiaan sendiri buatnya. Tempat ternyaman saat dirinya ingin mengekspresikan masakannya.
Setelah sampai disana, Yura mengambil beberapa bahan makanan dikulkas dan langsung berkutat dengan wajan dan kompor kebanggaan nya.
"Sedang apa Kamu"? tanya Aydeen tiba-tiba saja sudah berada dibelakang Yura.
"Ahhh". Kaget Yura yang hampir terjatuh namun tubuhnya langsung didekap oleh Aydeen.
Kedua mata teduh itu bertemu, Aliran darah terasa berjalan begitu cepat, jantungnya juga dua kali lebih cepat berdetaknya. Tubuh Aydeen serasa mendapat serangan listrik secara tiba-tiba,yang membuatnya tidak dapat bergerak selangkah pun.
"Apa boleh Aku melihat wajahmu"? gumam Aydeen sembari ingin menarik cadarnya Yura.
Glekk .. Ayyura meneguk salivanya.
"Boleh"? tanya Aydeen lagi.
"Hmm .. Aku". suara Yura terasa tercekat didalam tenggorokannya saat ini.
"Aku suamimu Yura, apa Aku belum cukup pantas melihat wajahmu, Aku perlu tahu wajah seseorang yang akan mendampingi disisa umur dan hidupku".
"Maksudnya Bang"? tanya Yura tidak mengerti.
Aydeen pun menggendong Yura untuk bisa naik keatas meja makan. "Abang apa yang kau lakukan"?
"Apa yang sedang Kamu lakukan tadi Yura "? tanya Aydeen mengalihkan pembicaraan.
"Hmm .. Yura habis selesai membuat Spaghetti, apa Abang mau mencobanya"? ucap yura pelan.
"Mau .. apa lagi mencoba yang buatnya". goda Aydeen yang membuat semu merah dipipinya Yura.
"Abang .. ". rengek Ayyura manja.
"Yura, ada hal yang ingin Aku bahas denganmu".
"Selesai makan, pergilah kekamarku hmm".
"Jangan lupa mampir kekamarku setelah ini". titah Aydeen sembari menurunkan Yura kembali ketempat semula, tidak lupa ia mengelus puncak kepala istrinya itu dengan lembut dan perhatian.
Ayyura bahagia dengan perubahan sikapnya Aydeen dari sore tadi sampai malam ini. Ayyura benar-benar merasa dihargai sebagai seorang istri dirumahnya.
Setelah makan Ayyura ditelpon oleh sang mertua yang menanyakan kabar tentangnya. Sampai ia lupa waktu, bahwa Aydeen sedang menunggu Ayyura dikamarnya. Bahkan saat ini Ayyura sudah memakai gaun tipis yang biasa ia kenakan saat tidur.
Dia menatap wajah cantik dan tubuh indah nya didalam pantulan cermin besar. Dia berpikir apakah Aydeen mulai bisa menerima pernikahan ini.
"Aku akan memberikan semuanya untukmu seorang, kepada suami yang ku cintai dan ku hormati".
"Aku bahkan merawat tubuh indah ini hanya untuk suamiku ku seorang, jika suatu nanti kita sudah sama-sama bisa menerima pernikahan ini, Aku akan memberi mahkotaku untukmu Bang". gumam Yura.
"Hah? Bang Aydeen? Astaghfirullah Aku lupa menemuinya! Apa dia sudah tidur"? lirih Ayyura.
Tok .. tok .. tok ..
"Yura .. Yura .. Kamu sudah tidur"?
"Ayyura". panggil Aydeen dibalik pintu kamarnya.
"Hah? Abang Ay? Bagaimana ini"? kaget Yura.
"Aiss Aku sedang berpakaian seperti ini pula".
"Apa Aku pura-pura tidur saja ya"? Yura benar-benar dibuat gugup setengah mati detik ini.
"Ayy .. Apa Aku boleh masuk"? tanya Aydeen lagi.
Ceklek .. ternyata pintu kamar Yura tidak dikunci.
"Hah? pintunya lupa ku kunci"? Ayyura mengutuk kebodohannya saat ini. Sewaktu mami Hanna menelponnya tadi, dia segera mengangkatnya dan bergegas masuk kedalam kamarnya tanpa ia sadari ia melupakan sesuatu, yaitu mengunci pintu kamar.
"Abang masuk ya Ay". cicit Aydeen lagi.
Wajah Ayyura telah berubah menjadi kepiting rebus.
Apakah yang terjadi selanjutnya ?
Apakah Aydeen sebentar lagi tahu wajah asli Yura"?
atau jangan2 langsung di Unboxing nih Yura ?
Ayyura Mode didalam Kamar ...
semakin kesini akan semakin seru