bella di paksa ibu tirinya menikahi paktua kaya demi uang yang di janjikan pak tua itu. namun siapa sangka, saat di sebuah hotel, dia memberontak berusaha kabur dari paktua itu hingga bella bersembunyi di sebuah ruangan yang sedikit gelap bella kira di dalam ruangan itu tidak ada siapa siapa. ternyata seorang lelaki sedang sempoyongan karena pengaruh obat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yasbyhasbi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
mata panda
"Gimana Clar...? Mereka mau menjual perusahaannya dengan murah?" tanya Bella dari balik sambungan telepon.
"sesuai rencana." ucap Clara.
"oke, besok suruh mereka ke perusahaan Anderson buat ketemu gue." Bella memutus sambungan telepon itu dengan Clara. "akhirnya...." senyum mengembang dari bibir Bella. Bella segera beranjak tidur, tak sabar menanti esok bagaimana reaksi ibu tirinya dengan dirinya yang sekarang.
Namun, bukannya Bella tertidur lelap, ia malah terganggu dengan fikiran saat dirinya jatuh bersama Richard."Ah malunya aku. Bisa bisanya aku berciuman dengan pak Richard." Bella bermonolog dengan diri sendiri. Di sentuhnya bibir mungilnya itu, yang tanpa sengaja menyatu dengan bibir Richard, si cowok angkuh juga sombong. Bentuk tubuh kekar Richard senantiasa terngiang ngiang dalam fikirannya, otot otot tubuhnya yang berhasil membuat Bella berfikir kotor.
Esok harinya
"Nona, kenapa dengan mata anda.?" Bik Nimah yang sedang menyiapkan sarapan sedikit heran dengan penampilan wajah Bella.
"Aku kurang tidur bik." ucap Bella lemas, kepalanya di tundukan ke atas meja makan. Mengingat semalaman ia terjaga karena fikiran fikiran aneh selalu menari nari di kepalanya.
"kenapa mami begadang, jangan jangan mikirin om yang kemarin." ucapan spontan yang di keluarkan dari mulut Garrel membuat Bella sedikit terperanjat 'bagaimana Garrel bisa tahu'.
"Ya pastinya bukan sayang, mami kurang tidur karena banyak pekerjaan yang harus mami siapkan." Sangkal Bella, mengelus rambut anaknya itu.
"oh.." Anak itu beroho dengan mulut penuh dengan makanan.
"kamu sekarang mulai sekolah, gak papa tidak di antar sama mami." Bella teringat hari ini adalah hari pertama Garrel masuk sekolah TK, ia sedih tidak bisa menemani anaknya itu karena pekerjaan hari ini yang begitu menumpuk.
"Gak papa mami, aku kan di antar sama bik Nimah." ucap Garrel masih dengan mulut penuhnya.
*
*
*
perusahaan Siliwangi
"Bro... Kenapa dengan mata lo? kayak mata panda. Abis begadang lo?" Seloroh Ray yang memperhatikan mata Richard dengan cengiran mengejek.
"Berisik lo." culas Richard, dia sibuk memeriksa berkas berkas yang berada di atas mejanya itu dan menandatanganinya.
"jangan jangan lo, main cewek. Ups...."Ray menutup mulutnya dengan sebelah tangan. " lo kan gak bisa itu..." ia menunjuk ke bagian bawah Richard.
"Ray!" bentak Richard. "lo mau mampus di tangan gue." geram Richard, menyoroti Ray dengan tatapan membunuhnya.
"sori sori, gue cuma bercanda. Hehe..." Ray melebarkan kedua telapak tangannya didepan tubuhnya.
"gimana masalah tentang cctv dihotel mawar?" Tanya Richard dengan nada angkuhnya itu.
"masalah cctv, ternyata saat itu bukan karena sedang rusak. Tapi memang sudah ada yang hapus duluan. Anak buah gue berhasil mendesak para penjaga cctv, katanya mereka di suap oleh seseorang untuk menghilangkan rekaman cctv itu." terang Ray.
Brak.... Richard menggebrak meja kerjanya, emosi dengan fakta baru itu.
"pantas saja mereka melarang aku melihat cctv rusak itu."
"tumben 'aku'." ejek Ray karena terlalu langka jika Richard mengucapkan kata 'aku'. Biasanya dia selalu ucap 'saya' atau 'gue' jika sedang emosi.
"Ray!" bentak Richard lagi. " lo mau gue kirim ke australia buat gembala kanguru hah...!" Ancamnya, dia kesal dengan asisten sekaligus sahabatnya ini yang selalu ngelunjak.
"jangan dong bro, (membuang nafas kasar) oke gue gak bercanda lagi." Ray takut jika Richard beneran mengirimnya ke australia.
"lo keluar aja dari ruangan gue, pening gue liat kelakuan lo." Usir Richard pada Ray, mengibaskan tangannya dan satu tangannya lagi sibuk memijat keningnya.
Merasa di usir, Ray segera pergi dari ruangan itu, meninggalkan Richard sendiri.
Richard kini mengingat kembali kejadian kemarin. Kejadian yang membuatnya terjaga semalaman. "Argh.... Sial, gue gak bisa move on dari kejadian kemarin lagi" umpat Richard pada dirinya karena pikirannya yang selalu membayangkan begitu manisnya bibir Bella.
"permisi pak Richard."
"gue bilang keluar lo Ray! Kenapa lo masih disini." ucap Richard yang tanpa menoleh ke arah suara.
"Pak, saya Bella."
"jangan buat emosi gue tambah naik Ray! Lo nyamar jadi suara cew......(melirik) hem.... ( berdehem keras) ternyata anda nona Bella." Richard segera merubah gimik wajahnya menjadi seorang yang cool juga jutek. Walau dalam hatinya ia begitu salah tingkah. "Silahkan duduk." tambahnya.
"tidak perlu pak. Boleh kita langsung ke ruangan bagian pemasaran saja pak" pinta Bella karena tidak ingin berlama lama berada di ruangan Richard
"ikuti saya" Richard segera pergi ke bagian pemasaran yang di ikuti Bella dari belakang.
"selamat pagi, saya perkenalkan dengan desainer kalung teknologi pada kalian. Silahkan," Richard mempersilahkan Bella untuk mengenalkan diri.
"perkenalkan nama saya Bella, desainer yang akan langsung membimbing kalian dalam perencanaan pemasaran. Mohon kerjasamanya ya."
riuh riuh para pekerja saling berbisik tentang Bella.
'wah... Cantik banget ya.' 'di usia masih terbilang muda sudah menjadi desainer juga ahli teknologi terkenal' rasa kagum mereka terhadap Bella tersimpul dari senyuman mereka yang merekah.
Lain halnya dengan Bianca yang sedari tadi melirik Bella dengan tatapan tidak suka karena berdekatan dengan Richard mantan kekasihnya itu. 'siapa dia?' 'kenapa begitu dekat dengan Richard.? 'bentuk wajahnya seperti aku pernah melihat sebelumnya' serentetan pertanyaan yang ada di benak Bianca.
"Hari ini kita langsung rapat tentang pemasaran kalung. Kalian di tunggu di ruangan rapat." Richard beserta para pegawai bagian pemasaran, pergi ke ruangan rapat.
Bella mulai menjelaskan rancangan pemasarannya, di depan para pegawai dengan teliti juga mudah di mengerti rencananya akan melaksanakan acara launching produk dahulu di sebuah hotel. Memperkenalkan kalung itu pada para kolega, pejabat tinggi supaya mereka tertarik. sebelum meluncur ke pemasaran online dan di kenal di seluruh kalangan.
Bianca yang berada di sana hanya cemberut karena kesal melihat Richard yang diam diam curi pandang terus pada Bella. Ia mengepalkan sebelah tangannya tanda tak terima karena Bella berhasil menarik perhatian Richard.
'kalau aku masih menjadi kekasih Richard, akan ku cabik cabik wajahmu.' kesal Bianca pada Bella, namun sadar dirinya kini hanya pegawai biasa, bukan orang spesial lagi bagi Richard.
Flash back.....
Setelah kejadian semalam, Bianca kembali menemui Richard di apartemen, bersimpuh berharap Richard memberi kesempatan yang kedua untuknya.
"Aku minta maaf Richard, tidak seharusnya aku membohongimu tolong maafkan aku." isak Bianca, ia bersimpuh di kaki Richard.
"Tidak ada maaf bagi seorang pembohong, saya tidak suka di bohongi!"
"Aku sungguh khilaf hiks...hiks."
"Khilaf katamu, sudah enam tahun anda menipu saya, masih dibilang suatu kekhilafan.!" Bentak Richard "Ray, bekukan semua kartu atm yang saya beri padanya, semua kemewahan yang melekat di tubuhnya." titahnya.
"siap boss..."
"Aku mohon Sayang, jangan di ambil. Aku tak punya apa apa lagi."
"memangnya saya peduli.!" smirk kekejaman tergambar di wajah Richard.
"Aku mohon ampun." Bianca semakin menundukkan kepalanya di atas kaki Richard.
"Berhenti mengotori sepatu saya!" Richard segera mengibas ngibas kakinya itu.
"oke, karena saya masih memiliki hati nurani, saya pekerjakan anda kembali di perusahaan, di bagian pemasaran." Richard menghela nafasnya dengan kasar.
"kenapa tidak menjadi sekretaris mu lagi?"
"sudah di beri hati, masih minta jantung." Sungut Ray. Yang mendengar permintaan Bianca.
"masih beruntung saya tidak memperkerjakan mu menjadi OG. Cepat pergi! dan mulai besok kamu bekerja dengan baik. Jika melanggar aturan, apalagi masih mengaku sebagai calon istri saya, jangan harap kamu masih bisa tenang di negara ini." ancam Richard yang membuat Bianca ketakutan, ia langsung pergi dari apartemen.