mengisahkan tentang seorang gadis bernama Safira, di malam dia bekerja di sebuah hotel, mahkotanya di renggut oleh laki laki yang tidak dia kenal. bukan itu saja penderitaan nya, dia usir oleh ibu dan saudara tirinya, bahkan bayi yang baru saja dia lahirkan diambil oleh Nadira saudara kembarnya, mereka membuang Safira di pinggir hutan.
Safira kembali ke kota menjadi seorang guru bagi sang pura, akankah Fira tahu kalau anak laki yang sering menyendiri adalah putranya, bagaimana dia bisa menemukan putranya dan menyelamatkan putranya, dari Nadira yang sudah mengaku sebagai ibunya selama ini.
Terima kasih sudah membaca, jangan lupa tinggal kan jejak positif, bagi yang tidak suka, skip saja, hargailah karya orang lain. 💕💕💕
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ilham Dzaki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teror Hantu
Akting Amir sungguh keren dan natural, dia mirip sekali dengan dukun- dukun di sini, padahal dia orang asing.
Sinta dan Dira merasa dilema, kalau dia menuruti dukun ini, persyaratannya sungguh berat dan juga mengeluarkan banyak uang, kalau dia menolak memenuhi syarat- syaratnya maka hantu itu akan terus mengejar dan menganggu mereka.
Keduanya saling pandang, dan meminta izin untuk berembuk sebentar.
" Mbah, beri kami waktu satu hari untuk memikirkan semua syarat itu, atau paling tidak menyiapkan dananya dulu, mbah," kata Sinta.
"Itu terserah kalian mau di lakoni atau enggaknya, berapa hari kalian minta waktu atau mencari dukun yang lebih hebat dari saya juga boleh, itu hak kalian," kata Amir. Dia tidak menekankan ibu dan anak tersebut menuruti semua yang dia bicarakan.
Sinta dan Dira mohon izin untuk mempertimbangkan semuanya dan pulang ke rumah.
"Ih ma, syaratnya serem banget, masak kita harus cari apa tadi air dari tujuh sumber, mandi bunga tujuh warna, sedekah di tujuh tempat berbeda, menyembelih kambing trus tadi kita tidak boleh makan, dan darahnya di air kemana tadi? sekitar rumah, baca qur'an. bagaimana mau baca ma, pegang saja tak pernah." Dira mengakui kalau dia belum pernah membaca kitab suci agamanya.
Pantesan saja kelakuannya seperti itu, modal dasar saja dia tak punya, untung Fira dulu ikut dengan ayahnya, meski hidup mereka pas pasan, ayah Fira mengutamakan pendidikan agama anaknya.
"Masih ada satu dukun lagi, coba kita kesana saja, siapa tahu tidak serumit ini!" Sinta mengajak Dira untuk mengunjungi dukun yang satunya, mereka pantang menyerah.
Sinta mengemudikan mobilnya menuju ke rumah tepi hutan, disana terlihat menyeramkan bahkan tempat tersebut tidak jauh dari tempat membuang Fira waktu itu.
Perasaan Sinta jadi tidak enak ketika melewati hutan tepi kota tersebut, bulu kuduknya merinding.
" Dir, kau setir mobilnya mama tidak enak enak badan!" Sinta meminta Dira untuk menggantikan dia menyetir. Sinta menepikan mobilnya di tepi jalan sepi tersebut.
Suara burung- burung sore mulai menggema di telinga kedua wanita itu. "Ma, kok aku jdi merinding begini ya, bukannya hutan ini tempat anak buah om Rocky membuang mayat Fira dan Salma, ayo kita pulang saja, ma!" Dira mengajak ibunya untuk kemabli, apalagi hari sudah mulai senja dan perjalanan mereka kurang lebih 30 menit lagi, mana harus masuk hutan lagi.
" Ih kamu ini, kalau kita tidak kesana sekarang juga kapan lagi? mau dihantui si Fira itu terus?" Sinta masih ingin terus melanjutkan perjalanan mereka.
Tiba-tiba mobil yang mereka naiki tidak mau berjalan. Sinta turun dari mobil dan memeriksa mesin. Sinta membuka kap mesin, lalu memeriksanya, tapi semua aman. Dira juga ikut turun, tapi gadis ini melihat ada darah di ban mobil mereka.
Dira berteriak sangat kencang. "Maa, mamaaa lihat ada darah, ma! " Dira menunjuk ke arah ban mobilnya.
Sinta mendekati anaknya dan melihat darah tersebut, bukan hanya itu saja, dari arah belakang ada sesuatu yang menggelinding ke arah mereka, mengenai tepat di bawah kaki Sinta.
Mata Sinta terbelalak kaget, kakinya terasa basah dan dingin. Dira kembali menjerit, sesuatu yang menggelinding tersebut adalah kepala babi, tepat mendarat di kaki Sinta.
Kedua perempuan itu langsung masuk ke dalam mobil, tapi mobil tersebut tidak bisa berjalan. Di kaca depan Ada sebuah baju berlumuran darah, baju itu persis dengan pakaian Salma yang dipakai terakhir kali.
Dira semakin ketakutan dan berteriak histeris. Apalagi mulai terdengar suara wanita yang memanggil mereka.
" Ma, kak Dira. Selamat datang di rumahku, sudah sekian lama kalian tak pernah berkunjung..." suara itu semakin lama semakin lirih dan menjauh.
Dira menutup telinganya, demikian juga dengan Sinta. mereka terkurung didalam mobil sendiri di pinggir hutan sepi pula.
Permainan Amir dan teman-temannya memang the best pokoknya, mereka yang menyeting semuanya, merekam suara Maria juga, untuk lebih Dramatis lagi.
Sinta mengambil ponselnya, dia berusaha menghubungi Rocky tapi sayang baterai hpnya habis, ponsel Dira malah tidak ada sinyal.
"Bagaimana ini ma? mamasih diajak pulang malah tidak mau, terus bagaimana ini, apakah kita akan bermalam di tempat ini dengan hantu Fira, ma?" Dira menyalahkan ibunya karena kekeh ingin ke tempat dukun tersebut.
"Apakah kau memanggilku kak, ayo sini rumahku tidak jauh dari sini, tapi disana sangat dingin, to-toloong!" Suara Fira mulai terdengar lagi.
Dari atas mobil Kaca samping tepat dimana Sinta duduk menggelantung rambut panjang, hampir menutup kaca jendela tersebut.
" Ampun Fira, ampuni mama nak, mama khilaf mama jahat, tunjukkan dimana rumah kamu, besok mama akan menguburkan kamu dengan layak, Fir!" Sinta meminta supaya Fira menunjukkan dimana kerangkanya sekarang berada.
Rambut tersebut perlahan-lahan menghilang, tapi dari arah kabut, mereka melihat sosok wanita berambut panjang berbaju Krem lusuh dengan tanah, memunggungi mereka. Sinta memberanikan diri untuk keluar dari mobilnya, diikuti oleh Dira, mereka mengikuti wanita tersebut.
Wanita Itu berjalan menelusuri setapak kecil, masuk ke dalam hutan, dan menunjuk ke arah sebuah genangan lumpur atau Air, tidak dapat terlihat jelas. Saat Mereka menoleh ke arah genangan itu, Fira palsu itu menghilang entah kemana.
" Itu a_" Mulut Sinta terdiam, karena sosok itu sudah tidak ada di sana.
" Ma lihat ma...!" Dira menunjuk ke arah Genangan tersebut dan keluarlah beberapa binatang melata.
Sinta dan Dira berlari tunggang-langgang tak tentu arah, apakah mereka kembali ke tempat semula atau malah masuk ke dalam hutan. Yang penting mereka berlari menyelamatkan diri dari Binatang- binatang melata tersebut
Akhirnya Sinta dan anaknya yang sudah tidak kuat lagi berlari, pingsan di dalam hutan. Anak buah Amir mengangkat tubuh keduanya keluar hutan, lalu meletakkannya di rerumputan di sebelah mobil. Jika nanti ada orang yang melintas akan melihat mereka.
Amir meminta dia orang mengatasi Ibu dan anak itu, jangan sampai ada Anjing atau hewan lain mengganggu mereka.
Malam berubah menjadi pagi, dua orang pencari kayu bakar melintasi mobil Sinta, mereka juga melihat Sinta dan Dira tergeletak tak berdaya di rerumputan tak jauh dari mobil, pakaian Sinta dan Dira sudah tidak karuan lagi terkena ranting ataupun duri pohon.
Pencarian kayu tersebut membangunkan mereka. Nyonya, nona bangun, kalian kenapa tiduran di tempat seperti ini?" Pencari kayu tersebut mengguncang tubuh mereka hingga tersadar.
" Dir, dimana kita, apa yang terjadi?" mereka bangun dan lingkung seperti orang bingung.
" Hantu ma." Kata pertama yang di lontarkan Dira adalah hantu.
Pencarian kayu heran dan saling pandang, mereka berargumentasi kalau mereka telah melihat hantu.