Agnia merupakan anak keluarga kaya raya. Ia akan berencana akan menikah dengan kekasihnya namun tepat di hari pertunangannya, ia malah melihat kekasihnya bermain api dengan sahabatnya sendiri.
Ia pikir status dan derajat yang sama bakal membuat semuanya bahagia. Tapi, ternyata ia jatuh pada seseorang yang bahkan tidak pernah dia pikirkan sebelumnya....
"Kehormatan mu akan terganggu jika bersama pria seperti ku!"
"Apa pentingnya kehormatan jika tak mendatangkan kebahagiaan?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Eng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4. Deal
Airlangga masuk ke dalam rumah megah nan futuristik itu bersama Agnia. Mereka masuk lalu di sambut seorang pelayan yang tampak terkejut
"Nona Agni? Syukur anda selamat."
Agnia kaget karena tak mengira pembantunya rupanya ada di rumah. Jika demikian, lalu mengapa mereka tidak keluar tadi?
"Kau ternyata di dalam, kenapa tidak keluar, aku hampir mati tadi!" kesal Agni memarahi pembantunya. Membuat Airlangga melirik.
"Maaf nona, kami ketakutan tadi di dalam. Kami di ancam! Beberapa pekerjaan juga sudah di berhentikan."
"Di berhentikan? Sama siapa?"
"Sama..."
"Apakah Jovan yang melakukan semua ini?"sambar Agnia tak sabar.
Kedua pelayan itu lalu mengangguk murung. Benar-benar masuk dalam definisi hidup segan, mati pun tak mau. Agnia lalu meminta kedua pelayan itu untuk kembali bekerja usai memberikan sedikit briefing.
Agnia melempar tubuhnya ke sofa sembari memijat keningnya yang terasa pening. Neraka seperti apa yang sebenarnya ia bersamai selama ini? Kenapa Jovan tega melakukan semua ini?
Airlangga yang terlihat kasihan kepada Agnia memilih pergi dan membiarkan wanita itu sendiri. Ia di sana terlihat mengamati rumah itu. Ekor matanya yang jeli berhasil melihat benda di sebuah lukisan. Pria itu maju lalu mencabut benda kecil itu.
"Kamera!" tutur Airlangga mengamati benda kecil itu.
Agnia yang dari kejauhan mendengar hal tersebut kontan mendongak. "Apa kau bilang?" tanyanya terkaget dari kejauhan.
"Rumahmu di pasangi kamera! Sepertinya, hidupmu benar-benar tidak semudah yang terlihat!" kata Airlangga tertawa sumbang.
Agnia lalu berdiri dan berjalan menyusul Airlangga sembari merampas kamera itu. Ia merasa ingin berteriak sekarang. Ia benar-benar tak tahan dengan permainan Jovan.
"Sekedar saran. Bisa jadi pelayan mu tadi tidak sepenuhnya benar!" kata Airlangga spontan.
Agnia terdiam menatap Airlangga. Astaga, kepalanya seperti mau pecah sekarang jika spekulasi yang bermunculan makin membuatnya ketar-ketir.
"Kekasihku berselingkuh dengan sahabatku tepat di hari kami bertunangan." ucapnya tiba-tiba mencoba membeberkan duduk perkara kepada Airlangga. Meski dadanya sesak meski airmata mulai menggenang di pelupuk mata, entah mengapa Agnia ingin bercerita.
"Karena ketahuan mereka mencoba membunuh ku!" kali ini ia berbicara dengan suara yang mulai bergetar.
Membuat Airlangga memandang serius ke wajah Agni. Dapat pria itu lihat, sehancur apa perasaan wanita itu saat ini.
" Ayahku yang menjodohkan kami dulu karena Jovan begitu pandai mengelola perusahaan saat aku sama sekali tak tertarik dengan perusahan. Dia terlihat seperti pria yang di idamkan banyak wanita. Tidak taunya dia dan..." Agni tercekat dan tak sanggup meneruskan ceritanya sendiri. Ia terlalu rapuh untuk kembali mengingat luka yang di torehkan Jovan.
Airlangga yang mendengar hal itu hanya diam dengan hati yang tiba-tiba iba, rupanya masalahnya lagi-lagi harta. Ia tak terkejut sebenarnya, polemik di keluarga kaya memang selalu seperti itu.
Tapi mendengar cerita perempuan di depannya, kini ia mendapati satu fakta jika ternyata Agnia sudah tak lagi memiliki siapapun.
"Lalu apa rencana mu?" tanya Airlangga mulai peduli.
Usai memantapkan hati, Agnia lalu menatap seraut tampan itu dengan hati yang tegar. Ia maju lalu membisikkan sesuatu ke telinga Airlangga. Membuat pria itu terkejut.
...****************...
"Apa kau bilang? Dia sudah kembali dan datang dengan seorang pria?" Jovan terkejut bukan main ketika dua pria menghadap kepadanya dengan beberapa sisi muka yang sudah membiru.
"Benar bos. Lihatlah, bahkan kami babak belur karena dihajar, dan kamera yang dulu kita pasang tidak dapat kita akses!" ungkap si anak buah.
"Bagiamana ini Jo?" tanya Visya resah. Perempuan itu seketika merasa ketakutan.
"Tenang, semua hal penting di perusahaan ada padaku. Aku akan mencoba menemuinya. Dan meminta maaf. Han, kau cari tahu rumah sakit kenapa Agni bisa kabur!"
"Baik bos!"
Jovan terlihat gusar. Tapi ia tak boleh panik dan harus menemukan sebuah cara. Dan ketika membuka satu ponselnya yang lain, ia mengumpat demi mendapati ada banyak pesan dan telepon dari pihak rumah sakit. Jelas ia abai karena sibuk berbumbu dengan Visya hingga pagi tadi.
"Sial, kenapa aku tidak membuka handphone yang ini?"
Pria itu akhirnya datang ke rumah Agni dan bertemu dua pelayan yang ketakutan karena selalu dia ancam. Ia harus bisa menemui Agnia dan meminta maaf dengan caranya. Ia harus merebut kembali perhatian Agnia meski ia harus bersujud sekalipun.
Tapi saat sedang cemas-cemasnya, Agnia tiba-tiba datang memeluknya dan membuat Jovan seketika membeku kebingungan.
"Sayang!" seru Agnia sembari memeluk.
DEG
Jovan mematung dengan ribuan pertanyaan di benak. Ada apa ini? Kenapa reaksinya di luar dugaan?
"Ag-Agni!" balas Jovan tergagap dengan reaksi tak terduga.
"Kau baru datang? Kenapa nomormu tidak bisa aku hubungi dari kemarin?" tanya Agnia berpura-pura berengut. Dari ekspresi yang di tunjukkan, Agnia seperti tak menyimpan amarah terhadap Jovan.
"Ada apa ini, kenapa Agni bersikap seperti ini? Apa dia benar-benar amnesia?"
"Sayang? Malah ngelamun!"
"Ah iya, bukankah kau seharusnya masih menjalani perawatan di rumah sakit?" tanya Jovan dengan sangat hati-hati.
"Jadi kamu yang bawa aku ke sana? Memangnya aku kenapa sih? Aku langsung pergi waktu bangun tidur. Soalnya aku aneh aja, perasaan gak kenapa-kenapa tapi kok di rumah sakit. Ya udah, aku langsung pulang aja!" jawab Agnia dengan lancar.
Jovan jadi speechless. Jadi Agni pulang sendiri setelah sadar? Lalu siapa pria yang menghajar anak buahnya tadi? Mungkinkah jika Agnia amnesia? Tiba-tiba ia merasa lega. Ini sangat bagus.
"Benar, sepertinya dia hilang ingatan!"
"Ah, kau kemarin tiba-tiba pingsan dan aku membawamu kesana. Tapi, kau benar-benar baik-baik saja kan?"ucapnya berbohong.
"Tentu. Kau bisa lihat kan? Aku ingin sarapan bersamamu, ayo!" jawab Agni langsung menggeret lengan Jovan.
Di sela hal itu, Jovan dengan cepat mengetik sebuah pesan.
"Pastikan kalian takedown semua berita mengenai Agnia kemarin. Aku tidak mau Agnia tahu!"
Jovan berkirim pesan dan mengutus anak buahnya untuk menghapus beberapa jejak digital soal insiden di rumah kapan hari. Ia tak ingin Agni membaca dan tahu. Ia benar-benar ingin menghapus jejak itu karena keadaannya rupanya sangat menguntungkan untuknya.
Padahal, Agnia sedang menahan amarahnya mati-matian saat dia bersama Jovan. Mereka terlihat sedang menikmati makan siang bersama. Ia akan membalas semua perbuatan Jovan dan Visya.
"Tunggu pembalasanku!"
***
Sementara itu di lain pihak.
"Bayar sisa tagihan dalam surat itu pekan depan beserta bunganya. Jika tidak, akan aku masukkan wanita itu ke dalam penjara. Kau tentu masih menganggap dia Ibu kan? Hahahaha!"
Airlangga hanya bisa mengepal erat ketika pria yang menagih hutang Ibunya itu tertawa mengejek. Ibu yang sama sekali tak pernah memberikan kasih sayang, namun di tengah gempuran kesulitan malah memberikan segunung beban yang nyaris tak sanggup dia tanggung.
Airlangga memijat keningnya sepeninggal pria berkumis itu. Ia lalu meraih rokok lalu menyulutnya. Airlangga terlihat menghembuskan rokok yang barusan dia hisap dengan otak yang panas. Ia berpikir keras, apakah dia menerima tawaran Agnia saja untuk menutup permasalahan sang Ibu?
Sial! Dia meraup wajahnya gusar. Perang batin sedang menyiksanya. Jelas permasalahan ini tak mudah. Tapi ia benar-benar tak bisa menipu nuraninya pada wanita berjuluk 'Ibu' itu. Wanita yang selalu mengumpat padanya dan setiap hari memukulinya di masa kecil. Wanita yang sama sekali tak mencurahkan kasih sayang. Kenapa ia harus terlahir dari wanita semacam itu?
Pertanyaan yang jelas tak akan ia dapatkan jawabannya.
"Ini uang dari customer kita. Beberapa tidak memperpanjang kontrak karena mereka bangkrut!"
"Hem!" jawab Airlangga santai. Ia masih menikmati rokoknya dengan pikiran berkelana.
"Soal perusahaan, apakah kita masih lanjut untuk rekrut orang baru? Ada tiga orang yang mendaftar. Semaunya berkompeten!"
"Terserah kau saja. Lagipula, setelah ini aku akan bertanggungjawab pada keselamatan seseorang. Aku harap kau bisa menggantikan ku sementara!"
"Apa, kau bisa memerintahkan salah satu dari kami. Tidak harus kau sendiri!" ucap pria itu dengan muka terkejut.
"Tidak, harus aku sendiri! Ini kasus penting!"
"Maksudmu, kasus Agnia itu?"
Airlangga menatap orang di depan lalu mengangguk. "Aku butuh banyak uang Dan!" ucapnya sembari membuang puntung rokok. Ia tampak lesu.
Zidan yang melihat kakak seperguruannya murung merasa prihatin. Bagaimanapun juga, mereka sudah seperti keluarga. Dekat dan karib. Ia juga tahu apa yang sedang terjadi.
"Kau bisa percaya padaku!" kata Zidan penuh percaya diri.
"Aku tahu itu!"
***
Malam harinya, Airlangga datang ke rumah Agni. Ia menghadap langsung ke perempuan itu lalu mengucapkan hal serius.
"Aku bersedia dan berkenaan menjagamu. Tapi, aku butuh pembayaran di awal!" ucapnya berterus terang.
"Berapa?"
Airlangga lalu menyebutkan sebuah nominal yang terbilang fantastis. Membuat Agnia sedikit terkejut.
"Untuk apa uang sebanyak itu?"
"Setujui saja jika memang iya. Jika tidak, aku akan pergi sekarang!"
Meski ragu di awal tapi sejurus kemudian perempuan itu menyanggupi.
"Baiklah, aku setuju. Deal?"
Airlangga menatap tangan mulus Agnia beberapa saat. Sama sekali tak menerima jika Agnia tak keberatan dengan syarat yang dia ajukan.
"Kau tidak keberatan?"
"Uang bukan masalah bagiku!"
Airlangga mengangguk lalu membalas jabatan tangan Agnia.
"Deal!"
Dan Airlangga kini resmi menjadi pengawal Agnia. Usai membubuhkan tanda tangan, Agnia lalu mengantarkan pria itu menuju ke kamarnya.
"Kau akan tidur di sini. Ingat yang kita sepakati kemarin!"
Airlangga mengangguk paham. Ia lalu memulai pekerjaannya sebagai bodyguard hari itu. Pekerjaan yang bakal membuat kehidupannya berubah tanpa seorangpun tahu.