NovelToon NovelToon
Takdir Cinta

Takdir Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Model / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Sebuah Kata

Berawal dari sahabatnya yang fans sekali dengan seorang Gus muda hingga mengadakan seminar yang akan diisi oleh Gus yang sedang viral dikalangan muda mudi itu.

Dari seminar itulah, Annisa menemukan sosok yang selama ini dikagumi oleh banyak orang salah satunya Bunga, sahabatnya sendiri.

Awalnya, menolak untuk menganggumi tapi berakhir dengan menjilat air ludah sendiri dan itu artinya Annisa harus bersaing dengan sahabatnya yang juga mengagumi Gus muda itu.

Lantas gus muda itu akan berakhir bersama Annisa atau Bunga?

Ketika hati telah memilih siapa yang dia cintai tapi takdir Allah lebih tau siapa yang pantas menjadi pemilik sesungguhnya.

Aku mencintai dia, sedangkan dia sudah bertemu dengan takdir cintanya dan aku masih saja menyimpan namanya didalam hati tanpa tau bagaimana cara untuk menghapus nama itu.

Bukan hanya aku yang mengejar cinta, tapi ada seseorang yang juga tengah mengejar cinta Allah untuk mendapatkan takdir cinta terbaik dari yang maha cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sebuah Kata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Siapa Dia?

Bangunan sederhana nan nyaman itu mampu membuat siapa saja enggan pergi dari sana. Nuansa putih dan gold memberikan kesan mewah pada setiap sudut ruangan. Masjid yang tidak memiliki tonggak didalamnya itu sungguh terlihat lapang dan luas.

Dishaf depan seorang pria tengah fokus membaca kitab ditangannya hingga kefokusan itu direnggut oleh isak tangis seseorang dari balik shaf. Rasa penasaran yang cukup besar, memberanikannya untuk mengintip suara tangisan siapa itu.

Apa jangan-jangan itu hantu? Pikirnya.

Kain pembatas antara shaf laki-laki dan perempuan itu kini terbuka sedikit yang melihatkan seorang gadis tengah berdiri dengan tumpuan lutut dan kepala menunduk serta bahu yang bergetar.

Pria itu menyergit heran, "Seorang gadis?" batinnya.

Karena dia penasaran akhirnya pria itu membuka suara dan menanyakan kenapa gadis itu menangis. Bukannya menjawab, gadis itu malah pergi setelahnya kembali dengan memakai mukenah yang telah disediakan didalam masjid.

Melihat hal itu, tak berniat lagi dirinya menganggu gadis itu. Pria itu kembali fokus pada bacaan dikitabnya. Lagi dan lagi, fokusnya diambil alih oleh suara yang diiringin oleh isakan. Dan pria itu yakin, sang pemilik suara adalah gadis itu.

Dengan posisi yang masih fokus menatap kitab yang kini sudah tertutup, pria itu masih setia mendengar doa yang dilangitkan oleh gadis itu.

"Apa dia lagi patah hati?" batinnya saat mendengar kata demi kata yang Annisa langitkan.

Tak terdengar lagi suara, hanya ada keheningan yang menyelimuti mereka. Annisa kini juga tengah duduk dengan perasaan yang sedikit lega karena semua sesaknya sudah dia langitkan dan dirinya yakin Allah akan membantunya atas semua rasa yang tak jelas itu.

Setelah melipat mukenah, Annisa memutuskan untuk keluar dari masjid dan kembali ke rumah. Gadis itu memakai sepatunya dan hendak melangkah meninggalkan masjid. Namun, langkahnya dihentikan oleh seseorang.

"Assalamualaikum, mba," salamnya.

"Waalaikumsalam, ada apa?" tanya gadis itu heran.

"Maaf kalau saya lancang, tapi tadi saya dengar kalau mba--" ucapnya terputus.

"Salah jika saya menangis dirumah Allah?" tanya Annisa sedikit ketus.

"Gak salah mba, dan alangkah lebih baik lagi kalau mba mau berdoa, doanya pelan aja jangan kencang-kencang, jadinya saya tau kan." balas pria itu diakhiri senyum tipis.

Annisa mendengus kesal, "Anggap saja kamu gak dengar, bisa kan?"

Pria itu lagi dan lagi tersenyum, "Habibi memang meresahkan ya mba?!"

"Gak usah kepo!" kesal Annisa dan berlalu pergi.

"Jangan pernah menangisi sesuatu yang bukan takdirmu mba." ucap pria itu yang masih bisa didengar olehnya.

"Tau apa kamu tentang aku?!" tanya Annisa kesal dan kini dirinya kembali berada dihadapan pria asing itu.

Pria itu terkekeh, "Saya hanya berbicara faktanya mba. Salah mba sendiri, kenapa doanya gak pelan-pelan, jadi saya taulah."

Annisa menggeram kesal, "Tolong lupakan itu semua. Aku gak mau kalau ada fans dia yang dengar atau kamu sendiri yang sebar tentang ini, aku pastiin kamu bakalan gak tenang." ancamnya.

Gadis itu takut jika pria itu akan menyebarkan semuanya dan akan membuat gus Habibi membencinya atau menganggu hubungan gus Habibi dengan calon istrinya. Annisa tidak ingin menjadi sorotan publik jika semua tersebar luas dan itu akan membuat gus Habibi membencinya.

Pria itu tersenyum tak kala melihat raut wajah Annisa yang terlihat panik dan malu, bercampur menjadi satu membuat gadis itu tampak terlihat lucu dimatanya.

Lucu? Apa pria itu tertarik dengan Annisa? Kenapa dia memuji gadis yang baru saja dia kenal? Tapi tak apa, bukannya gadis itu memang lucu dan menggemaskan?!

"Tenanglah, semua akan baik-baik saja." ucap pria itu berlalu pergi.

Annisa berlari sedikit mengejarnya dan berdiri dihadapan pria itu dengan kedua tangan dibentang bermaksud menghadang pria itu. "Benarkah?" tanyanya memastikan.

Pria itu mengangguk dan kembali melanjutkan jalannya dengan melewati Annisa yang masih membentang tangan.

"Terima kasih, mas." balas Annisa sedikit berteriak.

Pria itu hanya mengangguk sedikit tanpa menoleh dan tetap melanjutkan jalannya. Melayani manusia serupa Annisa akan menguras waktunya dan itu akan membuatnya terlambat menghadiri acara opening kantor baru dari sang sahabat.

****

Adzan dzuhur berkumandang indah disetiap sudut kota. Pria bertubuh tinggi, berwajah tirus, hidung mancung dan berkulit sawo matang tak lupa ada brewokan sedikit dibagian wajahnya yang menambah kesan karismatik dari pria itu.

Mobil hitam itu berhenti didepan sebuah masjid ditepi jalan. Pria didalamnya keluar dari dalam mobil, hendak menunaikan salat dzuhur sebelum kembali ketempat tujuan.

Alangkah lebih baik menyegerakan salat daripada menundanya, karena kita tidak tau apa yang akan terjadi kedepannya. Bisa saja maut lebih dulu menjemput sedangkan kita masih lalai akan perintah Allah.

Usai melaksanakan salah, pria itu kembali melanjutkan perjalanan menuju kantor baru dari sang sahabat. Tak butuh waktu lama lagi, pria itu akhirnya sampai didepan kantor yang tampak sederhana tapi sangat terlihat nyaman dan aman. Nuansa biru muda membuat mata menjadi tenang tak kala warna itu dihiasi oleh foto-foto produk berupa baju koko, sarung, mukenah dan sajadah yang nantinya akan diproduksi oleh sahabatnya itu.

Adam, sangat kagum dengan keambisiusan dan kerja keras dari sahabatnya hingga kini sahabatnya itu sudah memiliki tiga kantor dengan produksi yang berbeda. Jika, Adam saja kagum dengannya, bagaimana dengan wanita-wanita yang mengenal pria itu? Sungguh, luar biasa bukan?!

Adam, berjalan menelusuri kantor baru sahabatnya yang masih ramai didatangi tamu-tamu, padahal dirinya sudah terlambat banyak dari jadwal acara ditentukan. Acara dimulai jam 08.00 Wib dan sekarang dia datang dijam 13.15 Wib. Keterlambatan itu tentu tidak seratus persen salah Adam.

Tengah asik melihat baju koko, Adam dikagetkan dengan tangan seseorang yang tiba-tiba ada dibahunya, "Darimana aja?" tanya sang pemilik tangan.

Adam berbalik badan menghadap sang pemilik suara yang tentunya dia kenali, "Ada sesuatu dijalan tadi, gus." balasnya diakhiri senyuman.

Pria itu berjalan menuju sofa santai yang tak berada jauh dari mereka dan merebahkan diri disana diikuti Adam dari belakang, "Jadi saya bukan prioritas kamu lagi?" tanyanya dramatisir.

Adam terkekeh, sahabatnya itu memang aneh bin ajaib, "Tentunya gus penting, tapi ada yang lebih penting dari itu." ucap Adam yang mampu membuat sahabatnya penasaran.

Pria itu memajukan sedikit wajahnya kehadapan Adam, "Apa yang lebih penting daripada saya, gus Adam?" tanyanya penuh kedramaan.

Adam mendorong pelan kepala sahabatnya itu, "Mundur mas, keponya kelewatan." ucap Adam diakhiri kekehan yang menular ke sahabatnya itu juga.

"Tadi itu," jeda Adam sedangkan pria itu masih setia menunggu lanjutannya.

"Tadi itu, aku ketemu seorang perempuan, berparas manis, bulu mata panjang sayangnya gak lentik tapi MasyaAllah, bibir nya kecil, walau hidungnya minimalis sama seperti tinggi badannya. Minus kalau dia pemarah." lanjut Adam yang mendapat cubitan dari pria itu.

"Jaga matamu, gus Adam! Dosa ngelihat yang bukan mahrom." balasnya mencoba mengingatkan akan dosa yang dapat ditimbulkan jika berlama-lama memperhatikan yang bukan halal untuk dilihat.

Adam, terkekeh tak kala melihat respon dari sahabatnya itu, "Iya yang mau otw halal." goda Adam.

Habibi terdiam sejenak mendengar ucapan sang sahabat. Ia, dia adalah Adam. Adam Al-Hafizh, sahabat yang tiga tahun ini menemani perjalanannya berkelana disosial media. Adam, juga merupakan pendakwah ditiktok dan anak pemilik pesantren disalah satu pulau Sumatera. Perkenalan singkat mereka bermula disosial media, hingga akhirnya mereka dipertemukan pada suatu acara dakwah di Jakarta yang menjadikan mereka seperti sekarang ini.

"Kenapa, kok diam?" tanya Adam tak kala Habibi masih diam dengan ucapannya.

"Bi, kamu gak keberatan nikah kan?" tanya Adam lagi. Dirinya merasa ada yang aneh dari sahabatnya itu.

Habibi melirik Adam sekilas dan kembali menatap kedua sepatunya dengan tangan yang saling bertautan, "Aku gak tau, tapi setiap aku merasa siap, pasti ada hal yang ngebuat aku kembali gak siap, ada hal yang buat aku untuk menunda pernikahan ini." ucapnya setelah sekian menit terdiam.

Adam menarik nafasnya dan membuangnya dengan tenang, "Apa yang kurang dari Zulaikha, Bi?" tanya Adam memastikan.

Habibi menggeleng, "Tidak ada yang kurang darinya, tapi entah kenapa hati aku masih ragu untuk melanjutkan pernikahan ini. Setiap selesai salat, aku ngerasa ada hal yang aneh yang aku dapatkan, dan bahkan ada beberapa kali wajah gadis asing yang tak pernah aku kenali melintas begitu saja, dan kadang itu membuat salatku terganggu." jelas Habibi membuat Adam teringat akan gadis yang menangisi sahabatnya itu.

Apa ini hanya kebetulan? Atau memang pertanda dari Allah untuk kedua insan yang bingung akan takdir cintanya?

Adam menepuk pundak sahabatnya, "Kamu ingat aku bilang apa tadi?" tanya Adam kembali pada topik awal saat dirinya menjelaskan tentang gadis berhidung minimalis itu.

Habibi tampak memutar otaknya mengingat ucapan Adam diawal dan setelah seperkian detik Habibi mengangguk, "Gadis berhidung minimalis begitupun dengan tingginya?" ulang Habibi memastikan jika itu yang dimaksud oleh sang sahabat.

Adam mengangguk, "Kamu mau dengar cerita, aku tentang gadis itu?" tawarnya.

Habibi, mengangguk karena dirinya juga sedikit penasaran dengan cerita milik Adam. Adam, mengubah posisi duduknya senyaman mungkin dan mulai bercerita tentang gadis itu.

"Sebelum kesini, aku terlebih dahulu singgah untuk salat dhuha di salah satu masjid yang ada ditepi jalan tapi berada didalam lingkungan kampus,"

"Selesai salat, aku melanjutkan membaca kitab sebelum lanjut ke sini, dan saat itu aku mendengar suara tangis seseorang."

"Aku pikir itu hantu, tapi ini masih pagi, jadi aku biarkan saja, sampai suara itu terdengar lagi dan aku penasaran, aku bukalah tirai pembatas itu sedikit dan aku melihat seorang gadis yang tengah berdiri dengan kedua lutut trus kepalanya tertunduk, dan bahu yang bergetar."

"Karena aku pemasaran, aku coba untuk bertanya, dan bukannya menjawab gadis itu malah pergi dan kamu tau apa yang dia lakukan setelah itu?" tanya Adam yang kini menoleh kearah Habibi.

"Dia ninggalin kamu dan pergi gitu aja? Ga sopan itu mah." jawab pria itu membuat Adam terkekeh mendengarnya.

"Positif thingking lebih baik, gus." tegurnya.

"Astaghfirullah," istighfarnya.

"Dia ambil wudhu dan menunaikan salat dhuha, selesai salat dia berdoa yang sayangnya doa itu cukup keras diiringin tangisan." lanjut Adam.

"Apa isi doanya?" Habibi kepo.

"Habibi," singkat Adam.

"Kekasih maksudmu?" tanyanya.

"Gak,"

Habibi mengangkat kedua alisnya heran, kalau tidak kekasih apa lagi? Bukannya Habibi dalam bahasa arab artinya kekasih? Atau dirinya yang salah mengartikan itu? Apa bahasa arabnya sudah melemah? Ah biarkan saja, sekarang kembali ketopik.

"Trus?"

"Habibi Al-Khari, gus tampan yang saat ini viral. Pria itu yang membuatnya menangis dan mengadukan semuanya kepada sang pencipta." jelas Adam yang berhasil membuat Habibi terdiam dengan mata membulat sempurna.

Kaget?

Tentunya iya, bagaimana bisa?

Ya bisa lah! Orang dia terkenal.

Huft, Habibi, habibiii.

"Siapa dia, Dam?" tanya Habibi makin penasaran.

1
Zulfa Ir
Ceritanya mendidik untuk menerima takdir Allah
aca
hadeh sabar
aca
lanjut
Capricorn 🦄
k
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!