perjuangan Lucas untuk melawan nasibnya sebagai karakter sampingan dalam novel, dengan menantang alur yang sudah ditetapkan dan mencari jalan untuk bertahan hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yarn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 The Velvet Vault
Saat Lucas sudah berada di dalam hutan yang gelap dan sunyi, tiba-tiba ia merasakan adanya ancaman yang mendekat dengan cepat. Refleksnya bekerja, dan ia segera menghindar dari serangan yang nyaris mengenainya. Serangan itu tajam dan cepat, jelas datang dari seseorang yang terlatih.
"Siapa kau? Apa kau anjing-anjing kerajaan?" teriak Lucas dengan nada waspada, matanya menelusuri arah serangan.
"Ini tidak ada hubungannya dengan kerajaan," jawab seorang pria sambil muncul dari balik pepohonan. Di tangannya tergenggam poster buronan Lucas.
"Hentikan, Leon. Ketua memerintahkan kita untuk membawanya hidup-hidup," kata suara seorang gadis yang terdengar dari balik pohon.
Lucas berdiri tegap, mencoba mencerna situasi. "Membawaku hidup-hidup?" gumamnya pelan, bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Tak lama kemudian, seorang gadis muncul dari balik pepohonan, berjalan dengan tenang namun penuh keyakinan. "Jadi, Lucas," ujarnya sambil menatapnya tajam, "kau ingin ikut kami dengan tenang, atau kami harus memaksamu?"
Lucas, yang merasakan ancaman dari sekelompok orang misterius ini, bersiap untuk bertarung. Namun, sebelum sempat bertindak, suara langkah kaki yang berat terdengar mendekat. Prajurit kerajaan tiba-tiba muncul dari dalam hutan.
"Dia di sana! Itu Lucas!" teriak salah satu prajurit, langsung berlari mendekat.
Gadis itu hanya menghela napas kesal, menatap para prajurit dengan ekspresi lelah. "Haah... menyebalkan sekali. Sampah yang tak tahu situasi," ujarnya datar.
Dengan gerakan cepat, gadis itu memanggil hewan spirit angin tingkat tinggi. Dalam sekejap, spirit angin itu muncul dan dengan kekuatan luar biasa, ia menghempaskan para prajurit jauh ke udara, membuat mereka jatuh tak berdaya. Lucas menyaksikan dengan mata terbelalak, mulai memahami bahwa orang-orang ini jelas bukan dari kerajaan.
Dengan situasi yang semakin kacau dan prajurit yang sekarang tak berdaya, Lucas memutuskan bahwa jalan terbaiknya adalah ikut dengan mereka.
"Baiklah," katanya sambil menurunkan siaganya. "Aku akan ikut dengan kalian."
Gadis itu melirik Lucas sekilas, lalu berkata dengan nada perintah, "Cepatlah, jangan sampai tertinggal."
Dalam perjalanan, Lucas bertanya, "Kita akan pergi ke mana?"
"Ke tempat tujuanmu, Thornfall," jawab gadis itu singkat.
Sesampainya di Thornfall, Lucas terkejut. Kota yang dia bayangkan sebagai sarang kriminal ternyata tampak seperti kota pada umumnya. Jalan-jalan ramai, pasar hidup dengan perdagangan, dan penduduk menjalani aktivitas sehari-hari. Namun, di balik fasad normalitas itu, Lucas tahu ada sesuatu yang lebih gelap di bawah permukaan.
Lucas diantar ke sebuah bar yang terlihat lusuh. Di sana, Leon memutuskan untuk berpisah. "Aku punya urusan lain," katanya, sebelum menghilang di keramaian. Lucas dan gadis itu masuk ke dalam bar. Setelah beberapa langkah di dalam, gadis tersebut menekan tombol tersembunyi di dinding, dan sebuah pintu rahasia terbuka, memperlihatkan tangga yang mengarah ke ruang bawah tanah.
"Ketua, aku sudah membawanya," gadis itu berkata dengan nada formal begitu mereka tiba di ruang bawah tanah yang luas.
"Oh, cepat sekali," jawab seorang wanita yang sedang duduk di sofa, membaca buku. Wanita itu menutup bukunya dengan tenang dan menatap Lucas dengan senyum lembut. "Selamat datang, Lucas. Apa kau menikmati perjalananmu?"
Lucas, yang sudah cukup lelah dengan teka-teki dan ancaman, langsung ke intinya. "Apa yang kalian inginkan dariku?" tanyanya tanpa basa-basi.
Wanita itu tersenyum lebih lebar. "Baiklah, langsung ke intinya saja. Aku ingin kau bergabung dengan kami The Velvet Vault."
Lucas tertegun. "The Velvet Vault?" ulangnya, terkejut mendengar nama organisasi kriminal yang terkenal itu.
"Ya," jawab wanita itu, masih dengan senyum di wajahnya. "Dan jika kau menolak, aku akan membawa kepalamu ke kerajaan. Mereka pasti sangat senang."
Lucas merasakan ancaman itu nyata. Dengan pilihan yang terbatas, ia akhirnya menyerah. "Baiklah, aku akan bergabung. Tapi kenapa kalian begitu ingin aku bergabung?"
Wanita itu menatapnya dengan tajam, lalu menjelaskan, "Salah satu anggota kami melihatmu menggunakan Frostgrimoire Aeterna. Itu adalah artefak yang sudah lama kami cari."
Lucas menatapnya balik dengan tenang. "Kalian bisa merebutnya dariku dan memilikinya."
Wanita itu menggeleng sambil tersenyum tipis. "Sayangnya, itu tidak mungkin. Buku itu telah mengakui kamu sebagai tuannya. Frostgrimoire Aeterna memiliki kesadarannya sendiri. Menurut legenda, buku itu bahkan memiliki wujud seekor naga."
Lucas terdiam, mencoba mencerna informasi itu. "Jadi, naga es yang aku temui... adalah buku ini sendiri?"
Wanita itu mengangguk. "Benar. Frost Dragon yang menjaga altar itu adalah manifestasi dari kekuatan buku tersebut."
Lucas merasa semakin bingung, tapi juga lebih mengerti mengapa The Velvet Vault begitu tertarik padanya. Kekuatan seperti itu tidak bisa dianggap remeh, dan sekarang dia menyadari tanggung jawab yang datang bersama buku tersebut.
"Baiklah," lanjut wanita itu. "Karena kamu sudah resmi bergabung dengan The Velvet Vault, perkenalkan, aku adalah ketua kelompok ini Robin. Gadis yang membawamu ke sini tadi adalah Ruby, dan gadis yang sedang tidur di sana adalah Asta."
Lucas melirik ke arah sudut ruangan dan terkejut menyadari bahwa ada seseorang lain di sana, tidur di atas kursi panjang. Asta tampak tidak terganggu oleh percakapan mereka, seolah kehadirannya hampir tak terasa. Lucas bahkan tidak menyadari kehadirannya sejak dia masuk ke ruangan itu.
"Asta adalah anggota yang sedikit... istimewa," kata Robin dengan nada misterius. "Jangan tertipu oleh penampilannya yang tenang. Dia adalah salah satu yang paling berbahaya di antara kami."
Robin melanjutkan, "Sekarang, karena kau sudah menjadi bagian dari kami, ada banyak hal yang harus dibicarakan. Tapi sebelum itu, istirahatlah.
Setelah pertemuan selesai, Lucas meninggalkan bar dan memutuskan untuk berjalan-jalan di kota Thornfall. Ia merasa lapar setelah hari yang panjang, jadi dia berhenti di salah satu kios makanan sederhana di pinggir jalan. Setelah membeli beberapa makanan, Lucas duduk di sebuah bangku taman yang sepi, dikelilingi oleh suasana kota yang tetap sibuk meski hari sudah mulai gelap.
Sambil makan, pikiran Lucas melayang-layang. Semua yang ia alami terasa seperti mimpi buruk yang tak kunjung usai kematian kepala sekolah, pengkhianatan di akademi, dan sekarang menjadi anggota The Velvet Vault. Segala rencananya seolah selalu melenceng dari apa yang ia harapkan.
Lucas memutuskan untuk mengandalkan pedang sebagai alat bertarungnya, dengan harapan dapat mengecoh kerajaan. Mereka yang mengenalnya sebagai pengguna sihir tidak akan menyangka bahwa dia akan beralih ke pertarungan fisik. "Dengan cara ini, aku bisa menjaga identitasku tetap aman," pikirnya.
Lucas kembali ke bar dan menemui ketua, Robin.
"Ketua, aku harus tidur di mana?" tanyanya, merasa lelah setelah seharian berkeliling.
"Di lantai dua ada penginapan. Kamu bisa tidur di sana. Mulai besok, kamu dan anggota lainnya akan mengurus bar. Ini kunci untuk kamarmu," jawab Robin sambil melemparkan kunci tersebut ke arah Lucas.
Lucas yang merasa sangat lelah segera mengambil kunci itu dan melangkah menuju kamarnya. Begitu memasuki ruangan, dia mengunci pintu di belakangnya dan menghela napas panjang.