Malam itu petir mengaum keras di langit, suara gemuruhnya bergema. Angin mengamuk, langit menangis, meneteskan air dengan deras. Alam seolah memberi pertanda, akan datang suatu bencana yang mengancam sebuah keluarga.
Clara seorang ibu beranak satu menjadi korban ghibah dan fitnah. Sampai mati pun Clara akan ingat pelaku yang sudah melecehkannya.
Akankah kebenaran akan terungkap?
Siapa dalang di balik tragedi berdarah ini?
Ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Ketempelan
AAAAGGGGHHHHHH!
Kepala Dilara tiba-tiba sakit. Dilara memijit-mijit keningnya. Dilara tidak bisa mengendalikan dirinya. Tubuhnya dikendalikan seseorang. Dilara mencoba berontak, Dilara ingin memiliki lagi dirinya sepenuhnya. Dan Dilara tidak bisa melawan sosok yang ada di dalam tubuhnya. Dilara tidak sadarkan diri.
"Dila, Dila," Salman menemukan Dilara tergeletak di tanah jauh dari rumahnya.
Salman langsung memasukkan Dilara ke dalam mobil. Malam itu juga mereka akan pulang ke kota. Setelah berpamitan dengan Pak Ali dan warga Desa Ghibah, Bobby dan yang lainnya langsung menuju kota.
Malam semakin larut, hawa dingin menusuk hingga ke tulang. Rasa kantuk pun sudah tidak tertahan. Bobby melihat dari balik kaca spion, Dilara, Dira, Salman dan Salma yang duduk di kursi belakang terlelap. Begitu juga dengan Zehan yang duduk di sampingnya. Bobby menepikan mobilnya di tempat persinggahan.
Tempat persinggahan itu dipenuhi dengan pengunjung dari berbagai kota. Di tempat itu disediakan warung makan, mini market dan tempat ibadah. Mereka singgah untuk beristirahat dari perjalanan panjang, makan malam ataupun hanya sekedar melepas penat. Dan Bobby pun sama seperti yang lainnya tidur di dalam mobil.
Suasana semakin dingin. Tercium aroma melati. Samar-samar terdengar rintihan dari seseorang. Lama-lama rintihan itu semakin terdengar. Dan kali ini rintihan itu berubah menjadi suara orang tertawa.
Semua yang ada di dalam mobil terbangun. Mereka semua menatap ke arah Dilara yang terus tertawa dengan mata yang terpejam.
"Dila, Dila, kamu kenapa?" Salma mengguncang tubuh Dilara.
Dilara semakin tertawa kencang. Tertawanya kali ini begitu menyeramkan. Dilara menunjuk ke arah tempat persinggahan. Sontak semua yang ada di dalam mobil mengikuti telunjuk Dilara. Dan ....
Tempat persinggahan yang tadi dilihat Bobby menghilang. Mobil-mobil dan para pengunjung pun ikut raib. Warung makan, mini market, tempat ibadah yang tadi terlihat rame berubah menjadi bangunan kosong yang rusak parah terbengkalai seperti habis terbakar. Di depan bangunan itu berjejer rapi pemakaman.
"Pah, kok bisa kita ada di kuburan?" Zehan bergidik.
"Ada yang gak beres," Bobby menstarter mobil dan segera meninggalkan tempat pemakaman umum.
"Eeeiiiittt, mau ke mana? Mampir dulu yuuukkkk, Ha, ha, ha," Dilara memegang pundak Bobby.
Mobil Bobby mendadak mati. Bobby terus menyalakan starter.
"Antar aku pulang! Antar aku pulang!" Dilara terus saja berteriak.
"Aku ingin pulang! Aku ingin pulaaaaaang!" Dilara mengamuk, Dilara memukul punggung Bobby, mencakar lengan Salma, memukul-mukul Salman yang duduk di sampingnya.
"Dila kesurupan, Om Bobby, ayo tinggalkan tempat ini," ucap Dira.
Bobby mencoba menghidupkan kembali mobilnya. Dira dari arah belakang mencoba berkomunikasi dengan makhluk yang merasuki Dilara. Makhluk yang ada di dalam tubuh Dilara meminta mereka mengantarkannya pulang ke rumah.
Bobby berhasil menyalakan starter mobil dan Bobby memilih meninggalkan tempat itu daripada mengantarkan makhluk itu ke tempat asalnya yang mungkin saja itu hanyalah tipuan dari si makhluk. Bobby terus saja melajukan mobilnya.
"Pah, i ... itu di sebelah Papah," telunjuk Zehan mengarah ke samping kanan Bobby.
Bobby dan semua yang ada di mobil mengikuti arahan telunjuk Zehan. Ternyata sosok wanita berambut panjang, berbaju putih sedang menempelkan kedua tangannya di kaca mobil Bobby. Wanita itu melototkan kedua matanya ke arah Bobby.
Bobby semakin memperdalam pegal gas. Bobby meliuk-liukkan jalan mobilnya. Tapi sosok itu tetap menempel di kaca mobil Bobby. Bobby juga sengaja menabrakkan kuntilanak itu ke pohon besar di sisi kanan jalan. Tapi kuntilanak tetap menempel tidak mau lepas dari mobil Bobby.
"Kembalikan anakku! Kembalikan anakku!" dengan suara berat kuntilanak itu berteriak.
"Huaaaaaaa, aku ingin pulaaaaaang!" Dilara juga berteriak.
Dilara memukul-mukul jendela mobil. Beberapa kali kepala Dilara terbentur.
"Om, mungkin itu Ibunya, gimana ini Om?" Salman sambil memegangi Dilara yang terus saja mencoba untuk membuka pintu mobil.
Bobby tetap melarikan mobilnya. Dilara semakin histeris berteriak memanggil sosok wanita yang terus saja menempel di mobil mereka. Dan kali ini tidak hanya wanita itu saja yang mengikuti mobil mereka. Ternyata di samping Dira juga ada makhluk yang duduk menyerupai guling putih berwajah penuh belatung tajam menyorot Dira.
Bobby juga melihat itu di balik kaca spion. Dan Bobby juga melihat sosok anak kecil duduk di atas pangkuan Zehan. Anak kecil itu terus menjilati keringat Zehan yang tidak menyadari kehadirannya.
Bobby melihat di depan jalan ada sebuah masjid yang kebetulan mengadakan pengajian. Bobby masuk ke dalam halaman masjid yang luas. Bobby membunyikan panjang klakson mobilnya berharap orang-orang yang ada di masjid keluar dan menolong mereka. Dan benar, orang-orang yang ada di dalam masjid berhamburan keluar, mereka keluar melihat apa yang terjadi. Bobby memarkirkan mobilnya.
Terlihat jema'ah pria dan wanita menunjuk ke samping, ke atas mobil Bobby. Tidak hanya di dalam, ternyata di atas mobil Bobby banyak ditumpangi makhluk-makhluk astral. Sepanjang perjalanan Bobby sudah merasakan keanehan pada mobilnya yang sangat berat berlari.
Makhluk astral itu bukannya takut. Mereka semua seperti menantang para jema'ah masjid. Dari dalam masjid keluar seorang pria yang terlihat lebih tua dari jema'ah masjid. Beliau berdiri di depan mobil Bobby, dan membacakan doa dalam hati.
Kuntilanak, pocong, tuyul dan makhluk astral yang lain tertawa melihat ustaz. Mereka seolah mengejeknya. Makhluk-makhluk itu keluar dari mobil Bobby dan menyerang ustaz. Jema'ah masjid sebagian berlarian dan sebagian dari mereka membantu pak ustaz mengusir setan.
Tidak sedikit dari jema'ah wanita kesurupan. Situasi semakin tidak terkendali. Bobby, Zehan, Dira, Salman dan Salma mengejar Dilara yang berlari keluar dari mobil. Dilara tidak suka tempat itu.
"Aku ingin pulaaaaaang! Aku ingin pulaaaaaaang!" Dilara melayang-layang di udara.
Dilara jauh meninggalkan masjid. Dilara tidak terkejar. Dilara kini berada di dalam hutan. Dilara tertawa cekikikan.
"Akhirnya, aku hidup kembali," Dilara mengangkat kedua tangan dan memutar-mutar badannya.
Dilara kembali melayang-layang di udara. Dilara duduk di atas pohon besar. Dari atas sana Dilara melihat keributan masih terjadi di area Masjid. Dilara terbahak-bahak sambil mengayunkan kakinya. Dan Dilara mendadak diam, kuntilanak yang selama ini menjaganya berhasil diamankan ustaz. Setan-setan yang tadi bergentayangan pun menghilang.
"Keluar dari tubuh Dilara! Apa kamu ingin bernasib sama dengan mereka?"
Di bawah pohon besar, Dilara melihat wanita cantik menengah menatapnya.
"Siapa kamu?" tanya Dilara.
"Aku Ibu dari gadis itu. Kembalikan anakku!" kata Clara yang sekarang berada di dalam tubuh Ellie.
"Aku ingin hidup, sama sepertimu."
"Kita tidak sama. Kembalilah ke asalmu," bujuk lembut Clara.
"Izinkan aku walau sekejap menikmati dunia. Aku janji setelah itu aku akan pergi," pinta Dilara.
"Aku tidak percaya,"
"Aku janji. Biarkan aku pinjam tubuhnya sampai besok malam," Dilara perlahan turun melayang ke bawah pohon menyatukan kedua telapak tangannya ke arah Clara.
"Baiklah, hanya sampai besok malam,"
"Terima kasih, terima kasih," gadis setan itu akhirnya meninggalkan hutan dan kembali menuju masjid mencari Dira dan teman-temannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...