Santi sigadis kecil yang tidak menyangka akan menjadi PSK di masa remajanya. Menjadi seorang wanita yang dipandang hina. Semua itu ia lakukan demi ego dan keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Santi terbangun, jam menunjukkan pukul 5 pagi, itu artinya satu jam lagi mereka akan sampai di kota Pegangsaan.
Santi menyibakkan gorden jendela bus, langit gelap kebiru-biruan terpampang nyata di sana. Santi membuka jendela kaca itu dengan cara di dorong, agar udara pagi yang segar berhasil memasukkan ke dalam. Terkena angin pagi membuat adik-adiknya ikut terbangun.
"Sudah jam berapa kak?" tanya Riski.
"Jam lima," ujar Santi.
"Kakak tau dari mana ini jam lima?"
"Tadi kakak sempet melirik layar hp penumpang lain," ujar Santi.
Ternyata ia tadi sempat menyibakkan gorden pembatas antara mereka dengan penumpang lainnya, dan melihat sekelilingnya. Setelah itu ia kembali menutup gorden. Ia merasa tidak nyaman jika dilihatin oleh orang.
“Ohhh begitu toh mbak.”
“Ini masih lama enggak nyampeknya mbak?” tanya Ridho sambil menguap.
“Kalau menguap mulutnya ditutup,” Santi memperingatkan Ridho.
“Heheheh lupa mbak, oh ya masih lama nih mbak sampainya?"
"Sebentar lagi kita akan sampai, palingan satu jam lagi."
Bus berhenti tepat di stasiun bus Cendrawasih yang ada di kota Pegangsaan. Ibu kota provinsi ini begitu besar dan megah, gedung-gedung pencakar langit, membuat stasiun bus yang sudah besar ini seperti tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan gedung pencakar langit itu.
Jalanan ramai kendaraan, seperti tiada cela untuk pejalan kaki menyebrang jalan.
Barang-barang milik Santi sudah di turunkan, Santi tidak tahu hendak ke mana. Yang pasti ia selalu menggenggam tangan adik-adiknya.
“Ki, pegang tangan Ridho dan Ujang!” Perintah Santi, ia sendiri memegang tangan Sisil dan Lili.
“Aman mbak.”
"Sekarang kita ke mana mbak?" tanya Riski.
Santi terdiam, kemudian ia bertanya kepada orang yang ada di sekitaran staisun.
“Maaf Bu, mau numpang tanya," ujar Santi hati-hati
"Iya, nanya apa dik?" ujar ibu itu ramah.
Dari perawakannya Santi dapat menebak bahwa ibu ini adalah orang baik.
"Saya dan adik-adik saya mau pergi ke Jakarta Bu, akan tetapi saya tidak tahu bus mana yang tujuannya ke Jakarta. Kira-kira ibu tahu tidak bus yang mana yang tujuannya ke Jakarta?"
“Ohhh ke jakarta ya, naik bus Rajawali saja dik, ada di jalan Ki hajar Dewantara.”
"Kalau ke stasiun Bus Rajawali, bisa naik apa saja Bu?"
"Adik mau ke situ?" tanya ibu itu ramah.
Santi mengangguk, “iya Bu.”
“Ya sudah, tunggu saya berhentiin angkot yang tujuannya lewat dari bus Rajawali.”
“Terima kasih banyak Bu.”
Ibu itu sangat baik mau membantu Santi, tidak lama kemudian angkutan datang.
“Pak, adik-adik ini mau ke terminal Rajawali bisa rajawali, nanti turunin di sana ya pak.”
“Baik bu.”
“Ya sudah kalian naik saja dik,” perintah ibu itu kepada Santi, Santi pun menyuruh adik-adiknya untuk naik terlebih dahulu, setelah ia pamitan kepada si ibu baik itu samvilsalaman mencium tangan ibu itu, tidak ia mengucapkan terimakasih kembali. Setelah satu puluh menit berad di dalam angkot akhirnya Meraka pun spai di status rajawali. Mereka laselain karena jarak staisu cendrawasih ke rajawali yang jauh, tetapi juga karena dimana mana macet dan ada lampu merah. Setelah itumereka semua turun, ongkos mereka berenam hanya 80 ribu.
Adik adiknya celingak celinguk kebinguan melihat status itu yang begitu besar, ini adalah terminal terbesar di kota ini.
“Mbak mau pipis” ujar lili kecil, dan Sisil pula, Ujang pula,dan yah mereka semua ingin ke kamar mandi.
“Santi pun mengajak adik adikyabuntuk berjalan mencari kamar mandi di sekitaran terimanal ini.
“Misi pak,mau tanya kamar mandi di sebelah mana ya?” Tanya Santi kepada seorang laki laki paruh baya
“Ohhh di sana” tunjukkan laki laki itu ke arah tolute
Benar saja dari kejauhan dapat mereka lihat ada tulisannya tie
Terima pak, ucap Santi mereka pun langsung ke sana
Di tolute terminal, semuanya menyelesaikan urusannya masing masing setelah itu, Santi meminta kelima adik adiknya untuk menunggu disuruh tempat yang tidak jauh dari toilet, sedangkan dia hendak pergi ke lote untuk memesan tiket
“Ki, ridho, jaga adik adik, mbak mau pergi pesan tiket, kalian jangan ke mana mana” pesannya, kedua adiknya itu mengangguk. Santi pun berjalan cepat mencari loket bus. Setelah mencari cari akhirnya ia sampai ke pada sebuah pos yang bertuliskan loket.
“Kalau mau pesan tiket ke jakarta di sini?”
“Ya, berapa orang dik” tanya petugas tiket
“Enam orang pak”
“Satu tiket harganya 300 ratus ribu, “, Sinta menghitung bahwa untuk beli tiket saja ia butuh sat juta delapan ratus, belum makan dan minum kepala nyamupai musing.
“Totalnya 1.8 ratus dik, ucap penjaga toket seraya memberikan enak tiket kepada xsajti. Santi pun merogoh kantongnya, kemudian ia pergi dengan membawa tiket itu. Setelah itu, Ia menghampiri adik adiknya. Keita akan ke Jakarta besok jam 8 pagi, sekarang kita cari p3nginapa dulu, ajak Sinta, mereka bisa saja langsung melanjutkan perjalanan tapi ia khawatir kalau adiknya akan sakit karena kelelahan. Santi dan kelima adiknya berjalan mencari penginapan dengkt terminal, dan ada sebuah penginapan indekos. Santi membaca spanduknya di sana tertera harga harga kamarnya, satu kamar ada yang bisa menampung satu orang, dua orang, tiga orang, dan maksimal empat orang, ia melihat adik adiknya mereka ada berenam. Tapi harga kamar itu menurut Santi murah. Untuk yang muat empat orang hanya dua tau lima puluh ribu satu malam.
“Mbak kita menginap di sini?” tanya Riski.
Santi mengangguk dan masuk ke dalam bersama dengan enam adik adoknya.
Mbak mau pesan kamar
Iya dik, mau pesan kamar yang mana tanya resepsi ramah
Yang 250 untuk 4 orang mabk, tapis Aya mau minta tolong mbak kamar itu diai enam orang sebab sayapunya lima adik mbak rayu Santi
Matabresepriosini itu beralih dari Santi kepada mata mata polos adik adik Santi yang berdiri di samping dan belakang Santi.
Salah satu resepsionis lainnya berbisik kepada resepsionis satu. Setelah mereka berembuk, mereka pun memperbolehkan Santi dan kelima adik ya untuk satu kamar
Di kamar itu adik adiknya dan Santi merebahkan tubuh. Santi menyuruh Riski dan ridho dan Ujang untuk mandi terlebih dahulu, setelah itu maka gilirannya Sisil dan lili. Setelah mereka smeuamandi, perut mereka terasa keringna ,ini sudah jam delapan pagi dan mereka belum sarapan
Santi memutuskan untuk keluar dan membeli makanan.
Santi benar benar senang, melihat ia bisa berkumpul besarama adik adiknya dan mereka nyaman, Santi merasa bangga kepada dirinya sendiri, sebab anak yang tidak pernah ke mana mana, tibatibabisa bepergian jauh denganebawa lima orang adiknya.