"Aku memacari Echa, hanya karena dia mirip denganmu. Aku gak akan bisa melupakanmu Inayah. Jadi dengarkan aku, pasti... pasti aku akan memutuskan Echa apabila kamu mau kembali padaku!" Terdengar lamat-lamat pertengkaran Catur dengan mantan kekasihnya yang bernama Inayah dihalaman belakang sekolah.
Bagai dihantam ribuan batu, bagai ditusuk ribuan pisau. Sakit, nyeri, ngilu dan segala macam perasaan kecewa melemaskan semua otot tubuhnya. Echa terjatuh, tertunduk dengan berderai air mata.
"Jadi selama hampir setahun ini aku hanya sebagai pelampiasan." monolog gadis itu yang tak lain adalah Echa sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih Tentang Erik
Setibanya dari luar kota, kedatangan Erik sudah ditunggu oleh Bella. Dimana Bella menanti jawaban tentang perjodohan yang diajukan orang tuanya waktu itu. Sangat tidak sabaran, malah tampak seperti seorang gadis yang mengejar tanpa malu. Dan ini justru membuat Erik muak.
Duduk disamping kedua orang tuanya, Bella berhadapan dengan Erik beserta Abah dan Umi nya juga. Ruang tamu sederhana milik keluarga Erik menjadi saksi betapa ngototnya seorang Bella.
"Erik kamu mau kan menikah denganku?" Kata Bella. Kalimat yang seharusnya diucapkan seorang pria tapi ini justru terdengar dari suara wanita.
"Maaf Bella, aku masih belum memikirkan tentang menikah untuk saat ini." Jawab Erik yang memang pada dasarnya memiliki jiwa tidak enakan. Tidak ingin menyinggung perasaan orang lain. Dan sifat inilah yang suatu hari menjadi bumerang untuk Erik sendiri.
"Baiklah aku akan tetap menunggu kamu siap. Sementara kita pacaran dulu ya," Kata Bella yang gigih memaksa memiliki Erik.
"Sekali lagi, aku minta maaf ya Bella dan bapak, Ibu. Saya masih ingin sendiri dan belum memikirkan sebuah hubungan. Baik itu pacaran ataupun menikah." Lama-lama dongkol juga Erik jadinya.
"Saya selaku orang tua Erik pun ingin mengucapkan maaf. Kalau keputusan yang Erik buat tidak sesuai harapan Bella dan orang tua. Mohon pengertiannya." Timpal abah dengan nada sedikit merendah.
"Ya udah gak apa-apa, tapi ingat Erik kamu itu milikku. Jangan berani menjalin hubungan dengan wanita manapun selain aku." Keras kepala Bella bikin jengah Erik dan orang tuanya.
"Kalau gitu kami pamit pulang dulu." Ucap pak Ali kemudian.
Sungguh pertemuan yang sangat membuat Erik dan keluarga harus ekstra menahan sabar dan terus beristigfar.
"Abah Umi, Erik sampai kapanpun tidak ingin menerima Bella menjadi pendamping hidup." ucap Erik pelan tapi tersirat ketegasan didalamnya.
"Iya gak apa Erik, Umi pun kurang suka dengan karakter Bella." Jawaban Umi seolah air dingin yang bisa meredam panas hati karena dongkol.
"Apakah kamu sudah mempunyai pandangan terhadap seorang gadis?" Tanya Abah yang diangguki Umi ingin tahu juga sebenarnya siapa tambatan hati sang putra.
"Insya Alloh ada Bah, tapi sebelumya apakah Abah berserta Umi mempunyai syarat khusus untuk seorang mantu," jawab Erik sambil tersipu malu.
"Alhamdulillah kalau sudah ada. Kami tidak mengajukan syarat khusus. Yang paling utama itu seiman dan dia tidak lupa akan ibadahnya. Dari keluarga manapun tidak masalah." Imbuh Umi Henny.
"Kalau iman, Erik yakin dia seiman. Tapi yang lainnya Erik belum tahu. Kami baru saja berkenalan tanpa sengaja beberapa hari yang lalu Abah, Umi." Jawab Erik sambil menunduk malu.
"Masya Alloh, ternyata anak Abah telah jatuh cinta pada pandangan pertama. Jadi penasaran seperti apa pilihan putra semata wayang Abah ini." Ungkap abah merasa terharu.
Pernah merasa takut anaknya tidak normal. Karena selama remaja sampai beranjak dewasa, si putra belum pernah sekalipun dekat dengan seorang wanita. Apalagi jika sudah berkumpul keluarga besar. Pasti pembahasan tidak lepas dari kapan Erik bawa gandengan. Dan abah harus terus mencari alasan untuk menjawabnya. Sedangkan Erik selalu pergi menghindar karena tidak nyaman jika para sepupunya sudah mececar dengan pertanyaan yang sama. Kali ini ucapan syukur terpanjatkan dari abah dan umi melihat binar bahagia sang putra.
Hari ini adalah hari super sibuk bagi seorang gadis. Membawa beberapa kardus dan juga koper besar, gadis itu menuju terminal bus. Beberapa jam kemudian, tibalah gadis itu ke tempat tujuan. Dengan dibantu tukang becak, dia memindahkan semua barangnya kedalam rumah.
Setelah memberi ongkos, gadis itu langsung bebenah. Hanya sebentar istirahat minum es tanpa makan, dia lanjutkan kegiatan beres-beres rumah.
"Alhamdulillah, akhirnya selesai juga. Capek banget tiduran sebentar ah." Kata Echa si gadis itu, dan tak berselang lama dia sudah berada dialam mimpi.
Tanpa terasa sore pun tiba, Echa bangun dari tidurnya langsung mandi dan sholat Ashar. Hari ini dia berencana untuk pergi ke pasar membeli beberapa sayur dan aneka bumbu dapur. Karena perlengkapan memasak nya sudah ada. Tapi karena belum punya lemari pendingin, Echa akan belanja yang tahan lama saja. Untuk ikan bisa on the spot saat mau masak saja. Toh jarak antara rumah kos dengan pasar hanya beberapa meter saja.
Berbelanja termasuk healing yang unik, terbukti beban pikiran menguap begitu saja saat terjadi adegan tawar menawar. Penjual mempertahankan dagangannya supaya mendapat harga terbaik sesuai barangnya. Sedangkan pembeli ingin harga super murah tapi dengan barang berkwalitas bagus. Sampai ketemu kesepakatan terjadilah akad jual beli. (Bukan akad nikah lho ya).
Setelahnya, Echa mampir beli makan di warung pecel lele yang pernah dibelinya hari itu. Karena jika harus memasak dulu, sudah pasti butuh waktu sedangkan saat ini Echa sudah merasa sangat kelaparan. Tidak butuh waktu lama setelah pesanan dibungkus, Echa ingin segera sampai di rumah.
Singkat waktu, matahari sudah berada pada peraduan malam. Seandainya ada teman ngobrol suasana pasti tidak sesepi ini. Jadi kangen keluarga di kampung. Tapi belum waktunya Echa pulang, biar terkumpul dulu uang yang banyak. Jadi, ketika waktunya mudik bisa memberikannya pada Ibu.
Sekedar mengisi waktu luang, Echa berencana ke Indo april dekat rumah. Berbelanja kebutuhan khusus wanita, memang saat ini belum akan dipakai. Tapi kalau menunggu mendesak baru beli, akan repot sendiri. Apalagi kalau bukan si roti jepang yang ada sayapnya. Ketika sedang antri di depan kasir, tanpa sengaja Echa bertemu dengan Erik yang terlihat membawa keranjang belanja juga. Dan isi belanjaannya tidak jauh dari minuman kaleng.
Tapi ternyata Erik tidak belanja sendirian, ada seorang perempuan cantik dan sexy yang terlihat bersamanya. Jika dilihat dari kejauhan mereka adalah sepasang kekasih. Dimana tangan gadis itu bergelayut manja dilengan Erik. Yang tidak terlihat oleh penglihatan orang lain adalah wajah merah padam Erik sedang menahan amarah. Dia yang biasanya bersikap sopan dan menghargai orang lain, kali ini berada dalam titik kemarahan yang tak tertahan. Erik sudah berusaha berulang kali melepas tangan Bella, benar perempuan itu lah yang kemarin ke rumahnya. Tapi selalu saja kembali menempel dilengannya. Tanpa rasa malu sedikitpun.
"Bagaimana jika ada yang melihat ini." Gelisah Erik.
Dan tanpa disengaja mata Erik beradu pandang dengan mata Echa yang menatap datar.
"Astaga, pasti Echa salah paham." Gumam Erik semakin merasa tidak tenang.
Dengan kuat Erik melepaskan tangan Bella, sehingga membuatnya terpelanting jatuh ke lantai. Ini pertama kalinya seorang Erik berbuat kasar apalagi terhadap kaum Hawa. Kemarahan Erik sudah diubun-ubun.
Setelah selesai membayar barang belanjaan, Echa langsung berlalu pergi. Dan itu membuat Erik semakin yakin jika Echa sudah salah paham terhadapnya. Mereka memang tidak memiliki hubungan apapun. Tapi bagi Echa yang sudah pernah tersakiti, sudah mantap untuk menghindari Erik. Baginya, Erik adalah pria dengan mulut manis tapi beracun.
Bukan bermaksud baper atau kegeeran, tapi Echa tahu apa yang sedang dipikirkan Erik saat beberapa kali bertemu. Ada tatapan berbeda yang terlihat saat mata Erik memandangnya. Tapi hari ini, Echa sudah membuktikan sendiri. Jika Erik seperti pria kebanyakan yang suka main hati. Dengan memanfaatkan ketampanannya, Dia menjerat banyak gadis masuk kedalam perangkapnya.
Sedangkan Erik langsung pergi meninggalkan Bella yang masih kesakitan tanpa rasa iba. Dia sungguh merasa hari ini adalah hari tersial dalam hidupnya. Baru juga ingin berjuang tapi sudah mendapati kesalahpahaman yang fatal. Jika dia tau disini juga ada Echa, pasti dia akan menghindar dari Bella. Inilah kelemahan terbesar Erik rasa tidak enakan yang akhirnya menjadi malapetaka.
.
.
.
.
.
.
.
.
Alhamdulillah, update lagi.
Bolehkah minta bantuan like, komen dan share cerita ini karena Othor daftarkan ke lomba. Sebenarnya Othor tidak berharap banyak bisa menang. Tapi setidaknya Othor sudah berusaha semaksimal mungkin. Karena Othor sadar diri jika diri ini masih pemula.
Terima kasih.
By : Erchapram