Terlahir dengan tubuh fisik yang sangat lemah, Satria selalu di intimidasi oleh orang-orang sekitarnya. Namun kebangkitan kekuatan merubah segalanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Simpatict, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Satria sedang berada di danau untuk menunggu kedatangan Mimi. Sambil memandang air danau yang tidak pernah surut meskipun sedang kemarau panjang.
"Hai Satria,apa kamu sudah menunggu lama?," tanya Mimi ketika tiba di danau.
Satria menoleh,melihat Mimi yang kali ini tampil sangat berbeda. "Belum terlalu lama sih,tapi kenapa kamu mengenakan gaun,bukankah kita akan berlatih?."
Mimi tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Tidak,aku ingin duduk denganmu saja disini," jawabnya.
Satria sedikit mengernyit heran,tapi masih membiarkan Mimi duduk di sebelahnya. "Kalau tidak berlatih,lebih baik kita memancing saja,daripada hanya duduk diam." Kata Satria sambil menghilang dan dalam beberapa detik kemudian,muncul kembali dengan dua alat pancing.
"Kamu bisa berteleportasi dari sini ke rumahmu?." Tanya Mimi dengan sedikit terkejut.
"Apa kamu tidak bisa,itu adalah hal yang mudah kan?."
"Energi ku tidak cukup untuk berteleportasi sejauh itu," jawab Mimi.
"Mungkin karena rumahku lebih dekat,jadi bisa,ayo memancing saja," ajak Satria.
Keduanya memancing dengan gembira,sambil ngobrol dan bercanda,tanpa terasa hari mendekati pagi.
"Kamu harus segera berangkat kan,nanti di cari oleh orang tuamu," ucap Satria.
Mimi mengangguk dan bangkit dari duduknya. "Aku ingin mengatakan sesuatu."
"Ada apa lagi,kan kita sudah berbicara semalaman." Ucap Satria sembari berdiri.
Mimi menatap Satria dalam-dalam,perlahan ia menitikkan air mata. "Aku menyukaimu." Ucapnya sambil memeluk Satria. "Aku benar-benar tidak ingin berpisah denganmu, hari-hariku bersamamu adalah hari terindah bagiku selama ini," lanjut Mimi.
Satria terdiam membisu,tidak tahu apa yang harus dilakukan. "Mimi, kenapa baru mengatakannya sekarang?."
"Aku tidak berani mengatakannya,tapi setelah kita akan berpisah,hatiku benar-benar merasakan sakit,aku sangat takut jika kamu akan melupakan aku." jawab Mimi.
Satria mengelus rambut Mimi. "Kita akan bertemu lagi suatu saat nanti,jadi pergilah dengan tenang,jangankan hanya kota Lore,di dimensi lain pun,bisa bertemu."
Mimi mengangguk dan melepaskan pelukannya. "Aku pergi dulu,jika kita bertemu lagi,aku pasti akan sangat bahagia,namun apabila tidak,jangan pernah lupakan aku."
Mimi berbalik pergi dengan mata berkaca-kaca. Sesekali menoleh melihat Satria yang masih tetap berdiri.
Lambat laun Mimi semakin menjauh. Setelah Mimi benar-benar tidak terlihat,Satria berteleportasi kembali ke rumahnya.
"Kenapa putraku begitu murung, bukankah kamu semalaman bersama Mimi?." Tanya Shinta ketika melihat Satria yang kehilangan semangatnya.
"Iya Bu, awalnya biasa saja,tapi setelah Mimi mengatakan jika ia menyukaiku,rasanya sangat berat saat melihatnya menjauh." Jawab Satria sambil menundukkan kepalanya.
Shinta tersenyum,mendekat dan mengelus rambut putranya. "Putra ibu sedang jatuh cinta rupanya,jangan khawatir,jika kamu sudah sangat kuat,kamu bisa menyusulnya di lain waktu."
Satria memeluk ibunya dengan erat. "Tidak ibu,aku ingin selalu bersamamu,aku tidak ingin pergi ke manapun tanpa ibu."
"Putraku,jika ingin mengejar sesuatu,kamu harus bersungguh-sungguh,jangan pernah menyerah di tengah jalan,karena kita tidak pernah tahu,jika tujuan sebenarnya hanya tinggal selangkah lagi," ucap Shinta.
Satria melepaskan pelukannya dan berbalik. "Ibuku tersayang, meskipun demikian,hidup harus sesuai kenyataan,Mimi akan pergi ke kota,banyak orang yang lebih baik dariku, suatu saat nanti,dia akan menemukan cinta sejatinya,biarkan aku menenangkan diriku." Kata Satria sambil berjalan menuju kamarnya.
Shinta hanya geleng-geleng,melihat Satria yang keras kepala. "Kak Liana,Putramu tidak lemah sama sekali,jika kamu masih hidup dan bersama dengan anakmu,pasti sangat bangga padanya," batinnya.
Beberapa saat kemudian, siluet tubuh transparan muncul di hadapan Shinta.
"Nona muda,anda sudah berada di tempat ini untuk jangka waktu yang lama, saatnya untuk anda kembali," kata bayangan tersebut.
"Beri saya waktu sedikit lebih lama,setelah Satria tumbuh dewasa,saya akan kembali," jawab Shinta.
"Baiklah nona,saya akan tetap menunggu anda,tapi jika anda ditemukan oleh keluarga anda,saya tidak dapat membantu lebih banyak lagi." Ucap bayangan tersebut dan langsung menghilang.
Shinta menghela nafas panjang, kemudian menghilangkan selubung perisai yang menutupi sekitarnya. "Sebaiknya aku memasak makanan terlebih dahulu."
.......
Di tempat yang sangat indah,dengan bunga bermekaran di sekitarnya, Satria berkeliling mencari jalan kembali. "Tempat apa ini,kenapa tidak ada jalan lain sama sekali?," batinnya.
Setelah sekian lama berjalan, Satria hanya berputar-putar di tempat yang sama, kemanapun Satria melangkah,ia akan kembali ke tempat semula. Karena itu,Satria hanya duduk diam.
Pintu diketuk. "Putraku,ibu sudah memasak untukmu,ayo makan dulu." Kata Shinta dari luar pintu.
Satria membuka mata. "Jadi tadi hanya mimpi?,siapa wanita itu,kenapa dia mengenaliku sebagai anaknya," batinnya.
Tanpa memikirkannya, Satria bangkit dan keluar dari kamarnya. "Masak apa Bu?," ucapnya.
"Ibu masak daging rusa kesukaanmu,ayo buruan,nanti keburu dingin," ajak Shinta.
Satria makan bersama ibunya dan kemudian pergi untuk menjalankan tugas patroli harian, bersama dengan yang lainnya.
Di hutan sekitar desa Kiwa, Satria,Bayu,Luna dan Ani sudah berkumpul.
"Satria,apa kamu tidak bersedih karena kepergian Mimi?," tanya Bayu.
"Sedikit, tapi suatu saat nanti bisa bertemu kembali,jika takdir mempertemukan," jawab Satria.
"Kita juga suatu saat akan pergi dari desa ini,untuk mencari pengalaman yang lebih baik,juga mencari pemuda yang tampan," sela Ani.
"Bu dokter yang satu ini memang khayalannya setinggi puluhan juta kilometer," ejek Luna.
"Apa aku kurang tampan dan gagah berani?," ucap Bayu.
"Kamu cukup tampan,tapi jika dibandingkan dengan Satria,rasanya seperti cahaya dan kulit mati," ejek Ani.
Bayu menatap Ani dengan rasa ketidakpercayaan. "Kamu begitu tega, membandingkan cahaya dengan kulit pucat," keluh Bayu.
Semuanya tertawa bersama, Satria pun terhibur dengan gurauan teman-temannya.
Patroli cukup lancar hingga sore hari,tapi sebelum semua orang kembali, tiba-tiba datang seseorang yang akan menyerang Satria,dari arah belakang dengan sangat cepat.
"Satria,awas dibelakang mu!." Teriak Luna,tapi sudah terlambat.
Satria sudah terpental jauh dan menabrak pohon. "Sial,aku terlalu mengandalkan Luna,hingga tidak mengaktifkan pemindaian spiritual," gumam Satria.
Bayu dan lainnya segera bersiap untuk menghadapi sesosok orang bertopeng tersebut,tapi ia hanya mengejar Satria yang baru saja bangkit dan berdiri. Bayu mengejar sosok tersebut namun kalah cepat,Luna menggunakan pedang terbang untuk menyerang,juga dapat dihindari dengan mudah.
Satria mengeluarkan pedangnya dan bertarung dengan sosok tersebut secara imbang, permainan pedang keduanya sama-sama kuat.
"Kamu memang hebat dalam permainan pedang,tapi untuk melawanku,masih jauh dari cukup." Kata sosok tersebut kemudian mempercepat tekniknya.
Karena hal itu,Satria akhirnya kualahan. "Jika hanya mengandalkan teleportasi,aku akan dikalahkan dalam beberapa menit," batin Satria.
Adu pedang terus terjadi,setiap Satria berpindah posisi,orang tersebut akan mencapainya dalam sekejap,terlihat seperti menggunakan teleportasi juga.
Bayu dan Luna melihat pertarungan Satria dan bersiap untuk mencari celah agar dapat membantu. "Bayu,kamu bersiap untuk melemparkan pedang ke posisi teleportasi Satria yang ke tiga,di sisi kanan kita,dia sudah membuat pola perpindahan,agar aku dapat menghitungnya."
Bayu segera bersiap untuk melemparkan pedangnya dengan sekuat tenaga, hanya menunggu arahan Luna.
"Lempar!," perintah Luna.
Pedang yang dilemparkan oleh Bayu,melesat dengan sangat cepat,secara bersamaan Satria dan orang tersebut berpindah ke posisi dimana pedang melesat, akhirnya mengenai orang tersebut tepat di dadanya.
Setelah si penyerang tumbang, Satria menoleh ke arah Luna dan Bayu sambil mengacungkan jempol.
Ani bergegas ke tempat Satria dan mengobati luka sayatan di punggungnya.
"Lukamu parah sekali,tapi masih bisa bertarung dengan orang itu dan mengimbangi," kata Ani.
"Sebagai seorang kesatria, luka seperti ini harus ditahan,jika tidak kuat menahannya, untuk apa bertarung,lebih baik dirumah saja atau bertani," gurau Satria.
"Tubuh fisikmu sangat kuat,jika orang itu menyerangku,mungkin aku sudah terbagi menjadi dua," kata Bayu.
"Maafkan aku,aku terlambat memperingatkan jika ada orang yang akan menyerang." Ucap Luna sambil menundukkan kepalanya.
"Itu bukan salahmu,orang itu menggunakan kecepatan suara,jadi sangat tidak mungkin bersiap,hanya dalam waktu sesingkat itu," sanggah Satria.
"Aku akan melaporkan kepada petugas keamanan desa,setelah penyelidikan,aku akan memberi tahu padamu," kata Luna.
.......