Lusiana harus mengorbankan dirinya sendiri, gadis 19 tahun itu harus menjadi penebus hutang bagi kakaknya yang terlilit investasi bodong. Virgo Domanik, seorang CEO yang terobsesi dengan wajah Lusiana yang mirip dengan almarhum istrinya.
Obsesi yang berlebihan, membuat Virgo menciptakan neraka bagi gadis bernama Lusiana. Apa itu benar-benar cinta atau hanya sekedar obsesi gila sang CEO?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketahuan
Lusi sudah masuk kandang singa, Virgo menuntut dia untuk melayani lelaki tersebut. Dengan semua kemewahan yang Virgo tawarkan. Meksipun sedikit terluka oleh sikap lelaki tersebut, pada akhirnya Lusi menerima. Dia memang dari kalangan rendah, mungkin bagi Virgo, dirinya memang pantas dipandang sebelah mata dan sangat rendahan sekali.
***
Hari pertama menempati rumah baru, beberapa paket telah berdatangan. Banyak sekali barang-barang baru yang dikirimkan ke kediaman kedua Virgo tersebut. Beberapa mobil box khusus mengirimkan pesanan Virgo. Lelaki itu juga masih di sana, padahal masih banyak pekerjaan di kantor. Bahkan Reva juga terus mencari nya. Virgo lebih memilih untuk tetap di rumah barunya bersama Lusi hari itu.
Sikapnya masih dingin, tegas dan terkesan angkuh. Dia beberapa kali memberikan perintah pada pengantar barang untuk meletakkan sesuai keinginannya. Rumah kedua ini akan sering Virgo tempati, maka dari itu, dia menatap rumah tersebut sesuai yang dia mau. Kalau diserahkan pada Lusi, wanita itu tidak tahu mode. Tidak tahu desain dan style.
Melihat pakaiannya saja tidak fashionable, maka hal pertama yang Virgo lakukan malam berikutnya adalah membawa Lusi pergi ke sebuah mall. Dua hari menjadi pasangan suami istri, ini adalah kali pertama Virgo membawa Lusi keluar bersama Tirta ke sebuah pusat perbelanjaan.
Virgo jalan duluan, diikuti Lusi yang jalan di belakang sambil mengendong Tirta, sudah mirip bos membawa jalan-jalan artnya. Ini karena pakaian keduanya sangat kontras. Yang satu begitu rapi dan wangi, satunya terlalu sederhana dan pakaian sama sekali tak bermerk.
___________________
Pria yang selalu wangi, parlente, necis, gagah dan tampan itu langsung masuk sebuah toko brand ternama. Tanpa menoleh ke belakang, dia langsung mengambil beberapa pakaian yang tergantung di etalase. Mengambil tanpa peduli akan harganya.
"Saya mau ini, dan yang ini!" Virgo mengambil barang-barang itu.
"Baik, Pak." Pegawai Gussi tersebut langsung mengambil pakaian yang dibawa Virgo. Dia terus berjalan mengikuti Virgo, sambil membawakan barang-barang belanjaan lelaki tersebut.
"Ambilkan saya ukuran S. Ini terlalu besar," kata Virgo saat menoleh ke belakang. Lusi berdiri jauh di pintu masuk, sampai membuat Virgo kesal. Dilihatnya ukuran Lusi dari jauh. Badannya kerempeng, akan sulit mencarinya model baju. Karena pasti kelihatan sangat kurus.
"Lusi! Masuk!" perintah Virgo saat melihat Lusi cuma diam saja.
Melihat itu, satu pegawai langsung menghampiri Lusi. Ia membawa Lusi pergi ke dalam.
"Silahkan, mbak babysitter nya ya? Silahkan tunggu sambil duduk di sini. Pasti capek gendong anak majikan ya mbak." Pegawai itu tersenyum ramah. Dengan wajah tanpa dosa, karena sudah menilai orang cuma dari penampilan saja. Andai dia tahu, kalau Lusi bukan art, mungkin dia akan iri melihatnya.
Lusi sendiri langsung menatap ke bawah, melihat celana serta gendongan yang dia pakai. Kemudian tersenyum kecut dalam hati. Ya, dia dan Virgo memang tak cocok disandingkan. Mereka bagai bumi dah langit, jangan jauh sekali. Laki-laki itu terlihat mahal, sedang Lusi, dia memang cocok jadi art atau babysitter Tirta.
Pantas orang lain kalau mengira dia babysitter anak Virgo. Lusi kala itu hanya senyum tipis. Kemudian Virgo menghampiri mereka. Pakaian yang dia kenakan, ditambah tidak pandai berdandan, mungkin membuat Lusi kelihatan udik.
"Carikan pakaian lain yang cocok untuk perempuan ini. Tolong rekomendasikan untuk pakain sehari-hari. Saya mau beberapa." Virgo berbicara pada pelayan yang tadi.
Pegawai toko tersebut tertegun. Lumayan kaget, babysitter saja dikasih baju branded. Apa tidak salah? Apalagi bajunya tidak murah, harganya jutaan, ada yang puluhan juta juga. Kenapa babysitter saja dibelikan baju mahal-mahal?
"Baik, Pak. Akan saya pilihkan." Pelayan lalu pergi, tentunya dengan perasaan yang penuh tanya tanya. Dicampur penasaran yang akut, sebab merasa tak percaya. Baju-baju mahal itu untuk perempuan yang biasa-biasa saja tersebut.
....
Beberapa saat kemudian. Waktunya untuk membayar. Virgo langsung menghampiri kasir, di sebelahnya ada Lusi yang masih menggendong Tirta.
"Berapa?" tanya Virgo.
"Total 248. 700. 000," ucap kasir yang menghitung total belanjaan Virgo. Cuma baju beberapa lembar saja. Tapi harganya lumayan mahal. Membuat Lusi kaget. Karena jumlahnya tak masuk di akal.
Lusi kaget tentunya, dia langsung menatap mbak-mbak kasir. "Tidak ada diskon?" celetuk Lusi reflek.
Virgo dan mbak kasir saling menatap.
"Maaf, Mbak ... tidak ada."
Gara-gara pertanyaan Lusi, Virgo langsung badmood. Dia pun menenteng dua paper bag, sisanya dibawa Lusi sambil gendong Tirta.
Mereka keluar sambil dilihat oleh beberapa pegawai toko tersebut.
"Lain kali, kalau jalan dengan saya, jangan norak! Kamu membuat saya malu!"
Lusi langsung diam. Uang segitu banyaknya kalau dibawa ke tanah abang bisa dapat berbal-balan. Jiwa kismin Lusi meronta, padahal dia kini jadi istri orang kaya, meksipun cuma istri siri.
Keluar dari toko Gussi. Mereka kemudian ke toko lain. Virgo merasa terganggu dengan tas selempang Lusi. Ia pun melihat toko brand Kremes. Virgo langsung masuk begitu saja, meninggalkan Lusi di belakang. Virgo sibuk memilih mana yang cocok, karena seleranya pasti bagus. Sementara Lusi baru mulai masuk.
Melihat Virgo sedang memilih, Lusi berdiri tak jauh dari sana. Tangannya iseng melihat prince tag yang tersemat di tas di depannya kala itu. Lumayan ngeri melihat harganya.
Ia sampai memegangi tengkuknya, heran. Apa bagusnya tas kulit buaya ini? Kenapa harganya sampai ratusan juta.
"Ambil ini, ini terlihat cocok kau pakai!" Virgo langsung mengulurkan satu tas mini. Sepertinya hanya muat satu Hp dan dompet kecil.
Lusi pun mengambil tas itu, cukup menelan ludah saat tahu harganya.
"Saya tidak cocok pakai ini, ini terlalu kecil," alasan Lusi karena terlalu mahal.
"Ini cocok! Kamu tidak tahu gaya!" celetuk Virgo langsung menyerahkan tas itu dengan kasar.
Dari luar toko, Reva sedang menelpon seseorang, dia terkekeh di telepon, kemudian melihat ke dalam toko dari kaca transparan.
"Mas Virgo ... Untuk apa dia di sini?" Reva langsung menyimpan ponsel dalam tas. Ia pun bergegas masuk.
Saat Reva mulai dekat, saat itu pula Virgo sedang mengambil sebuah dompet. Dan langsung diberikan pada Lusi.
"Pakai ini!" kata Virgo.
Lusi menggeleng.
"Dompetmu sudah jelek!" hina Virgo.
Lusi pun menerima dompet itu. Dia buka sambil mengendong Tirta tentunya, tapi anaknya malah rewel. Virgo bisa melihat kalau Lusi pasti kecapekan gendong Tirta dari tadi. Sisi kemanusiaan lelaki itu pun muncul.
"Aku gendong sini," kata Virgo langsung mengambil Tirta dari Lusi.
Reva jelas curiga, apalagi saat diperhatikan, wajah wanita itu sedikit familiar. Wajah versi buluk Reva.
"Apa-apaan ini. Siapa dia," gumam Reva langsung menghampiri keduanya.
"MAS!"
terimakasih juga kak sept 😇