Novel ini adalah sekuel dari Novel pertama ku yang berjudul Suami Penyembuh Luka.
Dimas yang akhirnya merelakan wanita yang sangat di cintainya menerima tawaran Ibunya untuk menikah lagi dengan wanita yang sudah di pilihkan untuknya.
Adalah Kasih Permata, seorang gadis yang ceria yang sedikit centil. Kasih yang awalnya menolak pun akhirnya menerima tawaran untuk menikah dengan laki-laki yang sejak awal sudah menyatakan tidak akan pernah memberikan dirinya pada Kasih.
Mampukah Kasih membalut luka yang masih basah di hati Dimas. bagaimana Kasih melindungi keluarga kecilnya saat keluarga mantan Istri Dimas ingin membalas dendam pada Dimas.
Bagaimana juga jika mantan istri Dimas kembali datang dan mengusik rumah tangganya?
Apakah ketulusan Kasih bisa menggerakkan hati Dimas dan membuka hatinya menerima kehadiran Kasih...?
Happy reading ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Dimas merasa telah menemukan kembali sesuatu yang hilang dalam dirinya beberapa tahun ini. Setelah benar-benar membuka hati dan menjadikan Kasih sebagai istrinya, Dimas merasa sesuatu yang telah hilang sekian lama akhirnya kembali.
"Terima kasih," ujar Dimas mencium lembut kening istrinya.
"Sekarang Kak Dimas hanya milikku," Kasih membelai wajah suaminya, menelusuri setiap jengkal wajah yang sekarang terlihat lebih hangat dan teduh itu. Sekali lagi Dimas mencium keningnya.
"Aku mau ke kamar mandi," Kasih berdiri, tapi dia kembali duduk saat bagian bawahnya terasa nyeri.
"Ada apa?" tanya Dimas yang juga ikut bangun.
"Tidak apa-apa," jawab Kasih. Dimas lalu berdiri dan menggendong istrinya masuk ke kamar mandi
Di dalam kamar mandi, Dimas memandikan Kasih. Dia menggosok seluruh tubuh istrinya sambil sesekali menciuminya.
"Kak Dimas, geli," ujar Kasih saat Dimas mencium dadanya.
"Sepertinya aku akan ketagihan menciumi mu." Dimas kembali menciumi tubuh Kasih di bawah shower yang mengalir hangat.
"Sayang," bisik Dimas membuat bulu kudung Kasih berdiri.
"Ayo melakukannya sekali lagi." Kelopak mata Kasih membesar. Dia masih merasakan sakit di bagian intinya dan suaminya itu masih mau melakukannya lagi. Tapi Kasih tidak memungkiri kalau rasanya sangat luar biasa
"Sakit," ujar Kasih manja. Dimas lalu menunduk, membuka lebar paha Kasih dan melihat di bagian mana Kasih merasa sakit.
"Kak Dimas," ujar Kasih malu-malu saat Dimas melihat bagian bawahnya.
"Aahh," suara desahan lolos begitu saja saat Dimas mencoba mengobati dengan caranya.
"Aahhh,"
"Masih sakit?" Kasih menggeleng.
"Enak?" tanya Dimas masih berada di antara paha istrinya. Kasih mengangguk malu.
Dimas melanjutkan kegiatannya, hingga cairan yang Kasih keluarkan di telannya seiring desahan panjang Kasih.
"Sudah tidak sakit lagi kan?" Kasih mengangguk malu lalu Dimas pun kembali menyatukan tubuh mereka.
Mereka keluar dari ruang ganti setelah hampir satu jam berada di dalam kamar mandi. Kasih seperti tidak mau melepaskan diri dari pelukan suaminya. Dia sangat bahagia akhirnya bisa memiliki Dimas seutuhnya.
Suara ketukan pintu terdengar, Dimas membuka pintu dan melihat Bik Nurmi ada di depan pintu.
"Pak sudah waktunya makan malam," Dimas berbalik dan melihat jam ternyata sudah hampir jam delapan malam. Ternyata cukup lama dia dan Kasih bercinta.
Dimas hanya mengangguk saja, Bik Nurmi kemudian turun kembali ke dapur.
"Kasih, ayo turun makan," Dimas mengulurkan tangannya Kasih langsung menyambut uluran tangan Dimas.
Mereka turun sambil bergandengan tangan. Muli yang melihatnya pun tersenyum lega apalagi melihat ada yang lain dengan raut wajah Kasih yang kelihatan lebih bersinar.
"Sepertinya sebentar lagi Aurel akan punya adik," bisik Muli kepada Bik Nurmi.
"Iya, Pak Dimas sudah pulang sejak sore. Mereka berada di dalam kamar berdua sejak sore."
Pandangan Aurel pun juga tidak luput dari orangtuanya. Seutas senyum terbit wajahnya. Meskipun hatinya terluka karena tidak di ijinkan bertemu dengan Ibu kandungnya, tapi Aurel turut bahagia akhirnya Kasih bisa menaklukkan Papanya yang dingin itu.
"Sayang," Kasih menyapa Aurel terlebih dahulu. Gadis itu tersenyum padanya seolah bisa merasakan kebahagiaan ibu sambungnya.
Makan malam yang terasa berbeda dari biasanya, Dimas tidak lagi dengan wajah dingin dan datarnya. Dia terlihat lebih bercahaya dengan wajah yang teduh dan sesekali menampakkan senyum.
Muli bernafas lega, meski tidak tahu bagaimana perasaan Dimas yang sebenarnya tapi setidaknya dia sudah membuka hatinya dan menerima Kasih seutuhnya.
"Makan yang banyak." Ujar Muli sumringah.
Hubungan Kasih dan Dimas semakin Hari semakin terlihat mesra, Dimas tidak lagi canggung memanggil Kasih dengan panggilan sayang. Dan sudah menjadi kebiasaan barunya mengecup kening istrinya setiap kali bertemu.
Seperti sore ini saat pulang kerja, Kasih sudah menunggunya di teras. Dimas keluar mobil dengan senyum yang merekah melihat istrinya sudah menunggunya.
"Kau menungguku?" tanya Dimas mengecup kening istrinya. Kasih mengangguk manja. Mereka masuk ke dalam rumah sambil bergandengan tangan. Pemandangan yang membuat orang-orang yang melihatnya pun menjadi bahagia.
"Monika datang lagi tadi,"mereka sudah berada di dalam kamar. Meski Kasih tidak mengatakannya, Dimas sudah tahu kalau Monika sering datang dan melihat Aurel dari jauh.
Bukan tidak berani menemuinya, hanya saja Monika tidak ingin membuat Dimas semakin. Marah dan semakin menjauhkannya dari putrinya
"Apa Kak Dimas masih belum bisa memaafkannya?" Kasih membantu Dimas melepaskan jas dan juga kemejanya sambil mengelus lembut.
Dimas belum bisa menjawabnya. Tapi sejak sore itu, sejak dia dan Kasih pertama kali menyatu rasa benci di dalam hatinya mulai berguguran. Dia tidak lagi menggebu-gebu jika mengingat masa lalu dan bagian terpentingnya, Dimas perlahan-lahan memberikan kepada Kasih sebuah tempat yang dulunya di huni wanita lain di dalam hatinya.
"Hanya bertemu saja kan, jika hanya bertemu saja aku akan mengijinkannya. Tapi jika ingin membawanya tentu aku tidak akan membiarkannya."
Kasih tersenyum lebar lalu mencium bibir suaminya. Saat kasih ingin menarik bibirnya Dimas langsung merangkulnya hingga dia tidak bisa melepaskan diri.
"Hanya seperti itu saja. Aku sudah mengijinkan Aurel bertemu dengan Monika dan aku hanya mendapatkan sebuah kecupan."
Kasih tersenyum malu-malu karena tahu apa yang Dimas inginkan.
"Kak Dimas, ini masih sore," ujarnya sambil bersandar di dada suaminya manja.
"Memangnya apa yang kau pikirkan," Dimas mencubit hidungnya. Kasih mendongak dan Dimas langsung melahap bibir Kasih yang sudah menjadi candunya.
"Aku hanya ingin mencium bibir mu saja, nanti malam baru aku mencium seluruh tubuhmu,"
"Kak Dimas."
Dimas tertawa kecil dan sekali lagi mengecup bibir Kasih sebelum membersihkan dirinya di kamar mandi.
"Kau tidak mau menemaniku mandi?" Dimas menarik turunkan alisnya menggoda Kasih.
"Aku mau menemani Aurel belajar." Kasih sudah memutar badannya dan akan kaluar dari kamar. Tapi Dimas dengan langkah cepat menggendongnya masuk ke dalam kamar mandi.
"Kak Dimas..." teriak Kasih.
"Temani aku mandi."
Hal yang baru dalam hidup Dimas dan Kasih, bercinta dan saling memberi kenikmatan. meski Dimas seorang duda, tapi dia hanya pernah melakukan hubungan badan dengan Monika sekali, itupun dengan bantuan obat. setelah itu dia tidak pernah menyentuh Monika.
Sekarang Dimas melakukan nya dengan Kasih, dalam keadaaan sepenuhnya sadar dan tanpa obat atau paksaan.
Rasanya begitu nikmat hingga membuatnya ingin merasakan ya lagi dan lagi.
Sama halnya dengan Kasih, wanita itu dengan berani memberikan dirinya pada laki-laki yang separuh hatinya masih dimiliki wanita lain. Tapi Kasih terus berusaha hingga akhirnya dia mampu merobohkan dinding yang Dimas bangun di antara mereka.
Suara desahan Kasih kembali terdengar memenuhi kamar mandi yang kedap suara. Sekarang Kasih juga sudah mulai piawai dalam memberi kenikmatan untuk suaminya dengan melakukan hal yang sama seperti yang Dimas lakukan pada bagian paling sensitifnya.
jgn tunggu diancam...
jgn serakah atau monika akan menyesal seumur hidupnya....