Hasna Sandika Rayadinata mahasiswa 22 tahun tingkat akhir yang tengah berjuang menyelesaikan skripsinya harus dihadapkan dengan dosen pembimbing yang terkenal sulit dihadapi. Radian Nareen Dwilaga seorang dosen muda 29 tahun yang tampan namun terkenal killer lah yang menjadi pembimbing skripsi dari Hasna.
" Jangan harap kamu bisa menyelesaikan skripsi mu tepat waktu jika kau tidak melakukan dengan baik."
" Aku akan membuat mu jatuh hati padaku agar skripsi ku segera selesai."
Keinginan Hasna untuk segera menyelesaikan skripsi tepat waktu membuatnya menyusun rencana untuk mengambil hati sang dosen killer. Bukan tanpa alasan ia ingin segera lulus, semua itu karena dia ingin segera pergi dari rumah yang bukan lagi surga baginya dan lebih terasa seperti neraka.
Akankan Hasna berhasil menggambil hati sang dosen killer?
Atau malah Hansa yang terpaut hatinya terlebih dulu oleh sang dosen?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MHDK 12. Pemberian Irene
Pagi harinya Hasna terbangun namun sudah tidak menemukan Radi di sana. Hasna berusaha mencari Radi ke dapur dan kamar mandi luar, tapi memang Radi sudah tidak ada.
" Mungkin dia sudah pulang."
Ada sedikit rasa kecewa di hatinya. Namun dengan segera ia kembali ke kamar untuk mandi dan berganti pakaian lalu melanjutkan bab 2 skripsinya. Target nya hari ini dia sudah selesai, sehingga besok saat kuisioner nya selesai diisi dia bisa langsung mengerjakannya.
" Baiklah, mari mandi dan kembali berperang."
Hasna menaikkan kedua tangannya ke atas. Ternyata hal tersebut tidak lepas dari tangkapan mata Radi. Ya, pria itu melihat semua aktivitas Hasna melalui kamera pengawas cctv. Awalnya Radi tidak berpikir ke arah itu, yakni untuk memantau apa yang dilakukan oleh Hasna. Namun setelah ada orang tak dikenal di luar pintu apartemen nya Radi menjadi khawatir tantang Hasna. Pria itu pun akhirnya menjadi sering melihat Hasna melalui kamera pengawas yang ada di dalam apartemennya.
" Haish ... Mengapa aku jadi sering memperhatikan anak ini."
Radi mematikan layar tablet nya dan kembali memeriksa hasil tugas para mahasiswanya. Ya, pagi pagi sekali Radi sudah berada di kampus tepatnya di ruangannya.
Selain terkenal killer, Radi memanglah dosen yang begitu disiplin. Dia selalu datang lebih pagi dari pada yang lain.
Tok ... Tok ... Tok ...
Radi sedikit terkejut saat pintu ruangannya di ketuk. Pasalnya saat datang ke kampus belum ada dosen lain yang datang selain dirinya.
" Ya ... Masuk "
" Selamat pagi pak."
" Eh ... Bu Irene. Selamat pagi, saya pikir siapa. Ada apa ya."
" Begini pak, saya ingin minta bantuan Pak Radi untuk menggantikan saya di jam pertama perkuliahan. Saya mendadak ada keperluan."
Radi terdiam sejenak, ia mengingat pagi ini memang dia tidak ada jam mengajar. Ia akan memulai jam mengajarnya sekitar pukul 10.00 nanti.
" Baiklah bu, apakah ada hal yang perlu saya sampaikan kepada mahasiswa bu Irene?"
" Tidak ada pak."
" Baiklah kalau begitu."
Wanita yang bernama Irene itu mengucapkan terimakasih lalu segera pergi dari ruangan Radi. Seorang dosen muda juga yang cantik dan ramah. Dia menjadi salah satu idola para mahasiswa, namun siapa sangka dia menaruh hati kepada sang dosen killer bin dingin itu.
" Huft ... Kapan kamu akan sadar Rad bahwa aku sangat menyukai mu. Tapi tumben dia sedikit banyak bicara tadi. Biasa dia hanya akan menjawab ya, tidak, baik, dan lain sejenisnya."
Irene membuang nafasnya kasar dan bergumam pelan selama berjalan menjauh dari ruangan Radi.
Radi pun menaruh kembali kertas kertas tugas milik mahasiswanya dan kemudian berdiri hendak menuju kelas milik rekanannya. Namun sebelum itu ia kembali membuka tablet nya untuk melihat keadaan Hasna.
Radi membelalakkan matanya saat Hasna terlihat di cctv hanya menggunakan hotpant dan tank top wajah Radi memanas seketika. Ia pun segera mematikan tablet nya itu.
" Astagfirullaah ... Gadis itu. Huft ... Kalau begini terus aku bisa kena serangan jantung."
Radi meletakkan kembali tablet nya ke dalam laci mejanya dan pergi keluar menuju ke kelas Irene. Beberapa orang yang berpapasan dengan Radi sedikit mengerutkan alisnya melihat wajah Radi yang begitu merah. Namun tidak ada yang berani bertanya padanya.
" Pak Radi ... Sakit?"
" Tidak pak Aryo. Saya baik baik saja."
" Tapi kenapa wajahmu merah sekali."
" Ayaaaaah, aku nggak pa pa. Udah ya, aku mau ke kelas."
Radi berlalu meninggalkan sang ayah yang sedikit kebingungan dengan tingkah aneh sang anak.
Dari sekian banyak yang melihat wajah kemerahan Radi hanya Aryo lah yang berani bertanya. Tentu saja karena Aryo adalah tahta tertinggi di Universitas itu. Dia lah pemiliknya, semua menaruh hormat kepada Aryo dan juga kepada Radi.
Namun meskipun Radi adalah putra Aryo, untuk menjadi salah satu dosen di sana Radi pun mengikuti serangkaian tes dan seleksi. Sehingga diterimanya Radi menjadi dosen bukan karena dia adalah anak pemilik universitas. Hal tersebut dibuktikan dengan banyak prestasi yang diraihnya.
🍀🍀🍀
Tibalah Radi di depan kelas Irene, sebelum masuk ia menormalkan dulu debaran jantungnya karena ulah Hasna.
" Selamat pagi semuanya."
" Pagi pak."
Semua terkejut melihat kedatangan Radi ke kelas mereka pasalnya hari ini adalah mata kuliah milik Irene dan Radi sama sekali tidak mengajar mereka di semester ini. Para mahasiswa tampak kecewa namun tidak dengan para mahasiswi. Mereka terlihat senang melihat dosen tampan itu mengajar di kelas mereka.
" Hari ini saya akan menggantikan Bu Irene untuk menyampaikan mata kuliah beliau. Pagi ini tiba-tiba Bu Irene izin karena ada keperluan. Baiklah tidak usah ribut dan ramai sekarang kalian buka materi selanjutnya."
2 jam perkuliahan terlewati dengan lancar. Meskipun kabar yang beredar mengenai ke killer an Radi sudah menjalar ke seantero kampus, namun memang kualitas mengajarnya tidak main main.
Semua mahasiswa puas dengan materi yang disampaikan Radi. Beberapa di antara mereka malah membandingkan dengan cara mengajar Irene.
" Meskipun Pak Radi itu Killer tapi aku senang kalau yang ngajar dia."
" Iya menurutku lebih mudah dipahami."
" Bu Irene bagus sih tapi lebih kena Pak Radi."
Bukan hanya mahasiswa perempuan saja yang mengatakan seperti itu tapi beberapa mahasiswa laki-laki pun mengakui bahwa cara mengajar hati memang bagus dan mudah dipahami. Mereka bahkan berharap bahwa mata kuliah kali ini bisa diajar oleh Radi selamanya.
Radi Kembali menuju ke ruangannya namun di depan ruangannya sudah ada Irene yang berdiri di sana.
" Pak Radi ini untuk bapak sebagi ucapan terima kasih saya telah menggantikan saya untuk mengajar di kelas."
" Waduh Bu tidak usah repot-repot. Saya menggantikan ibu dengan ikhlas kok."
" Saya juga ikhlas memberikan ini kepada Pak Radi. Mohon diterima ya."
Radi sesaat terdiam, menimbang apakah dia akan menerima pemberian Irene atau tidak. Namun seketika ingatannya tertuju kepada Hasna. Akhirnya ia pun menerima pemberian dari rekan dosennya tersebut. Tapi bukan untuknya melainkan nanti dia akan memberikannya kepada Hasna.
" Baiklah Bu Irene terima kasih atas pemberiannya."
" Sama-sama Pak Radi."
Irene membalikan tubuhnya dengan tersenyum, dia merasa senang pemberiannya diterima oleh Radi.
" Tampaknya Pak Radi sudah mau membuka hatinya, aku akan lebih berusaha untuk bisa mendapatkan hati Pak Radi."
Mungkin jika tahu apa yang dipikirkan Radi Irene akan kecewa dan bahkan akan urung untuk memberi kue tersebut kepada Radi. Pasalnya Radi malah begitu tidak sabar untuk memberikan kue tersebut kepada Hasna. Ia bahkan kembali menyalakan tabletnya dan memeriksa keadaan Hasna kembali.
" Syukurlah tidak terjadi apa apa terhadap gadis itu. Di depan pintu juga tidak ada orang yang mencurigakan lagi."
TBC
itu adik iparnya Radian
astaga😭🤣🤣
sama Priska. Reni sudah 18 tahun
sedangkan mamanya Hasna meninggal saat Hasna masih awal mulai kuliah.
Yudi kurang asam