Setelah terbangun dari mimpi buruk di mana ia dibunuh oleh pria yang diam-diam ia kagumi, Ellison, Queen merasa dunianya berubah selamanya.
Sejak hari itu, Queen memutuskan untuk tidak lagi terlibat dalam kehidupan Ellison. Dia berhenti mengejar cintanya, bahkan saat Ellison dikelilingi oleh gadis-gadis lain. Setiap kali bertemu Queen akan menghindar- rasa takutnya pada Ellison yang dingin dan kejam masih segar dalam ingatan.
Namun, segalanya berubah saat ketika keluarganya memaksa mereka. Kini, Queen harus menghadapi ketakutannya, hidup dalam bayang-bayang pria yang pernah menghancurkannya dalam mimpinya.
Bisakah Queen menemukan keberanian untuk melawan takdirnya? Mampukah dia membatalkan pertunangan ini atau takdir memiliki rencana lain untuknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ladies_kocak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Sinar pagi baru saja merekah ketika Queen dengan suara rengekannya yang khas berhasil membujuk Renata untuk mengantarnya ke sekolah.
Renata, meskipun sedikit keberatan, akhirnya mengalah demi melihat senyuman kepuasan di wajah Queen yang masih dalam pemulihan.
Queen meraih hoddie yang tersampir dan segera memakainya bersama masker untuk menutupi luka yang masih memerah di wajahnya akibat cakarnya sendiri.
Pintu mobil tiba-tiba terbuka dan Nathan berdiri di sana dengan senyum lebarnya. "Selamat datang kembali, Tuan Putri," sapa Nathan penuh gaya.
Queen, meski senyumnya tersembunyi di balik masker, merasa hangat melihat sepupunya yang perhatian ini.
"Dadah, Rena," ucap Queen sambil melambaikan tangan kepada Renata yang tersenyum dari balik kemudi.
Saat berjalan memasuki gerbang sekolah, banyak mata terarah kepadanya. Sudah dua hari Queen absen, dan kini penampilannya dengan hoddie dan masker menjadi perbincangan.
Queen merasakan tatapan tidak nyaman dari para siswa, yang membuatnya segera menundukkan kepala. Apa ini masalahnya dengan Rhea, tempo hari. Tapi bukan dia pelakunya. Namun melihat respon mereka tersenyum kepadanya, membuat Queen bingung. Biasanya mereka melihatnya dengan tatapan sinis.
Nathan, yang mengerti apa yang dirasakan sepupunya, menggamit bahu Queen dengan lembut, lalu berbisik di telinga kiri gadis itu,
"Jangan pedulikan mereka."
Di sisi lain, seorang pemuda berbaju seragam sekolah berdiri di jendela kaca, mengamat-amati ke bawah tempat Queen berada. Tangannya santai dalam saku celana, dia terlihat menikmati pemandangan kesayangannya—Queen.
Di sebelah pemuda tersebut, Dion yang agak bingung bertanya, "Lo gak cemburu lihat Nathan rangkul Uin?"
Dengan senyum yang menenangkan, Ellison menjawab tanpa rasa cemburu, "Gak, gue bukan tipe yang posesif. Lagian, Nathan itu sepupunya."
Dengan tawa kecil, Dion menggoda, "Sampai kapan sih, Bos? Lo terus ngamatin dia dari jauh, kenapa gak bilang saja kalau lo udah tahu?"
Ellison hanya terkekeh ringan, "Belum saatnya," katanya seraya menatap tajam ke jauh, "Gue masih harus siap-siap menghadapi musuh yang ingin mengeksploitasi kelemahan gue."
"Lagian Uin tampak masih takut sama kita. Kita buat dia tenang dulu dekat dengan kita, jangan setiap ketemu kita, dia selalu lari ketakutan," lanjutnya.
Di ruangan itu, suasana tegang melayang tak menentu. Deon dengan ekspresi penuh tanya melontarkan kekhawatirannya.
"Bagaimana dengan Nathan? lo enggak khawatir dia dekat sama Uin, padahal kita tahu siapa dia sebenarnya," ucapnya, rasa penasaran terbaca jelas.
Ellison hanya tersenyum misterius, seolah memiliki jawaban yang tidak terduga. Dia beranjak perlahan, duduk di sebelah Geo, matanya berbinar-binar.
"Gue yang membawa Nathan ke sini," sahutnya, suara rendah namun penuh keyakinan.
Dion, masih tidak puas, mengernyitkan keningnya, mencari jawaban yang lebih jelas. " Kok bisa?" tanyanya, tidak mengerti.
Ellison menoleh pada Dion dengan tatapan datar, lalu terkekeh pelan. "Gio enggak beri tahu kalian?" tanyanya, seraya berpaling menatap Gio yang tenggelam dalam dunia digitalnya.
Mereka bertiga sontak memalingkan kepala ke arah Gio, alis masih menyatu dalam kebingungan.
Gio, merasakan tatapan itu, segera tersenyum lebar, menunjukkan giginya yang putih berkilau.
"Maaf,belum sempat bicara. Belakangan ini banyak masalah," ucap Gio seraya tertawa ringan.
Ellison bersandar pada sofa, rileks tapi penuh otoritas. "Waktu itu, Gio teramat penasaran sama Nathan, sampai-sampai dia gunakan keahliannya untuk meretas identitasnya," terangnya, seolah menyimpulkan semuanya dalam satu nafas.
Gio menggangguk setuju, " Gue juga penasaran,disaat boss lihat nathan bersama Uin ia biasa aja padahal nathan itukan cucu dari keluarga yang sangat benci Uin. Dari situ gue ngumpulin keberanian tanya ke boss"
" Lalu siapa sebenarnya nathan?" Tanya sean.
Ellison menarik nafas lalu menghembus pelan," Dia yang akan menjadi kandidat baru geng kita,"
Sean melebarkan matanya, " Maksud lo dia akan menjadi ketua the devil junior tingkat 3,gitu?"
Ellison mengangguk membenarkan pertanyaan Sean. " Dia yang datang sendiri ke gue dan bersumpah didepan gue akan jaga Uin. Dan masalah pertukaran pelajar, itu hanya sebagai alasan, " Jelas Ellison.
" Dia tau siapa sebenarnya Uin?"Tanya Sean lagi.
Ellison mengeleng, "Gue aja gak tau apalagi dia," ujarnya sembari tersenyum kecut.
Geo menutup buku lalu memandang kearah Ellison, "Kalo suatu saat dia tak sesuai yang kita pikir, Apa ia akan membahayakan Uin?"
" Gue rasa gak mungkin,,,,kalo itu terjadi gue orang pertama yang akan musnahin tuh orang karena berani nyentuh milik gue" Ucap Ellison dengan tersenyum miring.
" Boss" Panggil sean tanpa melihat kearah Ellison, " Nanti malam ada balapan mobil, mereka nantang lo sebagai BIG BOSS the devil? "Ujar Sean kini memandang Ellison, dia ingin melihat ekspresi ketuanya namun yang ia lihat cuma datar.
Ellison meneguk air,"Gue gak berminat," Jawabnya santai. "Mereka hanya penasaran sama gue, balapan itu hanya sebagai alasan semata, kalo mood gue nanti baik gue bakal ladenin mereka"
Mereka mengangguk mendengar keputusan boss mereka.
Deon terkekeh, " Anak-anak dari the devil aja gak tau siapa BIG BOSS mereka, apalagi orang luar ingin ngungkapin identitas boss, cuma mimpi"
Gio menutup laptop lalu bertanya,"Nathan tau lo big bos?"
Kekepoan Gio muncul membuat Ellison terkekeh pelan, " Ia gak tau, gau kenalin diri sebagai orang yang dekat dengan kalian"
Tok tok tok tok
Suara ketukan menghentikan percakapan mereka, "Masuk"Teriak Sean dari dalam.
Muncullah seorang gadis berkacamata bulat dibalik pintu, dia menunduk kebawah tak berani memandang lima pasang mata elang.
" Kak Sean...banyak anak-anak yang telat, mr. Memanggilmu menghadapi mereka,"Ujar gadis itu takut.
Sean mengangguk pelan "Baik, gue nyusul" Namun gadis itu belum juara bergerak untuk kembali.
Dion berinisiatif bertanya, " Ada lagi?"
Gadis itu mengangguk pelan,"Kak Rhea diluar ingin bertemu dengan kalian,"
seru cerita nya🙏
GK jd mewek UIN🤭
ko ada aja yg GK suka