"Kak Zavin kenapa menciumku?"
"Kamu lupa, kalau kamu bukan adik kandungku, Viola."
Zavin dan Viola dipertemukan dalam kasus penculikan saat Zavin berusia 9 tahun dan Viola berusia 5 tahun. Hingga akhirnya Viola menjadi adik angkat Zavin.
Setelah 15 tahun berlalu, tak disangka Zavin jatuh cinta pada Viola. Dia sangat posesif dan berusaha menjauhkan Viola dari pacar toxic-nya. Namun, hubungan keduanya semakin renggang setelah Viola menemukan ayah kandungnya.
Apakah akhirnya Zavin bisa mendapatkan cinta Viola dan mengubah status mereka dari kakak-adik menjadi suami-istri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
Zavin hanya menatap ponselnya yang berbunyi beberapa kali. Ada panggilan masuk dari Sagara tapi ia malas mengangkatnya.
"Kenapa bukan telepon dari Viola? Pasti sekarang dia sedang bersenang-senang di pantai. Padahal aku sudah berharap lebih karena Viola sudah bukan adikku lagi," gumam Zavin.
Sampai beberapa kali panggilan akhirnya Zavin mengangkat panggilan dari Sagara.
"Zavin, kamu ke basecamp sekarang!"
"Mau rayain ultah? Malas gak ada Viola."
"Anak-anak datang satu jam lagi. Kamu ke sana sekarang. Di sana ada Viola."
Seketika Zavin berdiri mendengar nama Viola disebut. "Viola? Dia lagi camping."
"Dia gak mungkin melewatkan ulang tahun kamu. Ke sana sekarang, dia udah nunggu. Tapi kamu pura-pura saja terkejut."
"Oke." Kemudian Zavin memutuskan panggilan itu dan memasukkan ponselnya ke salam saku. Ia segera memakai jaketnya lalu keluar dari kamarnya.
Wajah yang awalnya kusut, kini menjadi bahagia. Zavin masuk ke dalam mobilnya dan beberapa saat kemudian, mobil itu segera melaju menuju basecamp.
Beberapa saat kemudian, ia sudah sampai di basecamp itu. Ia segera keluar dan melihat lampu basecamp itu padam. Perlahan ia berjalan masuk ke dalam basecamp yang sangat gelap. Ia hampir tidak bisa melihat apapun.
"Gelap sekali." Baru beberapa langkah, sudah ada yang memeluknya erat.
Viola? Zavin semakin tersenyum. Ia menangkup kedua pipinya. "Aku sayang kamu." Kemudian ia mendekatkan wajahnya dan mencium bibir itu yang hanya samar ia lihat.
Tiba-tiba lampu menyala dan suara teriakan yang dibarengi dengan suara jatuh itu mengejutkan Zavin.
"Kak Zavin!"
Seketika Zavin mendorong seseorang yang memeluknya. "Sifa! Kenapa kamu ada di sini?"
"Aku juga sayang kamu," kata Sifa sambil tersenyum.
Viola semakin kesal. Ia berlari keluar dari basecamp itu dengan air mata yang telah membasahi pipinya. "Aku nyesel banget buat kejutan kayak gini."
"Viola!" Zavin berlari mengejar Viola. Ia menahan tangan Viola agar berhenti berlari. "Vio, semua tidak seperti yang kamu lihat."
"Semua tidak seperti yang aku lihat? Lalu apa? Sejak awal aku udah curiga dengan dia! Pasti Kak Zavin ada hubungan kan sama dia." Viola kini menatap Zavin dengan kedua mata merahnya yang penuh air mata.
"Tidak! Aku sama sekali tidak punya hubungan apapun dengan dia! Aku kira dia itu kamu makanya aku ..."
"Kak Zavin kira dia itu aku? Kak Zavin bilang cinta sama aku tapi itu bohong! Mulai sekarang jangan temui aku lagi!" Viola berusaha melepaskan tangannya tapi Zavin masih menahannya.
"Sifa! Cepat jelaskan kalau kamu tidak ada hubungan apa-apa sama aku!" teriak Zavin tapi Sifa hanya diam saja.
"Sifa, jadi ini rencana kamu!"
"Kak Zavin, cukup!" Viola masih berusaha melepas tangannya dari genggaman Zavin.
Zavin kembali menatap Viola. Tentu saja, ia tidak akan melepaskannya.
"Selamat ulang tahun, Kak." Viola menghentikan perkataannya sesaat. "Jangan pernah temui aku lagi karena aku tidak suka dibohongi apalagi dikhianati." Viola menghempas kasar tangan Zavin lalu ia segera masuk ke dalam mobil.
"Vio!"
Ryan menghalangi Zavin yang akan mengejarnya. "Jangan kejar Viola atau kamu akan berurusan dengan Pak Victor."
Tapi Zavin tak peduli dengan perkataan Ryan. Ia masuk ke dalam mobilnya lalu mengejar mobil yang tumpangi Viola.
Viola masih saja menangis di dalam mobil. Sebenarnya ia ingin percaya dengan Zavin tapi kejadian itu terjadi di depan matanya. Bagaimana ia bisa percaya?
Ryan memberikan tisu pada Viola untuk menyusut air matanya.
"Kenapa rasanya sakit sekali?" Viola mengambil tisu itu dan menyusut air matanya.
"Cinta .. itulah cinta."
"Cinta? Aku memang ingin memastikan perasaanku tapi tidak begini caranya."
Viola menoleh ke belakang dan melihat mobil Zavin yang mengikutinya. "Pak, bilang pada penjaga, mobil di belakang jangan boleh masuk."
"Baik, Nona."
Setelah mobil itu melewati gerbang utama, gerbang itu kembali ditutup dan menghalangi Zavin masuk ke dalam rumah Viola.
"Vio!!" teriak Zavin saat melihat Viola turun dari mobilnya.
Viola tak peduli dengan suara panggilan itu. Dia berjalan jenjang masuk ke dalam rumah tapi langkahnya berhenti saat ayahnya berdiri di depannya.
"Ada apa?" tanya Victor sambil menahan kedua lengan Viola.
Viola tidak berani menatap ayahnya. Ia terus membuang pandangannya.
"Kamu buat kejutan untuk Zavin kan? Zavin sudah menyakiti kamu dan membuat kamu menangis seperti ini?" Tanpa menunggu jawaban dari Viola, Victor keluar dari rumahnya dan berjalan menuju gerbang utama rumahnya dimana ada Zavin yang masih berada di sana.
"Buka gerbangnya!" perintah Victor. Ia akan mengurus Zavin sendiri karena sudah melukai hati Viola. "Kamu masih ingat apa yang aku katakan sama kamu!"
Suara tegas itu membuat nyali Zavin sedikit menciut. Ia hanya menganggukkan kepalanya. "Maaf, saya tidak bermaksud menyakiti Viola karena saya memang sudah berjanji untuk tidak menyakiti Viola. Ini hanya salah paham. Saya akan menjelaskan pada Viola. Izinkan saya bertemu Viola."
"Salah paham? Salah paham seperti apa yang membuat Viola menangis seperti itu? Aku yakin itu bukan hanya salah paham. Kamu pergi sekarang, sebelum aku melakukan kekerasan."
"Saya tetap ingin bertemu Viola." Zavin akan melangkah masuk tapi kedua petugas keamanan menahannya.
"Jangan biarkan dia masuk!" perintah Victor.
"Baik, Tuan."
Petugas keamanan itu mendorong Zavin dengan keras lalu mereka menutup pintu gebang itu.
Zavin masih berdiri di depan pintu gerbang itu. Ia menatap rumah yang mewah itu. Rasanya ia semakin sulit mengejar Viola.
"Vio, apa yang harus aku lakukan? Aku tidak bisa jauh dari kamu." Zavin masih saja berdiri di depan gerbang itu. Haruskah ia terus menunggu Viola sampai Viola mau menemuinya?
Thanks Mbak Puput
Ditunggu karya selanjutnya ❤️
perjuangan cinta mereka berbuah manis...
Semoga cepat menghasilkan ya, Zavin
semoga cepat diberi momongan ya ..
udah hak Zavin...
😆😆😆
Siapa ya yang berniat jahat ke Viola?