Seorang wanita cantik yang suka dengan kehidupan bebas hingga mendirikan geng motor sendiri. Dengan terpaksa harus masuk ke pesantren akibat pergaulannya yang bebas di ketahui oleh Abahnya yang merupakan Kyai di kompleks perumahan indah.
Di Pesantren Ta'mirul Mukminin wanita cantik ini akan memulai kehidupannya yang baru dan menemukan sosok imam untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fii Cholby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15
Fifia mengetuk-ngetukkan jemarinya di dagunya. "Sebenarnya aku memang paham hukum bacaan tajwid. Karena kakak ku yang mengajari ku. Dia lulusan pondok pesantren Roudlotut Tholibin di Jawa Tengah. Dia sering mengajari ku mendalami ilmu tajwid dan memperbaiki bacaan Al-Qur'an ku"
Nayla berdiri tegak. "Bagus itu, Mbak. Lebih baik Mbak menghafal Al-Qur'an saja. Siapa saja yang mau menghafal Al-Qur'an dan mengamalkannya. Insyaa allah hidupnya akan makmur."
"Begitu yaa?"
Nayla menganggukkan kepalanya.
"Yaa sudah, aku mau menghafal Al-Qur'an."
"Alhamdulillah.... Jadi nambah satu orang calon Hafidz Qur'an." ucap Nayla senang.
"Tapi nanti kamu temenin aku ke ndalem untuk menghadap ke Umi yaa?"
"Siap, Mbak. Tenang aja. Aku pasti akan temenin Mbak kok."
Mereka berdua pun lantas kembali membantu Yulia, Sherly dan santri-santri lain yang masih membersihkan halaman pesantren.
Tanpa Nayla dan Fifia sadari. Percakapan mereka di dengar oleh seseorang. "Alhamdulillah.... Semoga dia menjadi wanita yang tak hanya cantik parasnya namun juga cantik budi pekerti nya." ucap orang tersebut yang tak lain Ustadz Fari.
Beliau hendak membuang sampah. Namun langkahnya terhenti saat melihat dua santriwati yang tengah membuang sampah. Ia pun lantas menunggu mereka pergi dari halaman belakang. Namun tak sengaja malah mendengar percakapan mereka.
"Sepertinya Ustadzah Nurul sudah selesai bersih-bersih di ndalem. Aku ke kamar beliau sekarang saja. Keburu suaminya pergi nanti." gumam Ustadz Fari gegas pergi setelah membuang sampah.
Bagi santri Ta'mirul Mukminin yang sudah menikah. Jika ia masih ingin menetap di pesantren tersebut dan mengamalkan ilmunya. Terdapat beberapa kamar yang di khususkan untuk para Ustadz, Ustadzah yang sudah menikah.
Di halaman samping ndalem, di sanalah kamar khusus bagi Ustadz dan Ustadzah yang sudah menikah. Ada juga kamar untuk Ustadz dan Ustadzah yang belum menikah berada di halaman belakang aula.
Lalu Ustadzah Yulia kenapa tidak berada di kamar khusus Ustadzah, thor? Kenapa Ustadzah Yulia malah sekamar dengan Nayla dan Sherly?
Karena Ustadzah Yulia tidak ingin meninggalkan teman-teman sekamarnya. Maka dari itu, Ustadzah Yulia masih sekamar dengan temannya.
Tokk....
Tokk....
Tokk....
Ustadz Fari mengetuk pintu kamar Ustadzah Nurul. "Assalamu'alaikum..."
"Wa'alaikumsalam..." pintu pun terbuka menampakkan sosok lelaki tampan yang memiliki brewok tipis. Ustadz Fauzi, suami Ustadzah Nurul.
"Maaf, Ustadz kalau menganggu."
"Nggak papa. Kamu ada keperluan apa kemari, Ustadz?"
"Maaf, Ustadz. Bolehkah saya berbicara dengan istri Ustadz sebentar. Hanya membahas tentang anak muridnya saja."
Ustadz Fauzi tersenyum mengerti. "Boleh, ayoo silahkan masuk."
"Nggak perlu, Ustadz! Saya menunggu di sini saja."
"Ya sudah, aku panggilkan istri ku dulu." ucap Ustadz Fauzi
"Sayang, kemari lah. Ustadz Fari mencari mu."
Tak lama kemudian Ustadzah Nurul pun keluar.
"Maaf, Ustadz. Alangkah baiknya Ustadz berada di sini saja hingga saya selesai berbicara dengan Ustadzah Nurul." ucap Ustadz Fari cepat saat Ustadz Fadil hendak masuk.
Ustadz Fauzi tersenyum lembut. "Baiklah, saya mengerti." Ustadz Fauzi pun duduk di sebelah istrinya.
"Begini Ustadzah, tadi pagi saya tak sengaja melihat anak murid Ustadzah yang ingin bertengkar. Mereka menghadang dua santriwati yang hendak menyusul Ustadzah ke ndalem untuk bantu bersih-bersih. Kalau nggak salah santri itu namanya Ulya dan Mila"
"Kenapa mereka menghadang Fifia dan Yulia?" tanya Ustadzah Nurul heran.
"Saya juga tidak mengerti Ustadzah. Saat saya sedang bersih-bersih membantu santri-santri yang lain. Mereka berdua lah yang lebih dulu menghadang santri baru itu dan Ustadzah Yulia. Malah si Mila hendak memukul santri baru itu"
"Apa? Lalu Fifia? Apa yang terjadi dengan Fifia? Dia terluka tidak?" tanya Ustadzah Nurul khawatir.
"Ustadzah, tidak perlu khawatir. Dia baik-baik saja. Mereka hanya sempat bertengkar namun tidak sampai adu otot"
"Hahh.... Syukur alhamdulilah...." Ustadzah Nurul bernafas lega.
"Saya kemari hanya ingin menceritakan itu pada Ustadzah. Mungkin Ustadzah bisa tegur dia agar tidak mengganggu santri yang lain."
"Terima kasih, Ustadz. Sudah menceritakan ini semua. Saya akan tegur dia agar tidak mengulangi kesalahan lagi."
"Sama-sama. Kalau begitu saya permisi dulu. Terima kasih atas waktu luangnya dan maaf jika saya mengganggu waktunya." Ustadz Fari pun lantas berdiri.
"Iyaa Ustadz"
"Assalamu'alaikum...." ucap Ustadz Fari lalu pergi dari tempat tersebut.
"Wa'alaikumsalam warohmatullah wabarokatuh" ucap Ustadz Nurul dan Ustadz Fauzi bersamaan.
"Sayang, kalau begitu aku pergi mengajar dulu yaa." pamit Ustadz Fauzi.
"Iyaa, Mas. Hati-hati di jalan." ucap Ustadzah Nurul setelah mengambilkan tas kerja milik suaminya. Lantas ia mencium takzim tangan suaminya. Ustadz Fauzi balas mencium kening istrinya dengan cinta.
"Assalamu'alaikum...."
"Wa'alaikumsalam...."
oke lanjut
semangat untuk up date nya
Alhamdulillah double up date
oke lanjut thor
semangat lanjutkan Thorrrrr