Dibesarkan dari bayi, oleh seorang pemulung yang menemukannya di tumpukan sampah, dan dia dihina dengan tetangganya karena hidup miskin bersama orang yang menemukannya. dan dia juga di anggap anak haram karena mereka menganggap orang tuanya malu saat melahirkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Kubur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
...
" Jeng.." penggil bu anggun, seorang yang sedang sibuk dengan sebuah buku disofa mendongak saat bu anggun panggilnya..
" Ya Allah jeng anggun apa kabar, lama tidak kelihatan makin cantik aja." puji bu fatimah, dan pandangannya teralih menatap kiran yang cantik walaupun penampilannya lusuh dan muka agak kusam karna kurangnya perawatan, kiran tersenyum sebagai sapaan pada bu fatimah.
" ah jeng fatimah bisa aja, jeng juga makin cantik kok. oh iya jeng kenalin ini kiran." jawab bu anggun mengenalkan kiran. kiran langsung maju menyalami bu fatimah dengan takzim, sedangkan bu fatimah kaget mendengar nama kiran.
" Ya Allah apa kiran ini anak yang kamu cari selama ini jeng.?" tanya bu fatimah.. bu anggun mengangguk.
" betul sekali jeng."
" mah aku mau Sholat dulu." ucap kiran menyela karna kiran tidak bisa meninggalkan Sholat terlalu lama, bu anggun mengangguk mengerti.
" jeng izin pinjam ruangannya ya, sekalian jeng cariin mukena buat anak saya, yang nyaman dipakai disini., ada kan.?" ucap bu anggun ingin membelikan mukena untuk kiran, karna di toko bu fatimah memang menjual pakaian agamis ,dari mukena, jilbab, gamis, dan baju kokok untuk pria..
" tentu, ayo sayang tante anter ke ruangan tante, nanti tante minta pegawai tante cariin mukena buat kamu." ucap bu fatimah menggandeng tangan kiran tanpa sungkan..
kiran pun mengangguk dan mengikuti bu fatimah. bu fatimah hanya mengantar kiran sampai pintu karna didalam ruangannya toilet tidak sulit untuk dicari, dan bu fatimah memanggil pegawainya untuk mencarikan mukena yang terbaik untuk kiran..
" rosa ambilin mukena yang nyaman, dan kamu langsung antar ke ruangan saya, kasih sama anak temen saya.."ucap bu fatimah
pegawai yang bernama rosa itu tanpa bertanya lagi langsung mengambilkan mukena yang dimaksud, rosa sudah tau dimana tempatnya karna rosa adalah pegawai yang paling lama bekerja dengan bu fatimah..
sedangkan bu fatimah sendiri menghampiri bu anggun karna masih penasaran dengan kehadiran kiran, karna bu fatimah tahu jika kiran yang bu anggun bawa adalah, anak yang selama ini dicari-cari bu anggun..
" jeng gimana ceritanya bisa ketemu dengan kiran dan kapan kiran ketemu.?" tanya bu fatimah dengan antusias.
bu anggun pun menceritakan dengan secara detail tanpa ada cerita yang terlewat, dari pertemuan pertamanya tadi pagi sampai bu anggun menceritakan tentang pak perabu yang masih ragu dengan kiran..
" semoga aja kiran beneran anak yang selama ini kalian cari ya jeng, tapi kalau saya lihat dia mirip kamu muda dulu jeng, bahkan sampai sekarang pun masih sedikit mirip walaupun hanya sedikit." ucap bu fatimah setelah mendengar cerita bu anggun..
" aku juga ngerasa jika kiran memang anak kandung saya jeng, anak yang selama ini aku cari, tapi kata mas perabu ini semua juga untuk kebaikan kita semua, agar nanti tidak kecewa." jawab bu anggun.
" iya sih, bener juga kata suamimu, tapi kalau dia bukan anak kamu, apa yang akan kamu lakukan.?" tanya bu fatimah.
" entahlah jeng, saya walaupun baru pertama kali bertemu dengannya, sudah sangat sayang sama dia." bu anggun bersedih ketika bu fatimah menanyakan hal demikian.
" semoga aja dia beneran anak kandung kalian." bu fatimah mengelus punggung bu anggun untuk menenangkannya.
bu anggun dan bu fatimah adalah teman dari mereka duduk di bangku Sekolah Dasar dulu, jadi mereka sangat akrab dan bisa saling terbuka saat mengobrol..
" ayo mah aku udah selsai." ucap kiran tiba-tiba sudah ada di belakang mereka, bu anggun panik, takut jika kiran mendengar jika bu anggun sedang membawa beberapa helai rambut kiran untuk di uji DNA nya.
" kamu sudah lama disitu sayang." ucap bu anggun mendekati kiran. sedangkan bu fatimah hanya menyaksikan mereka berdua.
" baru aja mah, kenapa emang mah.?" jawab kiran.
" gak apa-apa, ya udah ayok kita belanja baju buat kamu, mamah bayar dulu mukena yang kamu pakai tadi. sebentar.." ucap bu anggun, kiran hanya mengangguk mengiyakan.
" tidak usah jeng, anggap saja itu hadiah buat kiran yang sudah kembali." bu fatimah yang mendengar jika bu anggun akan membayar pun segela menolak.
" gak bisa gitu, nanti kamu rugi dong kalau aku gak bayar.?" jawab bu anggun ingin meneluarkan Black Card dari dalam tasnya.
" tidak apa jeng, sekali - sekali." ucap bu fatimah, bu anggun pun terpaksa memasukkan kembali Blackcard miliknya kedalam tas.
" makasih ya tante, aku doain akan mendapat ganti berkali lipat." ucap kiran ikut menyahut obrolan mereka.
" Ammiinn.. terima kasih kiran doanya, doa anak Shaleha pasti di ijabah oleh Allah." bu anggun dan kiran tersenyum mendengar ucapan dari bu fatimah.
" ya udah jeng kita mau lihat-lihat dulu." pamit bu anggun. bu fatimah mengangguk sebagai jawaban, kiran juga menggangguk sebagai ucapan pamit.
" semoga kiran beneran anak yang selama ini kamu cari nggun, kamu terlihat bahagia sekali sekarang." gumam bu fatimah dalam hati dengan tetapan yang terus tertuju pada bu anggun dan kiran yang sedang mengobrol dan sesekali tertawa.
.
" sayang itu bukannya, calon mantan istri kamu ya, tapi dia sama siapa.?" ucap desi, menunjuk ke arah kiran dan bu anggun yang sedang memilah milih baju di toko brand terkenal.
putra menyipitkan mata untuk melihat kearah yang di tunjuk desi supaya lebih jelas.
putra sangat bebas pergi keluar perusahaan, selagi diperusahaan masih ada ayahnya yang masih bisa menghandel.
sedangkan pak yoga sangat sebal dengan kelakuan putra yang seenak jidadnya dalam bekerja, sangat tidak konsisten menurutnya.
" mungkin cuma mirip aja, mana mungkin orang miskin seperti kiran bisa belanja ditoko brand itu, harganya saja kan kamu pasti tau berapa untuk satu pakaian disana.?" ucap yoga yang memilih berpura pura tidak mengenali kiran.
" tapi penampilannya dan dari segi postur tubuhnya sangat mirip sama orang kampung itu." ucap desi terus menatap ke ayah kiran. sedangkan putra yakin jika itu benar kiran, tapi putra malas untuk sekedar bertemu dengan kiran, karna jijik melihatnya.
" sudah ayo katanya kamu mau beli tas, yang kata kamu keluaran terbaru." jawab putra mencoba mengalihkan pembicaraan.
" iya ayo sayang, sekalian sama sepatu baru ya." desi bergelayut manja di lengan putra, dan memancing hasrat putra dengan menempelkan asetnya yang menonjol saat ada maunya.
" sayang jangan begini, bisa-bisa aku kelepasan memakanmu disini." bisik putra ditelinga desi, bukannya berhenti desi malah asik menggoda putra.
" ya kalau mau, nanti di fitting room toko temen ku." bisik desi manja di telinga putra, membuat tubuh putra makin meremang.
" awas kamu kalau bohong."
" mana berani aku bohongin kamu."
karna sudah terpancing hasratnya putra mengikuti usulan desi.
benar jika putra dan desi memang sudah sering melakukan hubungan selayaknya suami istri bahkan mereka tidak tahu akan tempat saat mereka melakukannya,
karna putra mudah terpancing hasratnya, tapi berbeda saat dengan kiran, karna wajah kusut kiran yang membuat putra tidak nafsu, apalagi dengan penampilan lusuhn dan kampungan kiran.
Bersambung...