Juliet Laferriere, gadis muda asal Prancis yang berakhir menjadi tawanan seorang mafia asal Italia.
Bermula saat Matteo Baldovino Dicaprio, pria dari keluarga mafia dengan kekuasaan terbesar di Italia, berlibur ke kota Paris, Prancis.
Pria dengan marga 'Dicaprio' itu mengalami kecelakaan mobil saat berada di kota Lyon. Kota beribu momentum dan lampu yang menghalangi cahaya bintang. Tepat saat kecelakaan terjadi, Juliet muncul seperti malaikat dan membantu pria berdarah dingin itu keluar dari mobil yang berasap.
Namun, kebaikan yang dia lakukan untuk menyelamatkan hidup seseorang, malah berakhir menghancurkan hidupnya sendiri.
"Rantai ini untuk mengingatkanmu, bahwa kau adalah milikku."
Bagaimana cara Juliet melarikan diri dari seorang Predator gila? Lalu, apa pria itu akan luluh dan membebaskannya dari ancaman? Yuk ikuti kisah mereka, dan jangan lupa beri dukungan kalian!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elsa safitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mansion
Matteo tidak membuat tanggapan. Sesuai permintaan Juliet, dia mendekat dan mulai merasakan tubuhnya yang perlahan di bersihkan. Dari dahi sampai perut, semua luka yang di sebabkan oleh bom itu sangat gila.
"Bagaimana caramu menyusul?"
Juliet tiba-tiba bertanya. Dia memberi pertanyaan tentang bagaimana cara Matteo menyusulnya saat dia terkena bom di hutan tadi. Jikapun dia berhasil menghindar, bukankah akan sangat sulit melarikan diri dari kejaran Nikolai?
Dengan suara yang sangat pelan, pria itu menjawab. "Aku tidak tahu. Saat aku melihatmu berlari ke luar hutan, aku tidak bisa berpikir dengan jernih dan mengejarmu."
"Itu sangat gila. Kau seperti Zombie saat keluar dari mobil."
Matteo tidak lagi membuat tanggapan. Setelah semua pengobatan selesai, Juliet bangkit untuk mengembalikan kotak P3K pada pemilik penginapan.
Namun, lagi-lagi Matteo meraih tangannya. Juliet menoleh dan bertanya, "Ada apa?"
Sebagai tanggapan suam-suam atas tindakan yang dia lakukan, pria itu hanya mengerang seolah meminta bantuan untuk bangun. Juliet menyimpan kota itu di meja dan beralih untuk membantu Matteo.
"Apa yang kamu butuhkan? Aku akan mengambilkannya, tetaplah diam di kasur."
Matteo malah menertawakan usulan itu. Dia sebenarnya hanya berpura-pura, seolah dia adalah pria yang sangat lemah dan tak berdaya. Nyatanya, bahkan dengan semua luka itu dia masih bisa melawan seekor harimau.
"Aku butuh minuman."
Matteo akhirnya menjawab. Namun, jawaban itu sangat semberono dan terdengar konyol. Apa dia bahkan membutuhkan minuman saat tubuhnya tidak bisa melakukan apapun?
Alih-alih mengambilkan Matteo minuman, Juliet malah membaringkan pria itu di kasur, memakaikannya selimut dan menutup matanya.
"Tidak ada minuman untuk malam ini."
"Juliet, kau mulai berani mengaturku, ha?"
"Jika kau masih bersikeras untuk minum, aku akan pergi."
Matteo terbungkam dengan cepat. Dia tidak lagi membicarakan minuman dan berbaring dengan tenang. Sebenarnya, dia mengalami masalah tidur yang cukup parah. Apalagi di tempat seperti penginapan kecil itu.
Namun, karena Juliet mengancamnya, dia tidak punya pilihan selain mencoba tidur dengan tenang.
...***...
Keesokan harinya, setelah sarapan mereka melanjutkan perjalanan untuk pergi ke wilayah Alexander. Dia juga ingin mencari tahu, apa Alexander mengkhianatinya dengan tidak memberitahu tentang kematian Boris.
Tentang luka tembakan yang ada di perut Matteo, sebenarnya masih tetap sama. Hanya di balut perban untuk menahan keluarnya darah lebih banyak. Saat Matteo berfokus untuk menyetir mobil, Juliet tiba-tiba memulai percakapan.
"Aku penasaran tentang sesuatu."
"Katakan saja."
Matteo menjawab dengan lugas. Tampangnya terlihat lebih baik dari sebelumnya. Dia tidak lagi terlihat pucat dan lemas. Pemulihannya sangat cepat seperti monster.
"Kau seorang Mafia, tapi kau tidak terlihat seperti seorang Mafia. Dimana anak buahmu yang sangat banyak? Bukankah Mafia biasanya menyimpan banyak bawahan di belakang mereka?"
Mendengar pertanyaan tersebut dari mulut Juliet, Matteo tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tertawa. Saat dia tertawa, dia memegang perutnya yang terasa berdenyut-denyut.
"Aku punya sebuah Mansion di kota Napoli. Di sana biasanya aku bekerja dan mengelola bisnis dengan benar."
Juliet mendengarkannya dengan sangat baik. Namun, ada satu kejanggalan tentang penjelasan pria itu. Jika dia memang memiliki sebuah mansion di kota besar, kenapa dia membawa Juliet ke hutan kecil?
Bukankah akan sangat merepotkan bulak-balik dengan helikopter hanya untuk mencapai kota Napoli dan bekerja di dalam mansion?
"Lalu, kenapa kau tinggal di hutan bersalju itu?"
Sebelum menjawab pertanyaan selanjutnya, Matteo memberhentikan mobilnya di sisi jalan. Dia menoleh menatap Juliet di sampingnya, meraih rambut gadis itu dan mendekatkan wajahnya.
"Karena aku harus menahanmu. Kau pasti akan melarikan diri jika aku membawamu ke Mansion di Napoli."
Juliet terkejut. Dia memang tidak bisa melarikan diri karena di kelilingi oleh hutan dan salju. Namun, awalnya dia berpikir bahwa Matteo hanya salah satu Mafia yang baru saja mulai memperluas wilayah. Melihat dirinya yang tanpa bawahan, kecuali saat Juliet pergi berbelanja saat itu, dia berasumsi bahwa Matteo memang tidak semenakutkan itu.
"Juliet, jika kamu mengatakan bahwa kamu tidak akan pernah mencoba melarikan diri lagi, aku akan membawamu ke Mansion itu."
tar lanjut lagi sa kalo dokter nya udah pergi